BOGOR–
RADAR BOGOR,Meski beberapan mantan birokrat sudah menyatakan
maju sebagai bakal calon legislatif (bacaleg), ternyata belum ada
satu pun bacaleg yang didaftarkan partai politik ke KPU Kota Bogor.
Padahal deadline
pendaftaran bacaleg akan berakhir besok (17/7). Kejadian ini membuat
Ketua KPU Kota Bogor, Undang Suryatna mengundang para ketua partai
politik untuk melakukan rapat di kantornya, kemarin (15/7).
“Rapat ini untuk
mengingatkan lagi ketua-ketua partai politik supaya jangan sampai
pendaftarannya di akhir,” jelasnya kepada Radar Bogor.
Walaupun memang,
mendaftar hari apa pun menurutnya tetap akan diterima, selama tidak
melewati batas akhir pendaftaran. Mereka juga tidak diperkenankan
untuk melengkapi berkas yang kurang di luar batas akhir hari
pendaftaran.
“Kita berharap
tidak begitu, karena kalau ada kekurangan mereka tidak bisa
memperbaiki kalau ada yang kelewat. Makanya itu yang kita ingatkan,”
terangnya.
Bukan hanya tak
diperkenankan untuk melengkapi berkas. Parpol juga tidak
diperbolehkan untuk menggonta-ganti nama bacaleg yang telah
didaftarkan. Meski KPU memberikan masa perbaikan, tapi waktu tersebut
dilakukan untuk pelengkapan berkas serta pergantian nama caleg jika
ada yang mengundurkan diri, tak memenuhi persyaratan, ataupun
meninggal dunia.
“Penggantian nama
di masa perbaikan tidak bisa, asalkan memenuhi tiga alasan itu. Tetap
nomor urut tidak boleh berubah,” kata Undang.
Total bacaleg Kota
Bogor menurutnya akan berjumlah sekitar 800 orang. Jumlah tersebut
jika masing-masing partai mengajukan sebanyak 50 nama sesuai dengan
jumlah kursi di DPRD Kota Bogor.
“Maksimal 100
persen dari jumlah lokasi kursi pada daerah pemilihan. Jadi satu atau
dua pun boleh, tergantung kesiapan partai,” ucapnya.
Sementara itu, modal
untuk maju sebagai calon anggota legislatif tidaklah sedikit. Minimal
calon legislator harus merogoh kocek sedalam-dalamnya hingga mencapai
miliaran rupiah.
Salah satunya, Wakil
Ketua DPR Fadli Zon. Dia yang baru satu periode duduk sebagai
legislator mengaku akan ambil bagian lagi dalam pertarungan di Pileg
2019. Salah satu alasannya untuk bisa melanjutkan aspirasi-aspirasi
konstituennya.
”Iya, insyaallah
(akan maju). Saya kira sebagian anggota DPR yang sudah ada di DPR
ingin maju lagi karena sudah membina konstituen di dapilnya
masing-masing,” ujar Fadli.
Di Pileg 2014
kemarin, wakil ketua umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
itu mengaku menyiapkan anggaran untuk menjadi anggota dewan,
sebesar Rp2 miliar.
“Ya, sekitar Rp2
miliar lebih, tapi itung-itungannya saya lupa,” kata dia.
Namun untuk di Pileg
2019 mendatang, pria yang maju dari dapil Bogor, Jawa Barat ini belum
melakukan penghitungan secara detail soal anggaran kampanyenya. Tapi
dia yakin ongkosnya akan lebih murah dibandingkan pada Pileg 2014.
“Murahnya biaya
dari sebelumnya karena saya sudah membina konstituennya sejak
2014.
Kemudian setiap
pekannya saya selalu menyempatkan diri untuk menyapa warga,”
bebernya.
Di 2014 lalu,
biayanya cukup besar karena untuk modal atribut kampanye. Kemudian
juga untuk membayar para saksi. Kemudian lagi dari segi konsumsi.
Karena setiap menyapa warga pastilah ada sekadar makanan ringan.
“(Biaya besar itu)
untuk saksi, akomodasi, konsumsi, kan kita diminta untuk menyediakan
makan,” ucapnya.
Jika berkaca dari
hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas
Indonesia (LPEM UI) pada Pileg 2014, biaya yang dikeluarkan Fadli Zon
masih kategori wajar.
Sebab, caleg yang
maju di DPR minimal harus merogoh kocek Rp787 juta. Sementara caleg
yang merogoh uang sampai Rp1,18 miliar masuk di kategori
optimal, Rp1,18 miliar–Rp4,6 miliar (wajar), Rp4,6 miliar–Rp9,3
miliar (tidak wajar) dan lebih dari Rp9,3 miliar (tidak rasional).
