Banner 1

Wednesday, 6 February 2019

Komnas HAM Puji Langkah Bima Arya Membangun Toleransi


BOGOR-RADAR BOGOR, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Harmonisasi Sosial’ yang digelar Wali Kota Bogor Bima Arya, Senin (4/2/2019).
Menurut Choirul Anam, FGD tersebut sangat baik membicarakan fondasi kebangsaan soal bagaimana membangun toleransi.
Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua MUI Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh, Kapolresta Bogor Kota Kombes Hendri Fiuser, Dandim 0606/Kota Bogor Letkol Czi Aji Sujiwo, tokoh lintas agama, tokoh masyarakat Kota Bogor, dan komunitas Bogor Sahabat (Bobats).
Choirul Anam mengatakan cukup kagum dengan kerukunan antar umat beragama di Kota Bogor. Sayangnya, hal-hal seperti itu jarang terekspos, baik oleh pemberitaan maupun di sosial media.
“Tantangan paling besar saat ini adalah merawat toleransi dan kerukunan, bukan yang lain. Bagaimana caranya merawat kehidupan yang baik tersebut harus di publikasikan ke semua tempat. Agar kelompok-kelompok intoleran itu memang betul-betul kecil. Karena kita sering mempublikasikan kelompok intoleransi ini sehingga dianggapnya merupakan sesuatu yang besar. Padahal yang paling besar adalah kelompok-kelompok yang toleran,” ungkap Anam.
Menariknya, lanjut dia, forum ini mengajak semua orang untuk menjadi kelompok yang mendukung toleransi dan menjadi aktor yang guyub, akrab dan sebagainya.
“Saya orang bogor. Realitasnya memang seperti ini. Yang penting juga kalau ada kekerasan oleh kelompok intoleran penegakan hukum dengan tegas. Gitu aja treatment-nya. Faktanya memang Kota Bogor adalah toleransi dan pluralisme. Yang jadi soal adalah nuansa pluralisme dan keberagaman ini tidak dinaikkan atau dipublikasikan dengan cukup,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua MUI Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh menyatakan bahwa FGD ini semoga menjadi awal titik yang baik untuk merawat kebersamaan.
“Beberapa waktu lalu saya mendapat inspirasi dari acara Gusdurian atau haul Gus Dur bahwa ada dua kalimat yang saling berhubungan yakni keberagamaan dan keberagaman. Artinya, nilai keberagaman seseorang ternyata berbanding lurus dengan sejauh mana dia menghayati keberagamaan,” katanya.
“Semakin dia menghayati dan menghormati keberagaman sesungguhnya nilai keberagamaannya semakin tinggi. Itu disampaikan juga oleh guru-guru kita. Seperti Syekh Abdul Qodir Jaelani. Justru semakin orang memahami agamanya semakin menghormati keberagaman. Islam sendiri memberi contoh, telah lahir belasan firqoh, ratusan marhab dan ribuan tarekat. Itu menunjukkan Islam sendiri di dalamnya sudah begitu beragam. Ini menjadi satu titik tolak dan aset yang berharga untuk Memandang dunia luar dan menghargai keberagaman tadi,” tambah Kyai Toto, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Walikota Bogor Bima Arya mengungkapkan FGD ini merupakan langkah dari Komnas HAM, LSM Imparsial dan Asia Foundation yang ingin membidik Kota Bogor sebagai project kajian tentang kebersamaan dan keberagaman.
“Karena ada hal yang menarik di sini. Mainstreamnya sebetulnya adalah kota yang pluralis tetapi mengapa ada peningkatan dari Setara Institute yang menyebut bahwa Kota Bogor sebagai kota yang intoleran. Jadi apa yang sebenarnya terjadi dan hal-hal apa yang menyebabkan itu?,” ujar Bima, balik bertanya.
Sehingga, kata dia, ia bersama Muspida dan tokoh lintas agama bersepakat bahwa arus utama Kota Bogor itu adalah mencintai keberagaman.
“Kalaupun ada yang menolak keberagaman itu adalah minoritas tidak banyak. Sekarang bagaimana menampilkan semangat mayoritas itu ke permukaan. Gerakan disupport oleh teman-teman ini. Karena mereka mendukung bahwasanya pemerintah lokal ini juga fokus pada isu-isu ini,” pungkasnya. (indra/pri)

0 komentar:

Post a Comment