Banner 1

Friday, 4 January 2019

Nasib Bus Transpakuan Makin Tak Jelas, PDJT Ngaku Tak Punya Modal


BOGOR – RADAR BOGOR, Nasib bus Transpakuan semakin tak jelas. Alasannya, Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) mengaku tak memiliki modal untuk menebus delapan bus yang masih ditunggak dari kementerian perhubungan (kemenhub).
Plt PDJT Endang Suherman menjelaskan, sementara ini  delapan bus yang masih terparkir mubazir di Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor.
Endang mengatakan, Dishub Kota Bogor tengah melakukan upaya komunikasi kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) selaku pemberi kendaraan. Sehingga bisa dioperasikan tanpa harus mengeluarkan biaya administrasi.
Jika disetujui pihak kemenhub, Endang melanjutkan,  maka rencananya akan dioperasikan pada rute jalur tengah atau Cidangiang – Bubulak. Bahkan PDJT juga akan menggandeng pihak ketiga atau koperasi angkutan perkotaan (angkot) untuk melakukan kerjasama.
“Mudah-mudahan segera, minimal itu bisa menambah armada baru, misal untuk bus pariwisata juga,” tuturnya.
Hingga detik ini, masih kata dia, bus yang masih layak sejumlah enam unit. Terdiri dari dua unit bus pariwisata dan empat unit bus reguler yang beroperasi di rute Cidangiang – Belanova.
“Kalau total semua bus ada 32, jadi 25 unit bus dalam keadaan rusak, tapi rencananya akan di rekondisi,” tuturnya.
Alasannya kondisi bus yang rusak akibat usia yang tak lagi muda. “Jarak Cidangiang – Bubulak kan cukup jauh, tapi kita paksakan untuk operasi akhirnya tidak kuat dan masuk bengkel lagi,” ujar Plt PDJT Endang Suherman kepada Radar Bogor, kemarin (2/1).
Tak habis sampai di situ, nasib PDJT yang mengambang juga mengancam kesejahteraan pegawainya.  Saat ini dari tercatat hanya 147 pegawai. Namun perharinya hanya dibutuhkan sekitar 40 orang. Agar memberikan keadilan bagi semua pegawainya itu maka Endang melakukan upaya pekerjaan bergilir atau pembagian shift. “Kita bagi shift, perhari itu 40 orang, biasanya dalam seminggu mereka kebagian kerja selama tiga hari,” katanya.
Kemudian untuk gaji karyawan pun saat ini tak lagi perbulan. Melainkan perminggu berdasarkan laporan kerja dengan pembagian presentase.
“Gaji mereka sekarang sistem presentasi, 40 persen mereka 60 persen kita karena kebutuhan perawatan, rata-rata pendapatan mereka Rp300 ribu perminggu karena kerjanya tiga hari,” bebernya.
Endang berharap, bus yang belum bisa beroperasi bisa segera diperbaiki. Sehingga ke depan rencana untuk membuat bus khusus jemputan anak sekolah bisa terealisasi.
“Jadi kita kerjasama dengan sekolah dan orang tua murid, sekarang kita lakukan pendataan, mudah-mudahan dari 24 unit yang rusak minimal 10 bisa kita perbaiki untuk digunakan,” pungkasnya. (gal)

0 komentar:

Post a Comment