Untuk mendapatkan jasa penyewaan anak pun susah-susah gampang. Anak akan disewakan orang tua hanya kepada kenalannya saja. Seperti pengakuan Surti Maemudah (32).
Untuk menyewa anak, tidak bisa sembarangan. Pengemis harus kenal dekat dengan orang tua anak yang akan disewa. Minimal tetangga atau saudara.
“kalau gak kenal gak bakal dikasih. Saya juga menyewa sama saudara saya,”
Sedangkan untuk tarif sewa tergantung usia si anak. Jika masih balita bisa ditebus dengan Rp 50 ribu untuk satu hari mengemis. Sedangkan menginjak usia 6-10 tahun cukup dibayar Rp30 ribu saja.
“itu untuk harga sewa saja. Belum lagi saya harus kasih makan mereka sama jajan juga,” tuturnya.
Menurutnya ada dua cara untuk mendapatkan penghasilan yang besar sebagai mengemis. Selain dengan menyewa anak, bisa berpura-pura cacat.
“Kalau sendiri cuma dapatpenghasilan paling Rp150 ribu sehari. Tapi
kalau sewa anak atau pura pura cacat bisa sampai Rp500 ribu. Apalagi
kalau hari sabtu dan minggu,” tukasnya.
Sementara itu, Sosiolog Universitas Negeri Islam (UIN) Sunan Gunung
Djati, Dadan Suherdian angkat bicara dalam maraknya penyewaan anak
untuk mengemis. Menurutnya, fenomena itu sudah tidak asing lagi.
Hampir di setiap persimpangan jalan dan kota-kota besar mudah dtemui.
“Hal seperti ini sangat sering terjadi. Pengemis saat ini sudah dianggap sebagai sebuah pekerjaan. Sehingga mereka bermetamorfosa dan terbiasa mencari penghidupan dari mengemis. Bahkan mereka menimbun kekayaan dari pengemis. Penyewaan anak ini dianggap dapat menambah empati dan simpatik masyarakat,”tuturnya.
“Hal seperti ini sangat sering terjadi. Pengemis saat ini sudah dianggap sebagai sebuah pekerjaan. Sehingga mereka bermetamorfosa dan terbiasa mencari penghidupan dari mengemis. Bahkan mereka menimbun kekayaan dari pengemis. Penyewaan anak ini dianggap dapat menambah empati dan simpatik masyarakat,”tuturnya.
0 komentar:
Post a Comment