TAMBUN – SDN Lambangjaya 02 berada di Kecamatan Tambun Selatan. Kecamatan ini bisa dibilang paling maju dan paling ramai jika dibanding kecamatan lainnya karena jumlah penduduknya terbanyak di Kabupaten Bekasi.
Tapi ternyata tidak seluruh fasilitas di kecamatan yang lebih maju ini dalam kondisi yang baik. Seperti kondisi SDN Lambangjaya yang kini bangunannya sudah reot dan beberapa bagiannya jebol.Kondisi sekolah ini bisa dipastikan mengancam keselamatan murid dan guru. Karena bukan tidak mungkin sewaktu-waktu atap bangunan jebol dan menimpa murid serta tenaga pengajar yang sedang menjalankan aktivitas belajar mengajar.
Jika melihat kondisi SDN Lambangjaya 02, Pemerintah Kabupaten Bekasi sepertinya belum serius membenahi bidang pendidikan. Buktinya dengan APBD lebih dari Rp5 triliun, namun kondisi sekolah tersebut memprihatinkan dan masih jauh dari kata layak.
Saat Radar Bekasi menyambangi sekolah tersebut, terlihat atap kelas yang jebol, genteng bocor, dan lantai yang retak. Bahkan musala di sekolah ini pun kondisinya hancur karena tidak terurus.
Lokasi sekolahan ini seperti terisolir karena ‘tertutup’ tembok setinggi 3 meter milik pengembang Perumahan Grand Wisata. Tembok itu mulai menutup pandangan murid sejak sekitar setahun yang lalu.
“Walaupun sarana terbatas serta infrastruktur yang tidak begitu baik kita sih gak bisa berbuat apa-apa selain mengajukan perbaikan sekolah,” kata Kepala SDN Lambangaya 02, Entin Rustini.
Entin mungkin sangat paham dengan kondisi sekolahnya, namun tidak demikian dengan murid-muridnya. Murid di sekolah ini seolah acuh dengan kondisi sekolahnya dan mereka tetap masuk sekolah untuk belajar.
“Di sini kabel-kabel listrik pada dicolongin, jadi yang ada aliran listrik hanya di kantor saja, di ruang kelas tidak ada. Kalau hujan dan mendung, kegiatan belajar-mengajar dihentikan karena gelap,” ujarnya.
“Kita sebenarnya juga mengeluhkan faktor keamanan, karena banyak barang hilang, di antaranya satu unit komputer dan komponen listrik,” lanjutnya.
SDN Lambangjaya 02 memiliki dua unit bangunan dengan total tujuh lokal. Dari semua ruang kelas di sekolah ini, dindingnya mulai mengelupas. Sedangkan kursi dan mejanya sudah berkali-kali diperbaiki karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah daerah.
Pihak sekolah berkali-kali mengajukan bantuan namun selalu dimentahkan. Alasannya, menunggu relokasi sekolah.
“Iya katanya semua pengajuan udah enggak bisa karena sekolah ini mau direlokasi. Harapan kita sekolah ini bisa pindah ke lokasi lain,” harap Entin.
Jika sekolah yang berada di wilayah perkotaan saja kondisinya seperti SDN Lambangjaya 02, lantas seperti apa kondisi sekolah yang berada di pelosok seperti di Muaragembong? Pemerintah daerah harus serius memperhatikan dan memperbaiki dunia pendidikan. Karena sarana dan prasarana merupakan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.(ent)
Tapi ternyata tidak seluruh fasilitas di kecamatan yang lebih maju ini dalam kondisi yang baik. Seperti kondisi SDN Lambangjaya yang kini bangunannya sudah reot dan beberapa bagiannya jebol.Kondisi sekolah ini bisa dipastikan mengancam keselamatan murid dan guru. Karena bukan tidak mungkin sewaktu-waktu atap bangunan jebol dan menimpa murid serta tenaga pengajar yang sedang menjalankan aktivitas belajar mengajar.
Jika melihat kondisi SDN Lambangjaya 02, Pemerintah Kabupaten Bekasi sepertinya belum serius membenahi bidang pendidikan. Buktinya dengan APBD lebih dari Rp5 triliun, namun kondisi sekolah tersebut memprihatinkan dan masih jauh dari kata layak.
Saat Radar Bekasi menyambangi sekolah tersebut, terlihat atap kelas yang jebol, genteng bocor, dan lantai yang retak. Bahkan musala di sekolah ini pun kondisinya hancur karena tidak terurus.
Lokasi sekolahan ini seperti terisolir karena ‘tertutup’ tembok setinggi 3 meter milik pengembang Perumahan Grand Wisata. Tembok itu mulai menutup pandangan murid sejak sekitar setahun yang lalu.
“Walaupun sarana terbatas serta infrastruktur yang tidak begitu baik kita sih gak bisa berbuat apa-apa selain mengajukan perbaikan sekolah,” kata Kepala SDN Lambangaya 02, Entin Rustini.
Entin mungkin sangat paham dengan kondisi sekolahnya, namun tidak demikian dengan murid-muridnya. Murid di sekolah ini seolah acuh dengan kondisi sekolahnya dan mereka tetap masuk sekolah untuk belajar.
“Di sini kabel-kabel listrik pada dicolongin, jadi yang ada aliran listrik hanya di kantor saja, di ruang kelas tidak ada. Kalau hujan dan mendung, kegiatan belajar-mengajar dihentikan karena gelap,” ujarnya.
“Kita sebenarnya juga mengeluhkan faktor keamanan, karena banyak barang hilang, di antaranya satu unit komputer dan komponen listrik,” lanjutnya.
SDN Lambangjaya 02 memiliki dua unit bangunan dengan total tujuh lokal. Dari semua ruang kelas di sekolah ini, dindingnya mulai mengelupas. Sedangkan kursi dan mejanya sudah berkali-kali diperbaiki karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah daerah.
Pihak sekolah berkali-kali mengajukan bantuan namun selalu dimentahkan. Alasannya, menunggu relokasi sekolah.
“Iya katanya semua pengajuan udah enggak bisa karena sekolah ini mau direlokasi. Harapan kita sekolah ini bisa pindah ke lokasi lain,” harap Entin.
Jika sekolah yang berada di wilayah perkotaan saja kondisinya seperti SDN Lambangjaya 02, lantas seperti apa kondisi sekolah yang berada di pelosok seperti di Muaragembong? Pemerintah daerah harus serius memperhatikan dan memperbaiki dunia pendidikan. Karena sarana dan prasarana merupakan penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.(ent)
0 komentar:
Post a Comment