Banner 1

Tuesday, 3 September 2019

Viral Aksi ‘Sumpah Laknat’ Kader Golkar, Ini Reaksi Bamsoet


JAKARTA-RADAR BOGOR, Internal Golkar kembali geger lantaran sebuah video yang memperlihatkan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi yang sedang mengeja sumpah di hadapan para pengurus DPD Golkar tingkat Kabupaten maupun Kota. Mereka kemudian diminta mengikuti dan mengulangi ikrar sumpah tersebut. Kejadian itu pun viral di media sosial.
Dalam video itu, tampak seorang tokoh agama Islam mengangkat tinggi Alquran pada posisi di atas kepala para pengucap sumpah. Terlihat dalam video itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga berdiri mendengarkan sumpah yang diucapkan para bawahan partainya. Beberapa elite DPP Partai Golkar juga terlihat menyaksikan pengucapan sumpah itu, di antaranya Melchias Markus Mekeng, Ketua Korbid Wilayah Timur.
Menanggapi hal itu, Wakil Korbid Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo menilai, telah terjadi anomali atau keanehan dalam praktek kepemimpinan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Menurutnya, hal itu mempermalukan Golkar sebagai partai politik modern berhaluan nasionalis.
Bambang menjelaskan, sejatinya, dalam setiap agama, sumpah yang diucapkan di bawah Kitab Suci (Alquran, Alkitab, dan lainnya), dengan membawa nama Allah sang pencipta alam semesta, merupakan sesuatu yang sakral dan tidak sembarangan.
Menurutnya, seremoni pengucapan sumpah di muka kitab suci itu dilakukan oleh para pejabat di level jabatannya masing-masing, agar yang bersangkutan mengingat dengan sungguh-sungguh amanah yang diberikan melalui jabatan tersebut.
“Intinya, agar pejabat pemerintah yang disumpah tidak boleh berkhianat kepada rakyat atau warga negara yang sudah menitipkan amanah mulia kepadanya,” tutur Bambang kepada JawaPos.com, Minggu (1/9).
Ketua DPR yang akrab disapa Bamsoet ini juga melanjutkan, apabila dihubungkan dengan situasi riil yang menimpa Partai Golkar hari-hari ini, maka aksi sumpah para pengikut Airlangga itu tampak tidak lazim dan cenderung aneh. Pasalnya, di tengah konflik organisasi, tiba-tiba para pengurus harus mengucapkan sumpah dengan membawa nama Allah untuk tetap mendukung Airlangga Hartarto.
“Bagaimana mungkin, Airlangga yang sudah berkhianat terhadap AD/ART Partai Golkar, serta berlaku semena-mena misalnya dengan aksi pendudukan sepihak Kantor DPP Partai Golkar, meminta para pengurus Golkar untuk tidak mengkhianatinya?” kata Bambang.
Bamsoet justru khawatir, video itu akan menimbulkan persepsi bahwa kader Golkar terutama para loyalis, dan pengikut Airlangga hanya menjadikan agama sebagai perkakas politik. Padahal, agama itu simbol kejujuran yang harus tercermin dalam setiap jabatan yang diemban oleh pemeluk agama termasuk yang sedang menjabat sebagai ketua umum.
“Jangan samapai muncul pandangan atau cap bahwa para loyalis dan pengikutnya Airlangga hanya menjadi agama sebagai alat bagi pemuasan kepentingan kekuasaan politik belaka,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, dari perspektif kebangsaan dalam konfigurasi dan anatomi politik Indonesia, aksi sumpah politik bernuansa agama yang dilakukan oleh para pengurus Golkar di wilayah Provinsi Jawa Barat itu, semakin mengaburkan karakteristik Partai Golkar sebagai partai nasionalis tengahan.
Diketahui, beredar video pelantikan pengurus Partai Golkar di Jawa Barat. Dalam video tersebut tampak Ketua Dedi Mulyadi didampingi Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto beserta elite pendukungnya.
Di video itu, Dedi membacakan ‘Sumpah Laknat’ kepada jajaran kader agar bersedia mendukung dan memenangkan Airlangga Hartarto dalam sukses pemilihan Ketua Umum Golkar untuk periode 2019-2024.
“Demi Allah, saya bersumpah, saya akan mencalonkan, mendukung dan memilih bapak insinyur Ailangga Hartarto sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar 2019-2024,” ujar Dedi Mulyadi yang kemudian diucap ulang para kader seperti dikutip dari video, Minggu 1 September 2019.
Dalam pembacaan naskah sumpah itu, Dedi menegaskan para kader harus siap menerima konsekuensi dan laknat jika tidak memenangkan Airlangga.
“Saya bersedia mendapat konsekuensi apabila saya mengingkari dan mengkhianati sumpah ini. Dan, saya bersedia menerima laknat atas pengkhianatan saya, Purwakarta 31 Agustus 2019,” katanya. (JPG)

0 komentar:

Post a Comment