Sementara
berdasarkan hasil penelitian yang sama, biaya kampanye seorang caleg
DPRD provinsi yakni kurang dari Rp320 juta (kurang/sedikit), Rp320
juta–Rp481 juta (optimal), Rp481 juta–Rp1,55 miliar (wajar),
Rp1,55 miliar–Rp3 miliar (tidak wajar), lebih besar dari Rp3 miliar
(tidak rasional).
Lantas bagaimana
dengan biaya nyaleg bagi caleg di DPRD Kota dan Kabupaten Bogor?
Biaya yang dikeluarkan ternyata juga tidak kecil. Seperti yang
diungkapkan salah satu mantan caleg 2014 asal Kota Bogor yang enggan
namanya dikorankan.
Ia menyebutkan,
untuk mengumpulkan massa di satu titik, ia harus mengeluarkan dana
sekitar Rp2 juta. Sedangkan dalam sehari, ia bisa berkeliling ke tiga
titik wilayah Kota Bogor. Jika diasumsikan, untuk masa kampanye
salama empat bulan ia mengeluarkan uang sekitar Rp720 juta.
“Nasi, misalnya
yang Rp20 ribu, tinggal dilihat jumlah orang. Satu titik bisa 50 atau
60 orang. Bisa Rp2 juta satu titik, ada juga Rp1 juta satu titik.
Sesuai volume yang diselenggarakan,” jelasnya.
Bukan hanya berupa
konsumsi, kadang partisipasi untuk warga itu diwujudkan dalam bentuk
pembangunan infrastrukur berupa selokan ataupun perbaikan musala.
Bukan semata-mata upaya untuk membeli suara masyarakat. Ia menganggap
langkah tersebut sebagai jawaban konkret atas merespon komunikasi
warga.
“Apakah kalau ikut
partisipasi itu dilarang, ya kita ikut aturan,” tuturnya.
Pengakuan caleg
lainnya yang juga tak terpilih di tahun 2014, mengaku bahwa semua
cost politik untuk menduduki kursi parlemen berasal dari kantong
sendiri, bukan partai.
Menurutnya selain
untuk alat peraga, dana besar juga diperlukan untuk konsumsi warga
setiap melakukan tatap muka.
“Untuk alat peraga
dan operasional bisa Rp100 juta. Belum lagi konsumsi, itu biaya dari
kita sendiri,” ungkapnya.
Ia menuturkan, dalam
pertemuannya dengan warga, minimalnya menghabiskan uang Rp500 ribu.
Tapi, seringkali ia mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta di setiap
titik kunjungannya. Besaran biaya tersebut bergantung pada jumlah
warga yang hadir.
“Dalam pertemuan
itu harus kita keluarkan konsumsi, tapi kalau kampanye akbar biasanya
partai,” ucapnya.
Radar Bogor mencoba
untuk melakukan konfirmasi ke sejumlah pucuk pimpinan Partai di Kota
Bogor. Salah satunya, Ketua DPC Partai Bulan Bintang (PBB) Kota Bogor
Subhan Murtadla.
Menurutnya, ongkos
untuk menjadi seorang caleg relatif tidak mahal, berkisar Rp1,5 juta
untuk mendaftar. Sejumlah persyaratannya pun tidak membuat rumit.
“Ada syarat-syarat
dari KPU seperti pemeriksaan kesehatan, di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi
itu Rp1,3 juta per orang. Selain itu, paling membuat Surat Keterangan
Catatan Kepolisian (SKCK) sebesar Rp30 ribu,” ujarnya saat ditemui
di Kanrot DPC PBB, Jalan Haur Jaya Kecamatan Tanah Sareal.
Di luar biaya
tersebut, menurutnya bukan sebuah keharusan yang dikeluarkan oleh
para caleg. Malah, kata Subhan di DPC PBB Kota Bogor, caleg wanita
mendapatkan bantuan dana untuk melengkapi syarat administratif.
“Ada bantuan dari
DPC. Karena kita pandang perempuan itu kan ada juga single parent,”
bebernya.
Sementara, Ketua DPD
Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Bogor, Safrudin Bima mengaku bukan
hal yang mengherankan jika para caleg menghabiskan dana hingga
ratusan juta di masa kampanye.
“Relatif, mungkin
ada yang Rp20 juta, Rp50 juta atau Rp200 juta juga ada. Untuk
perjalanan mengumpulkan orang, paling tidak kan perlu
nyapin makan atau kopi,” sebutnya. (fik/gal/d)
Sumber : Radar Bogor
0 komentar:
Post a Comment