BOGOR-RADAR BOGOR, Puluhan siswa SMP Terbuka 911 Cijeruk, terpaksa belajar di tenda lantaran tak memiliki lahan bangunan sekolah. Kondisi tersebut berlangsung selama delapan tahun.
Para siswa terpaksa belajar di tenda beratapkan terpal sobek di halaman depan dan belakang rumah milik seorang guru.
Sekolah yang didirikan Kepala SMK Terbuka 1 Cijeruk Cucu Sumiati bersama mendiang suaminya itu tidak mempunyai lahan dan bangunan.
Minimnya sarana dan prasarana pendidikan menjadi pemandangan yang biasa bagi para siswa. Meski begitu semangat mereka untuk belajar patut diacungi jempol, hal terpenting baginya dapat mengenyam pendidikan hingga mendapatkan ijazah.
Sewaktu-waktu hujan turun, para siswa harus menyingkir masuk ke rumah agar mereka dan buku pelajarannya tidak basah.
SMP Terbuka 1 Cijeruk atau yang dikenal SMP TB 911 itu sudah berdiri sejak 21 September 2011. Berada di Jalan Sukabakti, Kampung Cijeruk, RT 02/05, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Sekolah itu pertama kali beroperasi di gedung SD negeri yang ada di Cijeruk. Namun, SMP TB 911 harus tersisih lantaran gedung sekolah yang ditempatinya akan direnovasi atau dibangun.
Sekolahan pun pindah mencari tempat baru. Mereka kemudian menyewa di gedung madrasah. Namun kemudian harus pindah lagi karena gedung tersebut tidak layak huni.
Perjuangan Cucu tak berhenti sampai di situ. Sekolah tersebut kembali mendapatkan tempat baru untuk pindah. Gedung madrasah dekat kediaman Cucu menjadi pilihannya.
Namun tidak berselang lama, gedung madrasah yang berdiri di tanah wakaf itu terjadi masalah. Ada konflik yang terjadi di antara keluarga yang memberikan tanah wakaf tersebut sehingga menyebabkan sekolah itu kembali pindah.
Cucu pun hanya bisa meratapi nasib. Tak mau siswa-siswinya berhenti menuntut ilmu, Cucu pun menyulap kediamannya menjadi sekolah dadakan, meski tempat yang dimilikinya tidak begitu cukup memadai.
“Karena bangunan SD negeri yang biasa kami tumpangi sedang direnovasi, maka kami pun menyewa bangunan madrasah untuk kegiatan belajar,” kata Cucu, kemarin.
Cucu juga mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah desa, kecamatan dan lainnya. Padahal, sekolah yang didirikannya itu membantu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor dalam meningkatkan angka rata-rata lama sekolah.
“Saya selaku pemilik atau kepala sekolah tidak pernah memungut uang SPP kepada murid, di mana setiap lulusan SMP Terbuka 1 Cijeruk ini mendapatkan ijazah persamaan dari SMPN 1 Cijeruk,” ujarnya.
Sementara itu, Kadisdik Kabupaten Bogor Entis Sutisna mengaku akan mencari solusi agar siswa SMP Terbuka 1 Cijeruk dapat belajar dengan nyaman.
“Kepala Bidang SMP sudah ke sana. Nanti kegiatan belajar mengajar dipindah ke bangunan SD negeri lain di sekitar sana. Jadi siswa dan guru tidak perlu jauh,” kata Entis.
Menurutnya, Pemkab Bogor telah terbantu dengan sekolah terbuka. Seperti yang digagas Cucu Sumiati, yang bisa mendongkrak angka rata-rata lama sekolah dan partisipasi pendidikan di Bumi Tegar Beriman.
“Tentu harus dibantu juga oleh pemda. Karena peran mereka mendekatkan pelayanan pendidikan,” ujar Entis. (ded/mtr)
0 komentar:
Post a Comment