Banner 1

Thursday, 26 May 2016

Keuntungan dari Gas Oplosan Capai Miliaran Rupiah


BOGOR – Ulah para spekulan memang mengerikan. Tak hanya memainkan harga, mereka bahkan berani mengakali keselamatan nyawa warga. Jelang Ramadan, gas elpiji kian menjadi. Aksi culas mereka yakni mengonversi gas 3 kg ke tabung 12 kg. 

Radar Bogor berhasil mendapat pengakuan mantan pengoplos yang mengaku membagi-bagi fee ke oknum aparat agar bisnisnya awet. J (26) asal Kecamatan Bogor Barat bisa dibilang pakarnya soal mengotak-atik tabung gas.

Dia memulai bisnis gas oplosan tersebut ketika belum beredarnya gas elpiji 3 kg di pasaran. Dan dia lebih sering mengoplos gas 12 kg ke 12 kg. Kok bisa?“Mainnya (ngoplos,red) dari 12 kg ke 12 kg.

Jadi lima tabung menjadi enam tabung. Jadi kita kurangi isinya. Namun, ketika turun 3 kg kita mulai beralih kesana,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Dia menyadari gas elpiji 3 kg merupakan barang yang paling dicari  masyarakat khususnya ibu rumah tangga sejak konversi minyak tanah ke gas.

Bermodal pernah bekerja di tempat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE), J kemudian  membuka usaha pengoplosan gas skala sedang di rumah kosong milik warga yang disewanya di Tamansari, Kabupaten Bogor pada medio 2012 lalu.

“Awalnya saya ikut-ikutan, namun akhirnya buka sendiri,”bebernya.
Untuk mengisi satu tabung 12 kilogram, pria 26 tahun tersebut membutuhkan 4 elpiji melon –sebutan elpiji 3 kilogram. Elpiji 3 kilogram itu dibeli dari agen dengan harga normal Rp13.500-15.000. Modal yang dia butuhkan untuk satu tabung 12 kg, Rp60 ribu. Namun ketika dipasarkan J menjualnya dengan harga Rp90 ribu.

“Kalau harga di pasaran elpiji 12 kg sudah mencapai  Rp130 ribu. Saya hanya mengambil untung Rp30 ribu per tabung. Karena produksi saya sampai 150 tabung per hari saya bisa dapat  Rp4,5 juta per hari. Tinggal dihitung saja kalau sebulan,” ucapnya.

Tabung-tabung elpiji 12 kilogram yang ’’diproduksi’’ J tersebut dijual ke ke warung klontongan dan sejumlah spekulan. Tidak sedikit yang dilempar ke sejumlah restoran.

Omzet yang dia dapat pun tidak tanggung-tanggun yakni Rp1,6 miliar per tahun. Atau, setiap bulan rata-rata mencapai Rp135 juta.

Dalam mengoplos J mengaku tak bekerja sendiri, ada dua orang yang membantunya, yakni dokter suntik dan kenek dokter (istilah pengoplos gas).
Peran dokter suntik sangat krusial karena dia yang bertangung jawab pada proses pengoplosan sedangkan kenek adalah pembantu dokter. Dia yang membantu menyediakan alat oplos.(ent)

0 komentar:

Post a Comment