BOGOR-RADAR BOGOR, Walikota Bogor Bima Arya menghadiri seminar Internasional bertajuk ‘Challenging Family in Asia: Present and Future’ yang dihelat oleh Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) di IPB International Convention Center (IICC), Selasa (4/9/2018).
Dalam acara tersebut dihadiri para praktisi pengembangan anak dan keluarga dari lima negara, yakni Indonesia, Australia, Korea Selatan, Malaysia dan Thailand. Hadir pula Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB Drajat Martianto dan Dekan FEMA IPB Ujang Sumarwan.
Ia menambahkan, menguatkan nilai-nilai dalam keluarga menjadi strategi utama untuk mewujudkan Bogor sebagai kota ramah keluarga. Menurutnya, dari keluargalah tercetak generasi penerus bangsa yang handal dan berprestasi. Meski tentunya juga harus turut didukung sekolah dan lingkungan yang baik.
“Untuk mewujudkan itu pembangunan tidak harus terfokus secara fisik tapi juga isu sosial dan juga human development-nya. Dibutuhkan peran perempuan karena bicara keluarga ujung tombaknya ibu-ibu yang memang berada dalam keseharian. Salah satu program untuk mengatasi permasalahan tersebut, yakni ‘Sekolah Ibu’ untuk menambah pengetahuan dan kemampuan para ibu agar dapat menjalankan perannya dalam keluarga dengan baik dalam membangun sikap anak–anaknya,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan FEMA IPB Ujang Sumarwan mengapresiasi langkah Walikota Bogor Bima Arya dalam upaya mewujudkan ketahanan keluarga di wilayahnya.
“Alhamdulillah kami dari IPB punya hubungan yang baik dengan Pemerintah Kota Bogor. Kami mengembangkan program secara bersama, memberikan masukan kepada walikota. Ini salah satu contoh yang baik bagaimana sinerginya terjaga. Targetnya sama, yakni menyejahterakan keluarga,” ujar Ujang.
Ujang yang mendengar paparan Bima Arya seputar program ‘Sekolah Ibu’ mengaku hal tersebut sangat relevan dengan kondisi keluarga saat ini. Di mana tantangan keluarga dari luar sangat kuat.
“Tentunya value yang masuk ke keluarga tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai yang dianut keluarga dan budaya setempat. Interaksi di antara keluarga secara fisik semakin berkurang karena dengan adanya komunikasi yang semakin meluas, seolah-olah anggota keluarga teralihkan perhatiannya, terutama dengan adanya gadget,” jelasnya.
Sehingga, kata dia, keluarga perlu diperkuat agar mereka dapat kembali ke jati dirinya. “Sesibuk apapun jangan melupakan interaksi di dalam keluarga. Poin lain yang coba diangkat dalam seminar ini adalah keluarga itu memerlukan bantuan kebijakan-kebijakan yang tepat dari pemerintah juga uluran tangan dari para pendidiknya. Keluarga ini perlu dibantu agar mereka bisa memberdayakan dirinya sendiri,” beber dia.
Dalam seminar internasional tersebut turut menghadirkan pembicara ahli psikologi pengembangan anak dari Queenslnad University Australia, pusat pengembangan anak Thailand, Korea Selatan, Malaysia dan tentunya Indonesia sebagai tuan rumah.
“Tujuannya kita saling belajar mengenai isu-isu penting apa yang spesifik antar negara. Mencari cara mengembangkan kolaborasi antar negara sehingga dapat mengembangkan riset penting. Riset ini kita dimanfaatkan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat khususnya perkembangan anak dan keluarga,” pungkasnya. (Santiko/Adt/Pri)
Sumber : RADAR BOGOR
0 komentar:
Post a Comment