Home »
» Penataan Transportasi Masih Semrawut, BPTJ Sentil Dishub Kabupaten Bogor
CIBINONG-RADAR BOGOR, Belum adanya langkah konkret
Pemkab Bogor menata semrawut transportasi membuat Kepala Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub),
Bambang Prihartono berang. Ia kecewa lantaran Dinas Perhubungan (Dishub)
Kabupaten Bogor hanya terfokus mengurai di 83 titik kemacetan.
Menurutnya, seberapa banyak personel yang diterjunkan untuk memecah
titik kemacetan Bumi Tegar Beriman akan menjadi hal yang sia-sia.
Karena, menurutnya Dishub Kabupaten Bogor perlu memiliki konsep gelobal
menata angkutan masal.
“Jangan kita sibuk mengurusi di jalan. Di jalan Kabupaten Bogor masih
berantakan, tidak ada manfaatnya,” ungkapnya kepada Radar Bogor saat
berkunjung ke Pendopo Cibinong, Kamis (21/2).
Bambang mengatakan, Dishub menjadi acuan paling dasar bagi Kemenhub
menata transportasi di daerah-daerah. Pasalnya, Pemerintah Daerah
(Pemda) mengetahui betul apa yang menjadi kendala.
“Kinerja transportasi itu dari bawah, sampai ke atas. Kalau di
bawahnya berantakan, hasilnya juga. Saya sudah minta semua teman-teman
Dishub untuk mengidentifikasi, mencari solusi,” terang Bambang.
Namun, untuk mempermudah pihaknya sudah membuat Rencana Induk
Transportasi Jabodetabek (RITJ) 2018-2020. Menurutnya dalam program
tersebut sudah disebutkan beberapa kegiatan yang akan dilakukan di
Kabupaten Bogor.
Di tempat yang sama, Sekretaris Dishub Kabupaten Bogor, Supriyanto
menambahkan bahwa tahun ini Dishub Kabupaten Bogor memang fokus untuk
menyelesaikan 83 titik kemacetan. Hanya saja, pada tahun 2020 ia
mewacanakan operasional angkutan masal.
Program ini bernama Sistem Angkutan Umum Masal (SAUM). Moda
transportasi bus ini nantinya akan dibuat menyerupai Transpakuan yang
ada di Kota Bogor. Meski begitu, ia belum menyebutkan bahwa siapa
nantinya yang akan mengelola. “Kalau layaknya di Kota lain seperti
Transpakuan. Tapi itu harus bersinergi dengan Transjakarta,” ujarnya.
Kemudian, ia juga masih berharap moda transportasi LRT yang kini
sudah dibangun sampai Cibubur bisa berlanjut hingga Cibanon Kecamatan
Sukaraja. Di lokasi tersebut menurutnya ada lahan fasos fasum sekitar 10
hektare. Sehingga, selain bisa digunakan untuk LRT, minimal 2 hektare
bisa dibangun park and ride.
“Kita berharap park and ride ke puncak, daripada tidak bisa naik
mending pakai bus. Misalnya sedang berlaku sistem satu arah. Busnya
mungkin bisa bantuan dari Taman Safari atau Taman Wisata Matahari,”
tuturnya.(fik/c)
0 komentar:
Post a Comment