BOGOR - Di zaman kolonial Belanda, kawasan ini dinamai Wigmanweg atau Jalan Wigman. Sebelum kawasan itu dibuka, wilayah ini hanyalah sebuah perkampungan yang membelakangi Gunung Salak dengan tanjakan yang sedikit curam, karena berakhir di dataran yang lebih rendah di bawahnya.
Kawasan ini dulu terkenal dengan wisata kolam renangnya. Maklum, mencicipi kolam renang zaman dulu merupakan wisata yang sangat membanggakan. Pada masa Belanda, Kota Paris juga digunakan sebagai tempat pembaptisan bagi umat Nasrani. Pada masa pendudukan Jepang, kawasan tersebut dijadikan kamp penahanan warga Eropa.
Kini, kawasan itu mulai dilirik lagi oleh Pemkot Bogor, setelah Walikota Bogor Bima Arya berniat mengubahnya menjadi kawasan wisata kota tua dan akan menjadikannya sebagai aset daerah.
Nah, yang paling menonjol dengan Kota Paris adalah Kolam Renang Pemandangan, yang disebut-sebut sebagai kolam renang pertama di Kota Bogor. Pada masa jayanya, kolam renang ini menjadi tujuan wajib masyarakat untuk menyalurkan kesenangannya berenang. Kolam ini terdiri atas dua kolam dengan panjang 25 dan 20 meter serta kedalaman sama dua meter. Kolam Pemandangan hanya beralaskan semen yang airnya mengalir dari mata air langsung.
Untuk mencapainya dari pintu masuk, Anda harus menuruni 89 anak tangga yang sudah lapuk, cukup terjal, serta ditumbuhi banyak rumput. "Sejak tidak beroperasi, tiap kali rumput sudah banyak tumbuh, kami bersihkan. Hanya saja, karena saat ini kondisinya sering hujan, jadi selalu tertunda," ujar Wanning Syifa (53), warga sekitar yang lokasi rumahnya persis di area Kolam Renang Pemandangan.
Dengan harga yang terjangkau, maka tak heran jika kolam renang ini menjadi primadona. Persis berada di sisi Sungai Cisadane, pada masanya, Anda bisa sekaligus melihat pemandangan yang memanjakan mata. "Sebenarnya ada dua akses jalan menuju ke kolam renang ini," cetusnya.
Wanning pun sedikit mengisahkan tentang keberadaan Kota Paris. Dijuluki demikian, karena banyak rumah yang masih merupakan peninggalan tua zaman Belanda. Begitu pun dengan nama jalannya, adalah Kota Paris. "Sekarang kan ada Jalan Kamboja, Kenanga," ungkapnya.
Banyak masyarakat yang ingin agar fungsi kolam ini bisa kembali sebagaimana mestinya.
Hal itu diamini Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disbudparekraf) Kota Bogor, Shahlan Rasyidi. Dia menuturkan jika Kolam Renang Pemandangan akan dikembalikan sebagaimana fungsinya dulu. "Sebagai kolam renang tertua di Kota Bogor, akan sangat mendukung, semisal ada investor yang ingin menatanya kembali dan menjadi destinasi wisata baru," kata Shahlan.
Wilayah tersebut memang sudah menjadi kawasan heritage Kota Bogor. Meski ia meyakini harus ada andil pihak lain untuk mewujudkannya. Pemkot Bogor sendiri khususnya Disbudparekraf, kata Shahlan, angkat tangan. Mengingat masih banyak proyek yang tak kunjung selesai. "Untuk pembangunan gedung kesenian saja belum rampung," cetusnya.
Mengingat Kolam Renang Pemandangan amat lekat karena banyak melahirkan atlet, Shahlan merasa, sekiranya ada dukungan juga dari Kantor Pemuda dan Olahraga Kota Bogor. Selain pengembangan objek wisata yang dilengkapi dengan sarana penunjang lainnya, semisal permainan anak juga pusat kuliner, kolam renang ini juga bisa menjadi sarana olahraga.
"Kalau Kota Paris itu sudah turun-temurun, bahkan ada yang sudah dijual kemudian berubah fungsi menjadi bukan lagi hunian," kata Shahlan.
Menurut data terakhir, Kota Paris masuk menjadi kawasan heritage Kota Bogor yang jumlahnya kini menyusut menjadi 487, yang awalnya 700-an. Angka tersebut menjadi wajar adanya, mengingat tak sedikit pemilik yang merenovasi bangunan. "Padahal, bangunan tempo dulu itu terkenal akan kokohnya," tandasnya.
Ditanya apakah Kota Paris berpotensi menjadi wisata kota tua, Shahlan meragukan hal tersebut. Sebab, katanya, dibutuhkan anggaran yang tak sedikit. Terlebih, orisinalitas dari Kota Paris sudah luntur. Meski, ia mengaku sudah berulang kali melakukan sosialisasi agar para pemilik tak mengubah wajah asli bangunan miliknya yang bukan hanya di Kota Paris, namun juga wilayah lainnya. "Meski sebenarnya sudah ada pembahasan raperda tentang cagar budaya," tandasnya. (ent)
artikel yang menarik
ReplyDelete