Banner 1

Friday, 26 July 2019

Tak Hanya Mega, SBY Juga Pernah Suguhkan Nasi Goreng ke Prabowo


JAKARTA-RADAR BOGOR, Hidangan spesial tersaji saat pertemuan antara Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Rabu (24/7). Selain nasi goreng, putri dari presiden pertama Indonesia juga menyuguhkan sajian lain berupa es kelapa, bakmie Jawa, dan bakwan.
Kepada wartawan usai pertemuan, Megawati pun berseloroh telah menaklukkan Prabowo dengan nasi gorengnya. Demikian pula Prabowo, yang malu-malu mengakui sempat nambah nasi goreng yang disajikan.
Namun rupanya, tak hanya Megawati yang kerap terlihat menjamu Prabowo dengan nasi gorengnya. Politik nasi goreng ini juga sudah pernah dilakukan oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Juli 2017 silam.
Kala itu SBY juga menyediakan nasi goreng untuk menjamu Prabowo. Nasi goreng yang disuguhkan adalah nasi goreng gerobak yang sengaja dihadirkan oleh Presiden ke-6 RI ini. Makanan itu juga salah satu favorit SBY.
Lantas apa sebenarnya ‘politik nasi goreng’ ini? Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin mengatakan, nasi goreng dipilih dalam sebuah jamuan lantaran sifatnya yang luwes. Artinya, ia bisa dinikmati oleh masyarakat biasa maupun golongan elite.
“Nasi goreng adalah makanan rakyat, makanan semua kelompok, semua masyarakat. Artinya elite dan masyarakat kecil menikmati nasi goreng. Nasi goreng ini juga tren, karena bukan saja di Indonesia tapi di dunia,” ujar Ujang kepada JawaPos.com, Kamis (25/7).
Ujang mengatakan, salah satu figur penting dunia yang juga suka menyantap nasi goreng tak lain ialah mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama. Kala berkunjung ke Indonesia, Obama mengatakan, suka menyantap nasi goreng, bakso, dan sate.
“Nasi goreng ini juga salah satu makanan yang dinikmati oleh mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, ketika berada di Indonesia,” katanya.
Ujang menuturkan, sebenarnya sudah banyak yang melakukan diplomasi politik dalam bentuk jamuan makan siang atau malam. Menurutnya, hal itu dipilih lantaran bisa membuat suasana pertemuan lebih akrab dan mengurangi ketegangan.
“Kalau dalam teori politik namanya demokrasi kuliner. Dan kebetulan makannya adalah nasi goreng. Istilahnya ilmu teori ini diplomasi kuliner. Hari ini kita menyaksikan silaturahmi menyuguhkan nasi goreng,” katanya. (JPG)

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment