BOGOR – Ulah para spekulan memang mengerikan. Tak
hanya memainkan harga, mereka bahkan berani mengakali keselamatan nyawa
warga. Jelang Ramadan, gas elpiji kian menjadi. Aksi culas mereka yakni
mengonversi gas 3 kg ke tabung 12 kg.
Radar Bogor berhasil mendapat pengakuan mantan pengoplos
yang mengaku membagi-bagi fee ke oknum aparat agar bisnisnya awet. J
(26) asal Kecamatan Bogor Barat bisa dibilang pakarnya soal
mengotak-atik tabung gas.
Dia memulai bisnis gas oplosan tersebut ketika belum beredarnya gas
elpiji 3 kg di pasaran. Dan dia lebih sering mengoplos gas 12 kg ke 12
kg. Kok bisa?“Mainnya (ngoplos,red) dari 12 kg ke 12 kg.
Jadi lima tabung menjadi enam tabung. Jadi kita kurangi isinya.
Namun, ketika turun 3 kg kita mulai beralih kesana,” ujarnya kepada
Radar Bogor.
Dia menyadari gas elpiji 3 kg merupakan barang yang paling dicari
masyarakat khususnya ibu rumah tangga sejak konversi minyak tanah ke
gas.
Bermodal pernah bekerja di tempat Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Elpiji (SPBE), J kemudian membuka usaha pengoplosan gas skala sedang di
rumah kosong milik warga yang disewanya di Tamansari, Kabupaten Bogor
pada medio 2012 lalu.
“Awalnya saya ikut-ikutan, namun akhirnya buka sendiri,”bebernya.
Untuk mengisi satu tabung 12 kilogram, pria 26 tahun tersebut
membutuhkan 4 elpiji melon –sebutan elpiji 3 kilogram. Elpiji 3 kilogram
itu dibeli dari agen dengan harga normal Rp13.500-15.000. Modal yang
dia butuhkan untuk satu tabung 12 kg, Rp60 ribu. Namun ketika dipasarkan
J menjualnya dengan harga Rp90 ribu.
“Kalau harga di pasaran elpiji 12 kg sudah mencapai Rp130 ribu. Saya
hanya mengambil untung Rp30 ribu per tabung. Karena produksi saya
sampai 150 tabung per hari saya bisa dapat Rp4,5 juta per hari. Tinggal
dihitung saja kalau sebulan,” ucapnya.
Tabung-tabung elpiji 12 kilogram yang ’’diproduksi’’ J tersebut
dijual ke ke warung klontongan dan sejumlah spekulan. Tidak sedikit yang
dilempar ke sejumlah restoran.
Omzet yang dia dapat pun tidak tanggung-tanggun yakni Rp1,6 miliar per tahun. Atau, setiap bulan rata-rata mencapai Rp135 juta.
Dalam mengoplos J mengaku tak bekerja sendiri, ada dua orang yang
membantunya, yakni dokter suntik dan kenek dokter (istilah pengoplos
gas).
Peran dokter suntik sangat krusial karena dia yang bertangung jawab
pada proses pengoplosan sedangkan kenek adalah pembantu dokter. Dia yang
membantu menyediakan alat oplos.(ent)
0 komentar:
Post a Comment