Banner 1

Tuesday, 5 June 2018

Dikukuhkan, Dorong Pembentukan Kementerian Perkebunan



Wacana Kementerian Perkebunan (Kemenbun) yang belakangan mencuat, mendapat respons positif para akademisi. Begitu juga Forum Alumni Independen (FAN) IPB yang resmi dibentuk 1 Juni lalu. Keberadaan Kemenbun dinilai memiliki posisi strategis dalam mengoptimalkan potensi perkebunan nusantara.
Laporan: Rany Puspitasari
Berkaca sejarah perkebunan di Indonesia, awal kolonial hingga jelang Indonesia merdeka memiliki andil besar hingga dikatakan sebagai poros maritim dunia (PMD).
Sebab, komoditas rempah-rempah sejak era Yunani Kuno, Persia, hingga Romawi menjadi komunitas perdagangan dunia. Dan, kawasan Barus, Sumatera, merupakan salah satu pusat perdagangan rempah internasional. Maka dari itu, kehadiran Kemenbun diharapkan bisa lebih mengakselerasi dan mengop­timalisasi sektor ini.
Demikian salah satu poin kajian yang digelar FAN IPB, Jumat (1/6) malam lalu. Kajian dihelat sekaligus peringatan Hari Kelahiran Pancasila dan berdirinya FAN IPB.
Inisiator FAN IPB, Muhammad Karim mengatakan, pemben­tukan Kemenbun sejatinya bisa menjadi ikon bagi peng­uatan PMD. Yakni, dengan mem­bangun ulang jalur rempah maritim di era ekonomi digital. “Komoditas utamanya perkebunan,” ujarnya.
Karim menjelaskan, industri perkebunan menjadi salah satu penopang ekonomi nasional saat ini. Pada 2016, industri perkebunan berkon­tribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional hingga Rp429 triliun.
“Kontribusi ini melampaui sektor minyak dan gas yang hanya Rp365 triliun,” jelas pria yang juga dosen Universitas Trilogi, Jakarta Selatan itu.
Hal senada diutarakan rekan sejawat Karim, Doni Yusri. Dia menyebut, dari 127 komoditas perkebunan, hanya 15 yang mampu menyumbang devisa negara. “Sawit paling besar, menyumbang Rp260 triliun,” kata pria yang meraih gelar doktornya di Jerman itu.
Doni lantas menyinggung ihwal pengusahaan komoditas perkebunan di Tanah Air. Ada tiga komoditas utama seperti sawit, inti sawit, dan teh dikua­sai perkebunan besar. Semen­tara p­erkebunan rakyat yang mendo­minasi pengusaan yakni kakao, kopi, karet, dan kelapa.
Doni berharap kehadiran Kemenbun bisa mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai PMD berbasis komoditas perke­bunan. Indikatornya, kata dia, adalah sumbangsih terhadap perekonomian nasi­onal, men­cip­takan lapangan peker­jaan baru, serta mengen­taskan kemiskinan.
“Komoditas perkebunan termasuk menyangkut hajat hidup orang banyak, dan bisa dikerjakan rakyat banyak,” jelas Doni yang juga tercatat sebagai dosen IPB itu.
Hadirnya Kemenbun diharap­kan tidak hanya berorientasi pada perkebunan besar semata, tetapi mendorong perkebunan rakyat agar petani melonjak kesejahteraannya.(*/c)

Sumber : Radar Bogor

0 komentar:

Post a Comment