LEMBANG – RADAR BOGOR,Sejumlah wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam (TWA) Tangkubanparahu diimbau untuk tidak mendekati areal Kawah Ratu dan Kawah Upas.
Selain itu, wisatawan dan pendaki juga diminta senantiasa memperhatikan kondisi cuaca apabila sedang berada disekitar areal tersebut.
Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gunungapi pada Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan.
Menurutnya untuk sementara para wisatawan diimbau untuk tidak diperkenankan mendekat ke areal kawah serta tidak diperbolehkan menginap atau berkemah di kawasan kawah aktif tersebut.
“Ketika cuaca mendung dan hujan diiimbau jangan berada di dekat kawah aktif dikarenakan terdapatnya gas-gas vulkanik yang membahayakan manusia,” kata Hendra kepada wartawan saat dihubungi, Senin (22/7/2019).
Berdasarkan catatan rekaman seismograf pada Minggu (21/7/2019) dari pukul 00.00-24.00 WIB telah terjadi 425 gempa hembusan, dua kali gempa tremor harmonik, tiga kali gempa low frequency, tiga kali gempa vulkanik dalam dan tiga kali gempa tektonik jauh.
Dari pengamatan visual pada Senin (22/7/2019) pukul 06.00 WIB, menunjukan asap kawah utama bertekanan lemah-sedang teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal. Angin bertiup lemah-sedang ke arah utara dan selatan.
Hendra mengingatkan kepada masyarakat di sekitar Gunung Tangkubanparahu, pengunjung atau wisatawan, pendaki dan pengelola wisata agar mewaspadai terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas.
Mengenai gempa yang terekam seismograf, Hendra menjelaskan, belum dapat dibilang peningkatan karena evaluasi dari PVMBG belum selesai mengumpulkan dan mengolah datanya.
“Kalaupun jumlah gempa hembusan meningkat, sebenarnya dua minggu lalu lebih besar lagi. Malah beberapa hari belakangan terus menurun sehingga status Gunung Tangkubanparahu masih dalam level 1 atau normal. Wisatawan masih bisa mengunjungi Tangkubanparahu dengan tetap memperhatikan perkembangan aktivitas gunung dari BPBD dan pengelola,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, kejadian ini selalu berulang, pernah terjadi tahun lalu dan tahun sebelumnya.
“Kita belum tahu apakah surutnya muka air tanah karena musim kering berpengaruh terhadap kondisi yang terjadi saat ini di Gunung Tangkubanparahu,” ujarnya.
(bie/ysp)
0 komentar:
Post a Comment