Banner 1

Monday, 4 June 2018

Jalur Mudik Belum Aman




JAKARTA–Pembangunan Jalan Tol Jakarta-Surabaya yang belum kelar seratus persen saat arus mudik, coba diimbangi dengan rekayasa lalu lintas. Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Royke Lumowa menggelar survei Jalan Tol Jakarta-Surabaya antisipasi kemacetan akibat pembangunan yang belum selesai dan bottleneck menjadi salah satu fokus.
Survei Jalan Tol Jakarta-Surabaya ini digelar tiga hari dari Jumat hingga Minggu (1-3/6). Untuk hari pertama, kakorlantas mengunjungi Jalan Tol Batang- Semarang. Tepatnya, Jembatan Kalikuto yang diprediksi belum kelar hingga 8-10 Juni, yang diprediksi menjadi puncak arus mudik.
Royke Lumowa menuturkan, titik Jembatan Kalikuto ini begitu diprediksi menjadi titik kemacetan krusial saat arus mudik Lebaran 2018. Penyebab utamanya adalah penyelesaian pembangunan jembatan baru bisa dilakukan beberapa hari setelah puncak arus mudik. ”Penyelesaian pembangunan jambatan Tol Kalikuto ini sekitar 12 Juni atau 13 Juni,” terangnya.
Namun, arus puncak diprediksi terjadi dua hari hingga empat hari sebelumnya, 8-10 Juni. Kondisi tersebut tentunya membuat Korlantas harus ekstrakeras dalam membuat rekayasa lalu lintas.
Salah satu rekayasa lalu lintas yang akan dilakukan berupa pengalihan arus. ”Sebelum jembatan, kami arahkan ke kiri menuju jalan arteri hingga menembus ke Jalan Pantura,” terangnya.
Ada tiga titik keluar pengalihan arus. Dengan begitu, tidak terjadi kemacetan pada titik keluar tersebut. Kendaraan terbagi tiga menuju keluar tol. ”Ada rekayasa lain yang juga dilakukan,” ungkapnya.
Yakni, berupa sistem pengoperasian yang hanya dilakukan siang hari. Menurutnya, kondisinya fleksibel dilihat dari kondisi jalan arteri. Bila jalan arteri di sekitar Tol Batang-Semarang tidak macet saat malam hari, maka jalan tol tidak akan dibuka. ”Kalau macet akan dibuka untuk membagi arus,” terangnya.
Titik kemacetan lain di Jalan Tol Batang–Semarang adalah exit Tol Manyaran. Rekayasa untuk exit tol ini sedang dimatangkan. Polres Kendal akan diminta untuk bisa memantau titik tersebut. ”Ada rekayasanya juga, kami sedang siapkan,” ungkapnya.
Terobosan lain untuk mengantisipasi kemacetan berupa jalur khusus evakuasi. Dia menuturkan, di setiap ruas jalan tol diupayakan untuk ada jalur khusus evakuasi yang diperuntukkan bagi ambulan dan kepentingan mendesak lainnya. ”Mobil ambulan bila ingin menjemput orang yang sakit saat mudik bisa lebih mudah,” ungkapnya.
Korlantas telah memprediksi jumlah kendaraan yang akan mudik saat lebaran. Menurutnya, kemungkinan besar 45 ribu kendaraan akan mudik dari Jakarta menuju daerah. ”Yang pasti, harus terbagi antara jalan tol dengan jalan biasa,” paparnya.
Menurutnya, yang juga menjadi masalah adalah bottleneck di jalur- jalur yang dilewati pemudik. Kondisi itu harus diantisipasi petugas secepatnya. ”Saya telah instruksikan tidak boleh ada bottleneck atau penyempitan jalan di jalur mudik,” terangnya.
Pasar tumpah dan sebagainya, lanjutnya, harus bersih saat arus mudik dimulai. Dia mengatakan, jangan sampai kemacetan parah terjadi karena bottleneck. ”Gak boleh ada ini penyempitan jalan,” ungkapnya.
Sementara itu, musim mudik lebaran kendaraan berat seperti truk dan bus besar diimbau untuk tidak melintas di Jalur Puncak namun menggunakan alternatif lain seperti Jonggol.
Kasat Lantas Polres Bogor AKP Hasby Ristama mengatakan, kini akses Jonggol sudah dalam kondisi layak untuk dilalui. Ia berharap, kecelakaan lalu lintas di kawasan wisata Puncak juga bisa ditekan dan arus kendaraan lebih lancar.
Sementara, Jalur Pantai Selatan Jawa (Pansela) terus digaungkan oleh pemerintah untuk musim mudik tahun ini. Jalur ini dinilai akan memecah kemacetan karena bisa digunakan sebagai alternatif. Sementara itu di beberapa jalur mudik lain, masih terlihat beberapa masalah seperti jalan berlubang.
Kabiro Komunikasi Publik Kementerian PUPR Endra Saleh Atmawidjaja mengatakan jika tol bukan satu-satunya pilihan untuk mudik. Dia menyarankan agar masyarakat juga menggunakan jalan alternatif seperti Pansela. Jalur tengah juga menjadi pilihan yang bisa digunakan. ”Kemantapan jalur mudik sudah 90 persen. Sebab beberapa ruas belum sempurna,” tuturnya.
Euforia penggunaan tol menurutnya tidaklah hal yang baik. Dikahawatirkan tol akan menjadi padat. Untuk jalur selatan, Endra mengatakan jika di beberapa titik masih rawan longsor. Bentuk geografis Pansela yang banyak terdapat pegunungan membuat daerah itu rawan longsor. Hampir di seluruh propinsi memiliki titik rawan.
Menurut data Kementerian PUPR, jalur Pansela Jawa memiliki panjang 1.405 kilometer. Masing-masing jalur memiliki lebar jalan antara lima meter sampai tujuh meter. Jalur Pansela menyusuri garis tepi pantai mulai dari Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga Jawa Timur.
Pemerintah cukup giat untuk mempromosikan jalur ini. Selain untuk memecah macet, mudik melalui Pansela memiliki banyak objek wisata dan suguhan kuliner.
Untuk menanggulangi masalah karena longsor, Endra mengatakan jika PUPR sudah menyiapkan tim siaga bencana saat mudik. Tim tersebut terdiri dari karyawan PUPR yang disiagakan secara bergantian.
”Ada 80 posko yang disiapkan untuk jalur-jalur yang dianggap rawan di Jawa dan Sumatera,” ujarnya. Jika terjadi bencana seperti tanah longsor, tim tersebut akan segera membersihkan jalan.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas Ditjen Perhubungan Darat Pandu Yunianto mengatakan jika pihaknya telah memantau sarana lalu lintas tol fungsional yang akan difungsikan.
Salah satunya adalah patok-patok reflektor untuk memandu pemudik yang berkendara di malam hari. ”Mengemudi malam itu tergantung kebiasaan. Namun kami sudah menyiapkan sarana pendukungnya,” tuturnya.
Namun dia mengingatkan jika berkendara di tol fungsional harus tidak lebih dari 60 km per jam. Kecepatan itu dinilai paling aman.(lyn)
sumber : radarbogor

0 komentar:

Post a Comment