Banner 1

Thursday, 28 February 2019

Terungkap! Ini Resep Rahasia Lansia di Sukamakmur Berumur Panjang

SUKAMAKMUR-RADAR BOGOR,Banyak orang yang memiliki ekspektasi berumur panjang. Dengan harapan, agar bisa menikmati hidup dalam waktu yang lama.

Mengenai soal manusia-manusia berumur panjang, di Bogor bisa ditemukan.Mereka yang berumur panjang tinggal di suatu Desa terpencil di puncak Sukamakmur.Sebelah timur Kabupaten Bogor.

Desa panjang umur. Dari namanya saja sudah pasti kampung tersebut dihuni manusia-manusia berumur panjang. Para lansia berusia diatas 75 tahun keatas. Berkulit keriput, dengan gigi yang tak lagi sempurna.

Serta gaya jalan yang sudah membongkok sebmari berpegangan tongkat kayu.

Desa itu berada di timur Kabupaten Bogor.  Letaknya sekitar 35 kilometer dari pusat pemerintahan kabupaten bogor.

Desa itu bernama Desa Sukamulya,  Kecamatan Sukamakmur,  Kabupaten Bogor.

Disana di hun puluhan lansia. Terutama lansia wanita. Alias nenek-nenek.

Radar bogor pun mencoba menyambangi salah satu kampung di Desa panjang umur itu. Namanya Kampung Pamongkolan. Benar adanya.

Setiba di kampung panjang umur tersebut, wartawan koran ini sangat mudah menemui lansia disana. Baik sedang duduk diatas teras rumah panggung. Maupun pekarangan rumah.

Kala melihat banyaknya lansia yang beraktifitas,  wartawan koran ini melihat penampakan yang aktifitas lansia wanita lain yang sedang berkerumum.

Tepatnya di sebuah gubuk yang berada di Kampung Panongkolan, RT 01/05, Desa Sukamulya, Kecaman Sukamakmur, Kabupaten Bogor.

Ada tujuh lansia wanita yang terlihat disana. Duduk berkumpul diatas sebuagh teras rumah panggung bilik bambu. Mereka tengah didata oleh Babinkamtibnas Desa Sukamulya, Brigadir Buana Adi Putra dan Ketua RT setempat, Jamil perihal bantuan PKH.

Sebagain lansia disana nampak berperilaku seperti ABG. Suaranya masih lantang, namun artikulasinya mulai hilang. Saat ditanya terkadang nyambung. Terkadang harus berulang-ulang hingga faham.

Seperti kala Radar Bogor menanyakan kisah Omah (78) kala masa penjajahan dahulu.

Ingatanya masih tajam saat mengisahkan itu. Kala itu, usianya baru menginjak lima tahun. Setiap hari, nenek mengenakan kebaya biru itu mendengar suara dentuman senjata.

“Unggal poe ngadenge suara kitumah. Baheula ge, pas keur leutik, emak disumputkeun ku bapak ka kebon awi. (setiap hari mendengar suara begitu. Dulu juga, waktu masih anak-anak, nenek disembunyikan ke kebun bambu),” kisahnya.

Kisah serupapun diceritakan Rohami (80) dibalik rautan keriput wajahnya, nenek mengenakam ciput hitam bermotif bunga itu juga mengalami masa-masa zaman penjajahan belanda dan jepang.

“Ngalaman duanana. Walanda jeng jepang. (mengalami keduanya. Belanda dan jepang),” tuturnya.

Lalu, untuk rahasia panjang umur para lansia disana. Tidak ada yang sepesial. Seperti ramuan khusus panjang umur. Disana Gen yang kuat akan bertahan, dan yang lemah akan pergi. Hal itu tak lepas dari tingkat kesejahteraan masyarakat disana yang rendah. Sehingga gen yang kuatlah yang bertahan sampai sekarang.

Jadi alasan penduduk disana bisa berumur panjang bukan karena rahasia ramuan atau ritual tertentu. Dahulu orang-orang disana untuk keluar dari bukit desa  membutuhkan waktu 2 hari, dan harus berjalan kaki.

Jadi desa ini dulunya terisolir. Karena tidak ada obat, tanpa perawatan medis yang kuat akan bertahan sampai sekarang.

Pun dengan makanan yang dikonsumsi. Tidak ada makan khusus juga pola hidup sehat. Bahkan, para lansia disana tidak pernah memikirkan makan dengan lauk pauk empat sehat lima sempurna. Apa yang mereka dapat makan hari itu. Ya, itu yang mereka makan. Itu masih berlaku hingga saat ini.

“Mun tuang mah tuang naon wae. Nu penting halal. Rek jeng lauk, rek jeng hayam,  rek jeng daun nya dituang. Tara polah pilih emak mah. (kalau makan ya makan apa saja. Yang penting halal. Mau dengan ikan,  mau ayam,  mau dengan daun dimakan. Tidak pilah pilih nenek.),” ucapnya.

Namun, ada satu yang bisa menjadi rahasia panjang umur para lansia disana. Selama hidupnya mereka tidak pernah memusingkan hidupnya.

Alias tidak banyak fikiran. Mereka hanya memikirkan hari yang mereka jalani saat itu. Jarang,  bahkan tidak pernah memikirkan hari esok.

“Tibaheula tara loba mikir isukan kudu kumaha. Nya jalani we ayena. Isukan kumaha isukan deui. Can tentu isukan aya umur. (Dari dulu jarang banyak berikif besok gimana. Ya jalani saja hari ini.  Besok gimana besok lagi. Belum tentu besok ada umur), “katanya sembari tertawa. (all/ysp)

0 komentar:

Post a Comment