Home »
» Identik dengan Asulisa dan Pesta Seks, MUI Kabupaten Bogor Imbau Tak Rayakan Valentine
CIBINONG-RADAR BOGOR, Perayaan valentine yang
diperingati esok hari (14/2), kerap diidentikan dengan tindakan negatif,
salah satunya pesta seks. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten
Bogor, Mukri Aji mengeluarkan himbauan terkait peringatan Valentine. Ia
khawatir, peringatan yang kerap diidentikan dengan hari kasih sayang
ini diisi masyarakat Bumi Tegar Beriman dengan perbuatan asusila hingga
pesta seks.
“Itu salahnya valentine. Karena dampak dan efeknya perzinaan,
prostitusi, sampai Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgendered (LGBT). itu
bertentangan dengan hukum syariah,” ungkapnya kepada Radar Bogor,
Selasa (12/22019).
Ia
berharap, masyarakat tidak terjebak dalam konsep valentine yang
mengagungkan kasih sayang dalam satu hari. Terlebih, mempersepsikan
kasih sayang dengan cara melakukan perbuatan asusila. “Kasih sayang
dalam Islam itu tidak hanya tanggal atau bulan itu saja. Tapi di setiap
waktu memberikan kasih sayang. Jadi iklhas bukan karena sesuatunya,”
kata Mukri Aji.
Jika tidak mengindahkan himbauannya, bukan hanya akan melanggar
norma-norma agama. Melainkan juga rentan terhadap penyebaran virus HIV
dan Aids. Karena, menurutnya, di Kabupaten Bogor penderita penyakit
tersebut sudah terbilang tinggi. “Soal dampaknya ada HIV, Aids, atau
hamil dan sebagainya itu dampak. Makanya udahlah jangan valentine,”
tuturnya.
Sementara itu, Kabid Perundang-undangan Satpol PP Kabupaten Bogor,
Agus Ridhollah mengaku siap melakukan langkah penertiban di hari
valentine. Penertiban itu dilakukan dalam bentuk razia kos-kosan,
kontrakan, hingga tempat hiburan malam (THM) seperti halnya dilakukan
rutin dalam operasi nongol babat (nobat).
“Kalau kita secara tugas melakukan operasi rutin nobat terus
dijalankan. Hari kerja, hari libur, termasuk di momen-momen tertentu.
Itu memang kegiatan rutin,” kata Agus.
Diberitakan sebelumnya, Catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten
Bogor, jumlah penderita HIV baru di Kabupaten Bogor selama tahun 2018
ada sebanyak 290 orang. Jumlah tersebut meningkat dari jumlah penderita
HIV di tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 264 orang.
Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes
Kabupaten Bogor, Agus Fauzi mengatkan bahwa pihaknya terkendala
mendeteksi penyakit HIV. Karena, umumnya penyakit terkesan ditutupi oleh
penderitanya. “Ini penyakit yang berbahaya tapi tidak terlihat,”
ungkapnya kepada Radar Bogor, Senin (11/2).
Meski begitu, pemeriksaan yang dilakukan oleh Dinkes Kabupaten Bogor
pada tahun 2018 terbilang lebih masif, yaitu kepada 21.850 orang yang
terindikasi HIV. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya dilakukan
kepada 14.267 orang.(fik/c)
Related Posts:
Tiga Jurnalis Asal Depok Naik Kepuncak Carstesnz
DEPOK – Menyambut HUT ke-72 Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tiga dari 11 junalis asal Depok baik media cetak dan elektronik melakukan ekspedisi pendakian ke Puncak Tertinggi Puncak Carstesnz Pyramid atau Puncak Soekarno,… Read More
Terlibat Korupsi, Kepala DPMPTST Kota Bandung Dituntut 1,5 Tahun Penjara
BANDUNG – Sidang tuntutan di PN Tipikor Bandung, beragendakan tuntutan terhadap Eks Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Bandung, Dandan Riza Wardhana. Terdakwa Dandan dituntut huku… Read More
Pria Bertato Tewas di Mampang Depok, Ada Darahnya di Kepala
DEPOK – Pemilik toko di komplek ruko CBD Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoranmas dikejutkan dengan adanya sosok mayat pria bertato yang bersandar di tembok pembatas ruko dengan sebuah kali, Kamis (28/9/17).Salah seorang s… Read More
Hari Batik Nasional, Saatnya Batik Masuk Sekolah, Kenali Dulu, Baru Cintai Batikmu
Warga Bogor patut berbangga. Di Hari Batik Nasional, 2 Oktober tahun ini, sedikitnya sudah ada lima batik khas Kota Hujan yang telah diakui dan disukai berbagai kalangan. Diantaranya: batik Handayani Geulis, batik Tradisik… Read More
Nabila Syakieb Sempat Tutupi Kehamilannya Karena Mitos
Sempat merahasiakan kehamilan, aktris Nabila Syakieb akhirnya mengakui kalau saat ini dia tengah berbadan dua.Perempuan kelahiran Bogor, 31 tahun itu mengatakan alasannya menutupi kehamilan lantaran masih percaya pada tradi… Read More
0 komentar:
Post a Comment