Friday, 22 February 2019
Home »
» Doa Lintas Agama di BSF CGM, Bukti Bogor Plural
Doa Lintas Agama di BSF CGM, Bukti Bogor Plural
BOGOR-RADAR BOGOR,Keberagaman dalam gelaran Bogor Street Festival Cap Go Meh (BSF CGM) tidak hanya ditunjukan lewat kesenian dan kebudayaan. Nuansa plural pun sangat kental terasa ketika doa lintas agama menggema di tengah-tengah warga.
Sebelum helatan pesta rakyat tersebut dimulai di Jalan Suryakencana, Selasa (19/2/2019), acara diisi oleh doa yang dibacakan oleh enam pemuka agama, antara lain agama Islam oleh Habib Novel, Katolik oleh Romo Endro, Protestan oleh Pendeta Darwin, Buddha oleh Bhikkhu Badra Silo, Hindu oleh Pinandita I Made Sute dan Konghucu oleh JS Urip Saputra.
Meski berbeda keyakinan, tampak semua pemuka agama kompak untuk mengajak semua mensyukuri nikmat dan anugerah kebersamaan dalam keberagaman yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada masyarakat Kota Bogor.
Ya, plural atau majemuk adalah satu kenyataan yang tidak bisa dihindari di Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan budaya. Hal ini pun sebenarnya sudah disadari sepenuhnya oleh para founding fathers dengan menetapkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai dasar falsafah serta lambang negara.
Habib Novel dalam doanya meminta kepada Allah SWT agar warga Kota Bogor dan rakyat Indonesia secara umum, harus saling mencintai dan menyayangi, menghormati serta menghargai tanpa melihat latar belakang.
“Menjauhi rasa benci agar terhindar dari permusuhan dan perpecahan menuju Indonesia yang penuh kedamaian dan rasa aman,” ujar Habib Novel.
Doa kemudian dilanjutkan oleh Romo Endro. Ia mengajak untuk bersyukur atas pemberian anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa berupa kedamaian dan kerukunan di tengah keberagaman. Dirinya memohon agar para pemimpin diberi kesadaran bahwa pangkat, jabatan, kekuasaan dan kekayaan merupakan amanah yang berasal dari Tuhan yang pada waktunya harus dikembalikan.
“Pemimpin hadir untuk melayani bukan untuk dilayani, mengabdi untuk kesejahteraan rakyatnya,” kata Romo Endro sambil berdoa semoga perhelatan pesta demokrasi pada April 2019 mendatang berjalan dengan baik, damai, aman, lancar dan sukses, dihindari dari kegaduhan.
Lalu, Pendeta Darwin dalam doanya menyebutkan, bangsa Indonesia harus bersyukur karena telah dianugerahkan Pancasila sebagai dasar dalam menjalankan hidup bermasyarakat dan bernegara. Semua rakyat Indonesia berke-Tuhan-an, tetapi boleh menjalankan berke-Tuhan-an dengan berkebudayaan.
“Kami tidak ingin iman yang dimiliki menjadi alat untuk memecah belah, melainkan menjadi pemersatu sebagai sebuah bangsa, mewujudkan keadilan sosial, bahu membahu dan bergotong royong membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, berke-Tuhan-an dan menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain di dunia,” ujar Pendeta Darwin.
Senada dengan Pendeta Darwin, Pinandhita I Made Sute dari agama Hindu dalam doa berharap agar kegiatan BSF CGM menjadi tonggak yang membangkitkan semangat semua, untuk senantiasa tajam dalam kesadaran, kecerdasan, tindakan hukum, sehingga terwujud hukum yang tegas dan adil serta senantiasa kokoh di relnya dalam menghadapi dan menjalankan semuanya.
JS Urip Saputra, dari agama Khonghucu, berdoa agar semua rakyat Indonesia menjadi insan yang selalu membina diri dan menjunjung tinggi kebenaran, mengamalkan kebajikan. Selain itu dirinya berharap agar BSF CGM mampu memupuk rasa persaudaraan semua rakyat Indonesia. “Juga memupuk nilai-nilai kerukunan dan persatuan serta menjadikan insan yang berbudi luhur senantiasa harmonis dalam perbedaan,” ungkapnya.
Terakhir, Bhikkhu Badra Silo mengajak semua untuk memelihara dan melestarikan alam yang dianugerahkan agar tercipta keseimbangan, kedamaian dan timbul rasa kasih sayang, saling mencintai dan menghargai. (rabas/adt/indra/pri)
0 komentar:
Post a Comment