BOGOR-HRH Princess Astrid sedang ber-deja vu. Kemarin, pemilik gelar kebangsawanan Wanita Agung di Belgia itu menyambangi Kebun Raya Bogor.
Persamuhan yang nyaris sama juga pernah berlangsung 88 tahun lalu. Ketika itu, nenek dari sang Putri, HM Queen Astrid dan King Leopold III yang bertandang ke kebun penelitian milik Kota Bogor ini.
"Hubungan emosional antara KRB dan Kerajaan Belgia telah ada sejak puluhan tahun yang lalu, tepatnya sejak kunjungan Putri Astrid dan Raja Leopold III untuk berbulan madu di KRB di 1928 silam," ungkap Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof Enny Sudarmonowati mengawali seremoni.
Ya, Putri Astrid memang punya panggilan yang sama dengan Neneknya. Bahkan, Astrid dinamai sengaja orang tuanya sama untuk mengenang ibu dari Albert II, sang ayah. Mungkin itulah yang membuatnya rela meluangkan waktu di siang bolong yang panas itu.
''Saya sangat senang berada di sini. Orang-orangnya baik. Saya harap ini membawa efek yang bagus bagi hubungan dua negara,'' begitu kata-kata yang dikeluarkan selama kunjungan disana.
Turun dari limusin, karangan bunga langsung disematkan oleh Kepala Kebun Raya Bogor Didik Widyatmoko. Dengan senyumnya, adik dari Raja Philippe pun berjalan dengan kawalan paspampres sambil sesekali melambaikan tangan.
Saat itu, gaya busana dia memang terlihat santai. Tak seperti kunjungannya kepada presiden dengan aksesori batik dan rok. Saat itu, dia lebih memilih menggunakan blazer dan baju corak hijau ungu. Dia pun menggunakan celana satin longgar yang dipadu dengan flat shoes berwarna senada.
Di sana, dia pun langsung diundang untuk melihat kebun anggrek, menanam pohon bambu dengan spesies Bambusa Lako. Spesies pohon tersebut sendiri berasal dari Timor dan didatangkan ke Kebun Raya Bogor atas sumbangan perusahaan di Indonesia.
Setelah itu, dia pun naik mobil safari bersama rombongan menteri untuk melihat-lihat isi kebun peninggalan belanda itu. Sesekali, mobil berhenti di pohon-pohon atraksi utama. Misalnya, pohon jodoh yang terdiri dari pohon meranti dan beringin dengan bentuk hampir sama. Atau, pohok kenari babi yang punya bentuk seperti roket.
Pemandangan inilah yang mungkin juga dinikmati mendiang neneknya, Ratu Astrid istri Raja Leopold III. Lebih tepatnya, pada 1928, perempuan yang lebih dikenal Astrid of Sweden itu datang khusus ke Bogor untuk berlibur bersama suami. Saat itu, Indonesia masih berada di bawah pendudukan Kolonial Belanda dan Bogor dikenal sebagai tempat beristirahat para bangsawan dari Batavia.
Sebagai penghormatan, pihak Belanda pun membuat Jalan Astrid. Jalan tersebut dihasi dengan bunga tasbih warna merah dan kuning. Beberapa daunnya pun berwarna gelap kehitam-hitaman. Formasi tersebut sengaja dibuat untuk mengingat bendera Belgia. Setelah pindah kepemilikan, pihak Kebun Raya Bogor pun tetap mempertahankan nama dan bunga untuk menghormati Kerajaan Belgia.(ent)
0 komentar:
Post a Comment