BANDUNG- RADAR BOGOR,Sedari awal kontestasi pemilihan calon gubernur Jawa Barat 2018 dimulai, aura kebintangan milik pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu (Asyik) tak kunjung bersinar terang.
Bahkan, banyak hasil sigi sejumlah lembaga survei menempatkan calon besutan koalisi Partai Gerindra dan PKS ini di posisi paling buncit. Tapi di hari pencoblosan kemarin, semuanya berubah.
Ya, torehan suara yang dikumpulkan pasangan ‘Asyik’ di hari pencoblosan kemarin, memang mengejutkan. Berdasarkan hasil hitung cepat milik Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Indo Barometer, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dan Charta Politika, mereka menempati rangking kedua setelah pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu). Berturut-turut di bawah mereka, terdapat Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (2 DM) dan pasangan Tb Hasanuddin dan Anton Charliyan (Hasanah).
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera memerinci strategi yang dipakai pihaknya untuk menaikkan elektabilitas Sudrajat-Syaikhu adalah melancarkan ‘serangan udara’.
“Ada tiga strategi, yang pertama konsolidasi kader. Jadi kader ronda, kader jaga TPS, dan ajak masyarakat berhasil, ini serangan darat.
Serangan udara kita menang di media sosial. Media sosial di H-7 digempur habis. H-7 kita merajai media sosial. Lalu endorser kepada Asyik luar biasa. Memang kami berharap apa pun, siapa pun yang menang, selamat. Tapi kami melihat fakta, realitas, makin menemukan strategi yang tepat untuk ganti presiden di 2019,” jelas Mardani, kemarin.
Padahal, dari sejumlah hasil survei sebelumnya, posisi kedua ditempati selalu ditempati 2 DM. Kemarin, hasil hitung cepat SMRC pasangan Rindu meraih 32,21 persen, Asyik 29,53 persen, 2 DM 25,45 persen, dan Hasanah 12,81 persen.
Indo Barometer bahkan mencatat Rindu 32,26 persen, Asyik 28,38 persen, 2 DM 26,35 persen, dan Hasanah 13,01 persen. Tak jauh berbeda, dalam hitung cepat LSI pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum dapat 32,96 persen, Sudrajat-Ahmad Syaikhu 28,08 persen, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 25,99 persen. Sedangkan, Tb Hasanuddin-Anton Charliyan 12,98 persen.
Peneliti senior LSI Denny JA, Aji Al Farabi menilai, kemenangan Asyik di Jawa Barat tidak lepas dari sosok Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
”Sangat besar ya (pengaruh Prabowo), kalau kita lihat dari sisi pengalaman hasil Pilpres 2014 di sana Pabowo menang di atas Jokowi,” ujar Ali, di Kantor LSI Denny JA, Rabu (27/6). Selain itu, faktor yang menentukan adalah ‘nurut’-nya para pendukung Probowo terhadap perintah sang ketua umumnya.
“Oleh karena itu, kita lihat di acara debat kandidat pasangan Asyik mencoba menegaskan kedekatan itu, kedekatan mereka adalah calon yang diusung Prabowo,” ujar Ali.
“Muncul kaus bertuliskan ganti presiden, ganti gubernur saat debat, juga terlihat masif di ruang publik selebaran yang disebar, mereka mencoba menguatkan calon yang diusung Prabowo adalah pasangan Asyik,” sambunya.
Walaupun di Jawa Barat pasangan Asyik kalah, Ali melihat pada Pilpres 2019 nanti nya tidak akan mempengaruhi loyalitas pendukung Prabowo di Bumi Priangan.
”Artinya kalo Prabowo yang maju pengaruhnya di Jawa Barat juga masih kuat,” ujar Ali.
Di sisi lain, Ali menegaskan jika hasil pilkada kali ini tidak memiliki pengaruh secara langsung kepada penyelenggaraan Pilpres 2019 mendatang. ”Tapi sekali lagi kemenangan ini menurut kami tidak akan pararel nanti dengan hasil di pilres,” ujar Ali. (net)
Sumber : Radar Bogor