BOGOR-Bogorku Bersih dan lomba kebersihan tingkat RT
se-Kota Bogor, tak hanya sekadar program yang patut didukung oleh banyak
pihak. Tapi, untuk memberikan serta mengajak masyarakat agar tahu apa
haknya dengan cara sendiri.
Hak yang dimaksud adalah lingkungan
yang bersih. Hal itu diungkapkan Penanggung Jawab Bogorku Bersih,
Hazairin Sitepu. "Hari ini (kemarin, red) kita berkumpul hanya sebagian
orang. Tetapi dengan jumlah yang kecil ini, berharap dapat mendapatkan
hasil yang besar sekali, yang bagus sekali, bagi kemaslahatan hidup
masyarakat di Kota Bogor," kata Hazairin sebagai pembuka launching Bogorku Bersih di Graha Pena Radar Bogor, kemarin.
Menurutnya,
program ini adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit jika tanpa
dukungan dan peran serta dari pihak lain. Salah satu pendukungnya adalah
lubang resapan biopori yang setiap hari dihelat. "Perilaku tidak bisa
dipidatokan, tidak bisa diseminarkan, tidak bisa disimposiumkan, tapi
kita contohkan. Target kami dari lomba ini, adalah ingin bersama-sama
masyarakat untuk membuat perilaku baru yang produktif, yang tahu bahwa
untuk kepentingannya harus dilakukan sendiri," tuturnya.
Lebih
lanjut Hazairin menjelaskan, ada tujuh parameter yang akan dinilai dan
tiga kategori yang diperlombakan. Yaitu, RT yang berada di kompleks
perumahan, RT yang bukan kompleks perumahan, dan RT yang berada di
sepanjang aliran sungai.
"Rumah kita selalu membelakangi sungai,
sehingga sungai menjadi bagian kotor di mana kita buang sampah, buang
kotor. Ini perilaku yang buruk. Jadi, kita harus membalikkan rumah kita
menghadap sungai. Sungai adalah bagian dari lingkungan kita yang indah,
bersih, dan sehat," sebutnya.
Dari kegiatan ini, kata Hazairin, masyarakat akan diperlakukan sebagai objek sekaligus subjek. Tahap awal masih bersifat trial and error untuk menjadi model yang lebih baik pada event yang akan datang lagi. Sehingga, dalam prosesnya nanti akan dikoreksi.
Masyarakat
di Bogor banyak yang masih berlabel tradisional sehingga sangat sulit
untuk diajak mau terlibat. Oleh karena itu, ada stimulus menarik melalui
pemberian hadiah untuk kategori perumahan, non perumahan, dan pemukiman
tepi sungai, yakni masing-masing juara pertama Rp30 juta, juara kedua
Rp15 juta, dan juara ketiga Rp10 juta.
Hazairin yakin, nantinya
semua masyarakat dari setiap RT akan bergerak. Dari sekitar 300 RT, akan
disaring menjadi 100 atau 50, hingga terpilih RT terbaik dari yang
terbaik. Dari sederetan parameter penilaian, ada satu penilaian yang
terpenting.
"Yaitu kemandirian dan tingkat partisipasi. Jadi,
kami tidak ingin mereka menang, RT-nya bagus, tapi mereka melibatkan
orang-orang dari luar untuk bekerja, yang kami inginkan mereka bekerja
secara mandiri, mereka sendiri. Karena inilah output-nya.
Harapan kami menciptakan perilaku baru, minimal terhadap lingkungannya
sendiri, terhadap rumahnya sendiri," terang Hazairin.
Walikota Bima Arya mengekspresikan apresiasinya terhadap launching
program Bogorku Bersih dengan membagi dua cerita inspiratifnya. Pada
akhir tahun lalu, Bima bersama Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan
(DKP) Kota Bogor ke Kota Surabaya. Kunjungan tersebut guna mencari tahu
strategi dan cara Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dalam menata taman
dan mengelola kebersihan.
"Hasilnya, yang pertama, keyword-nya adalah partisipasi dari semua pihak. Kalau kita naik becak, taksi, terasa semangat, passion atau giroh warga untuk bebersih. Karena kepala dinas dan walikotanya kerja keras di lapangan juga," kata Bima.
Kemudian,
kata dia, partisipasi tersebut dikanalisasi. Hingga terlecutlah untuk
menggagas sebuah lomba kebersihan di tingkat RT oleh Risma dan dinas
teknis terkait.
Setelah berjalan sekian lama, lalu
disempurnakan, dan partisipasi aktif tersebut diperkuat dengan satu kata
kunci lagi, yaitu kolaborasi.
"Lomba kebersihan ini menjadi satu
hal yang prestise, tidak saja warga yang semangat tapi tokoh-tokoh
juga, didorong pula peranan media, yaitu Jawa Pos. Menjadi suatu kolaborasi yang sangat dahsyat. Pemerintah kota, Jawa Pos,
tokoh masyarakat, warga, dan RT/RW bersatu. Saya kira Bogor tidak perlu
malu untuk meniru atau menduplikatkannya. Tidak perlu sama, mendekati
saja sudah cukup," ujar pria yang juga didampingi sang istri, Yane
Ardian.
Cerita kedua, ulas Bima, Februari lalu dia bertandang ke
Hiroshima, Jepang. Kunjungan kerja luar negerinya itu disambut Hidehiko
Yuzaki.
Saat itu, Pemerintah Hiroshima memberikan bantuan untuk
pengelolaan sampah dan kebersihan kepada Pemerintah Kota Bogor. Kepada
Hidehiko, Bima curhat tentang permasalahan yang dialami Bogor.
"Saya
bilang, kami ingin diyakinkan sejauh mana kerja sama ini realistis.
Karena saya cerita kepada beliau, saya kedatangan beberapa anak muda
yang sekolah di Jerman tentang sampah dan kebersihan menyimpulkan
sesuatu yang membuat saya terkejut," ujar politikus PAN itu.
Bima mengatakan kepada Hidehiko, bahwa para anak muda Indonesia yang bersekolah di Jerman itu memaparkan sebuah blunder pemerintah Indonesia dalam hal mengelola sampah dan kebersihan.
Kultur
di Indonesia, tidak bisa mengejar kultur yang ada di Eropa atau di
Asia. Butuh ratusan untuk terbangun dari kungkungan kultur yang
mengakibatkan sulitnya mendidik pola hidup warga.
Maka, cara
terbaik untuk mengelola sampah adalah dengan dibumihanguskan alias
dibakar habis. "Terkaget-kaget saya mendengar diagnosa ekstrem itu,"
seru Bima.
"Lalu, pak gubernur Hiroshima tertawa, dia bilang, ada
satu hal yang perlu kita sadari. Apa yang kita nikmati sekarang,
kota-kota yang sangat bersih, karena kami punya sistem sosial yang
canggih. Dan sistem itu ada di Indonesia. RT/RW. Persis sekali apa yang
dikatakan pak gubernur Hiroshima," tambahnya.
Bima mengungkapkan,
ikhtiar bersama yang di dalam prosesnya ada banyak perbedatan, harus
dijalankan dan didukung oleh banyak pihak tanpa terkecuali.
"It's about the song, not the singer.
Lagunya adalah Bogorku Bersih, yang nyanyi bisa siapa saja. Yang
penting berjalan dengan baik dan lancar agar Bogor menjadi bersih,"
tukasnya. (ent)
0 komentar:
Post a Comment