Banner 1

Thursday, 22 September 2016

Garut dan Sumedang Luluh Lantak, Bogor Harus Siaga!

BOGOR – Banjir Garut dan longsor Sumedang menjadi alarm peringatan bencana bagi Kota dan Kabupaten Bogor. Sepanjang September hingga November nanti, intensitas hujan yang turun di atas rata-rata.
Penyebabnya antara lain karena kondisi Dipole Mode negatif. Ini artinya suhu muka laut di sebelah Barat Sumatera lebih panas dibanding Timur Afrika.
“Sehingga menjadikan Jawa bagian barat banyak menghasilkan uap air awan hujan,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dramaga, Dedi Sucahyono, kepada Radar Bogor Rabu (21/09/2016).
Selain karena Dipole Mode negatif, ada juga dampak dari gejala Lalina lemah. Yang artinya suhu laut di daerah Pasifik Barat Amerika lebih dingin dari biasanya.
Khusus Jawa Barat yang secara topografi terdapat banyak gunung, menjadikan aktivitas hujan semakin meningkat. Khususnya hujan lokal. Sehingga harus diwaspadai wilayah-wilayah di kaki gunung seperti Bogor, Cianjur, Sukabumi juga Garut.
“Utamanya yang akan intens yakni hujan siang, sore hingga malam hari. Perlu diwaspadai daerah rawan longsor terutama mereka yang rumahnya berada di bawah kaki gunung,” paparnya.
Terkadang, kata Dedi, hujan masih akan mengguyur hingga Maret bahkan April tahun mendatang. Namun dengan intensitas ringan.
“Puncaknya bisa di Desember atau awal Januari. Kalau sepekan terakhir posisinya masih aman,” ungkapnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, Ganjar Gunawan, mengingatkan longsor, banjir dan cuaca ekstrem selalu menjadi ancaman bagi Kota Bogor. Karenanya dia mengajak masyarakat untuk siaga dan memahami tentang ancaman bencana di sekitarnya.
“Kalau masyarakat memiliki kesadaran dan pemahaman tentang ancaman bencana di sekitarnya, harapannya adalah korban jiwa dan korban harta bisa diminimalisir,” tukasnya.
“Itu menjadikan Indonesia bagian selatan banyak hujan,” kata dia.
Kabupaten Bogor pun tak kalah gencar menebar ancaman bencana. Mulai dari longsor, banjir, putting beliung hingga kebakaran. Wilayah timur, barat juga selatan menjadi daerah yang banyak terancam longsor dengan topografi perbukitan. Sementara wilayah tengah relatif aman.
“Banjir sering terjadi di wilayah Bojong Gede,” kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor, Budi Aksomo.
Antisipasi bencana, menurut Budi, bukan hanya pekerjaan aparat setempat, namun lebih kepada kesadaran masyarakat untuk tanggap bencana. Sehingga jika ada bencana masyarakat bisa segera melaporkan mulai dari tingkat desa, kecamatan maupun Pemda Bogor.(ent)

0 komentar:

Post a Comment