BOGOR – Pasca diberlakukannya sistem satu arah
(SSA) seputar Kebun Raya Bogor, pemkot diharapkan segera melakukan
pengaturan kembali (rerouting) 13 trayek angkot.
Tumpang tindih trayek mengakibatkan, gesekan sesama supir angkot dan pendapatan mereka pun turun.
“Kami harap jangan sampai terjadi bentrokan. Sesama supir angkot,
rebutan penumpang. Ditambah lagi rebutan penumpang dengan bus.
Bayangkan, 13 trayek dalam SSA ini bertabrakan. Rerouting perlu
dilakukan lagi,” ungkap Ukar (52), salah seorang supir 02 trayek
Bubulak-Sukasari yang ikut demo di Balaikota, Rabu (27/04/2016).
Hal senada diungkapkan, Linda (45) pemilik angkot yang beroperasi di
trayek 11. Dia merasa dirugikan, dengan penerapan SSA. Biasanya dalam
satu hari, bisa mendapatkan Rp160 ribu.
Namun, setelah penerapan SSA,
pendapatannya hanya Rp135 ribu.
“SSA ini juga memindahkan kemacetan ke Pancasan, Gunungbatu dan Kapten Muslihat,” katanya.
Kasat Lantas Polres Bogor Kota, AKP Irwandi mengatakan, sebelum
penerapan SSA, kawasan Pancasan, Gunungbatu dan Kapten Muslihat memang
sudah langganan macet, bukan karena imbas SSA.
“Sudah tertib kah masyarakat? Belum. Masih banyak supir ngetem di
depan halte, terutama di depan Taman Topi.
Apa bisa supir ini menurunkan
dan menaikkan penumpang saja di depan halte? Tidak. Ada lagi supir yang
parkir di badan jalan.
Kenapa SSA yang disalahkan,” jelasnya.(ent)
0 komentar:
Post a Comment