Home »
» Bogor Ekspor Manggis ke Cina, Peran Tengkulak Sulit Dihilangkan
CIBUNGBULANG-RADAR BOGOR, Hasil pertanian manggis di
Kabupaten Bogor, diekspor ke Cina. Namun, hingar bingar ekspor buah
manggis dari Bumi Tegar Beriman ke Cina ini belum bisa melepaskan para
petani dari jeratan tengkulak sepenuhnya. Seperti dirasakan Ijal, petani
manggis di Kampung Cengal RT01/05, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang.
Pasalnya, tidak semua hasil buah manggis miliknya diambil oleh
eksportir PT Mahkota Manggis Sehati di Kecamatan Cibungbulang. Karena,
tidak semua produksi manggis layak untuk diekspor. Paling satu kwintal,
yang layak ekspor cuma 40 persennya. Sisanya untuk dijual di pasar
biasa,” kata Ijal, Rabu (27/2/2019).
Parahnya,
jika petani menjual ke tengkulak harga jualnya sangat jauh dibanding
dengan menjual ke eksportir. “Kalau untuk ekspor, karena langsung ya
jalurnya bisa 14 sampai 17 ribu per kilo. Kalau ke tengkulak mah cuma
dua ribu sekilo,” katanya.
Dia pun berharap Pemkab Bogor membuatkan aturan khusus untuk
memangkas rantai distribusi manggis. Agar, petani memiliki nilai
ekonomis lebih tinggi. “Sudah gitu, petani juga banyak terjerat hutang
sama tengkulak. Bayarnya pakai manggis juga jadi harganya semakin murah.
Untungnya juga sedikit,” ungkap Ijal.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
(Distanhorbun) Kabupaten Bogor Sity Nuriyanti pun membenarkan jika peran
tengkulak tidak bisa dilepaskan begitu saja dari petani.
“Karena mereka sudah terikat. Ada banyak faktor penyebabnya. Dengan
mengajak salah satu pengumpul manggis menjadi eksportir, merupakan satu
langkah pemkab. Karena PT ini sudah mulai mapan,” katanya.
Salah satu faktor penyebabnya, kata dia, adalah petani telah menerima
uang lebih dahulu dari tengkulak. “Harga dua sampai lima ribu per kilo
dibeli tengkulak itu memang betul. Kita dari 16 kelompok tani yang sudah
kerja sama, paling baru 5 yang berjalan karena kebanyak sudah terikat
tengkulak,” katanya.
Padahal, kata dia, dibanding menjual tanpa tengkulak harga manggis
mereka berkisar antara Rp12-17 ribu per kilogram. “Sangat jauh dibanding
tengkulak. Yang untung ya tengkulaknya,” tukasnya.(cek/ps/pin)
0 komentar:
Post a Comment