BOGOR – Dua kaki mungil itu tampak begitu lincah.
Dia meloncat dari satu kasur ke kasur yang lain, sore itu, akhir pekan lalu.
Mungkin, dalam imaji si bocah, kamar seluas hampir 4×4 meter itu
adalah arena bermain yang menyenangkan.
Padahal jelas itu merupakan
ruang tidur setiap malamnya.
Menyambangi Balai Kesejahteraan Sosial
(BKS) Kabupaten Bogor.
Ada empat tempat tidur yang disusun berjejer.
Tak lama AJ (5) datang
sebagai ‘peserta baruuntuk tidak meloncatinya.
Namun, tiba-tiba saja dia
menangis tanpa sebab.
Padahal belum lama bocah tuna rungu begitu senang
bermain.
“Dia mungkin lapar atau ingin buang air.
Biasanya begitu pasti teriak
atau menangis,” ujar pekerja sosial pada BKS Kabupaten Bogor, Pandi
Wahono ketika ditemui sore itu.
Suasana saat itu memang lenggang, sehingga rengekan AJ begitu
menggema.
“Tunggu saya panggilkan pekerja lain supaya menenangkan AJ,”
ucap Pandi.
AJ adalah satu dari tujuh anak yang sementara ini menjadi penghuni
BKS.
Berdasarkan penuturan Pandi, AJ ditemukan menggelandang di jalan
ketika sedang dilakukan razia.
Karena tidak ada yang mengaku sebagai
anaknya ataupun adanya laporan kehilangan, sementara ini dia menginap
di BKS.
Pandi pun tidak bisa menjawab sampai kapan AJ tinggal di BKS.
Lantaran jika tidak ada satupun keluarga yang menjemput sudah menjadi
tanggung jawa mereka untuk merawat AJ.
“Bagi orang tua seharusnya mereka peduli kepada anaknya,” lirihnya.
Selain AJ, sebelumnya AK (11) warga Ciomas Rahayu korban kekerasan
rekan ibunya juga tinggal bersamanya.
Kini AJ berkamar bertiga dengan
dua anak lain yang kurang akur dengannya.
Maklum selain rewel, bocah
yang memiliki tubuh kurus itu juga tidak bisa mendengar.
Namun dia kebanyakan mengisi waktunya dengan menggambar.
“Total ada 17 anak yang pernah ditampung disini.
Mereka umumnya anak
yang sengaja diterlantakan, korban kekerasan titipan dari polres, hingga
mereka yang memiliki keterbelakanga mental,” ucap Pandi.(ent)
0 komentar:
Post a Comment