BOGOR-Hingga akhir Maret 2016, warga Kota Hujan yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD), tembus di angka 460 orang. Dua di antaranya meninggal dunia. Ironisnya, sebagian besar pasien merupakan warga pemukiman elite.
Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P3M) pada Dinas Kesehatan Kota Bogor, Siti Robiah, mengatakan fenomena penyebaran penyakit DBD di Kota Bogor tidak hanya menyebar di kawasan kumuh. Justru menurutnya, kasus DBD paling banyak menyerang warga yang tinggal di perumahan elite.
"Kenapa di perumahan elite, karena penghuni rumah tidak menyadari. Kolam, taman, vas bunga, dan penampungan air tidak pernah terpantau. Padahal, di sana merupakan media nyamuk berkembang biak," ujarnya.
Agar kasus DBD tak semakin meluas, Dinkes mengimbau masyarakat lebih waspada. Selain itu, masyarakat diminta menerapkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (Gertak PSN), serta program menguras, menutup, dan mengubur (3M).
"Fogging atau pengasapan hanya mengusir dan membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan jentik nyamuk masih hidup dan berkembang biak dalam genangan air yang tidak pernah dibersihkan," kata Siti Robiah kemarin.
Di Kota Bogor, ada dua kecamatan yang masuk dalam zona merah atau kasus DBD terbanyak. Yakni, Kecamatan Bogor Barat dan Bogor Utara. "Untuk kategori kelurahan yang masuk dalam zona merah adalah Katulampa dan Baranangsiang. Di kelurahan tersebut banyak perumahan elite," paparnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, ada 106 kasus DBD di Kecamatan Tanahsareal dan 102 kasus di Kecamatan Bogor Utara. Sedangkan di Kecamatan Bogor Tengah sebanyak 58 kasus, Bogor Selatan 44 kasus, Bogor Timur 48 kasus, dan Kecamatan Bogor Barat sebanyak 100 kasus.
Adapun, kelurahan dengan jumlah kasus DBD tertinggi yakni Kelurahan Baranangsiang sebanyak 29 kasus, Kedung Badak 19 kasus, Tegal Gundil 19 kasus, Ciparigi 15 kasus, Sindangbarang 17 kasus, Bantarjati 16 kasus, dan Katulampa 15 kasus.
"Kami mengimbau pokja kecamatan dan kelurahan untuk menggerakkan warganya agar melakukan gerakan PSN seminggu sekali di rumah masing-masing. Agar kasus DBD dapat dikendalikan," imbau Siti.
Meski terbilang tinggi, Siti memastikan, kasus DBD di Maret ini jauh menurun jika dibandingkan dengan Februari lalu. Di tanggal yang sama, 28, bulan lalu, tercatat 207 pasien DBD menjalani perawatan. Sementara kemarin hanya 28 orang.
Menurutnya, puncak wabah DBD di Kota Bogor sudah terlewati atau Februari kemarin. Bahkan, dua warga Kota Bogor yang meninggal dunia karena DBD pun terjadi pada Februari.
"Dua warga itu anak berusia dua tahun, warga Balumbangjaya, Kecamatan Bogor Barat. Meninggal dunia setelah mendapat perawatan di RS Karya Bhakti Dramaga. Sedangkan korban lain, yakni anak berusia 9 tahun, warga Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat. Meninggal di RSUD Kota Bogor," jelasnya.(rub/c)
0 komentar:
Post a Comment