Kondisi kawasan alam dan hutan yang ada di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, kini sudah banyak beralih fungsi. Kawasan hijau yang dulu asri, kini berubah menjadi bangunan-bangunan kawasan bisnis pribadi.
Hal tersebut dikatakan Kepala Desa Tugu Utara, Asep Ma’mun di sela-sela ekspose penyelamatan kawasan Puncak beberapa hari lalu. Kata dia, sejak dulu, ada salah satu perusahaan swasta perkebunan teh yang memiliki lahan seluas 822 hektare yang habis masa hak guna usaha (HGU) pada 2000.
“Sebagai prasyarat perpanjangan HGU, maka diploting ulang. Setelah diemplasemen dari 822 hektare tinggal tersisa 563 hektare. Berarti ada selisih 259 hektare itu menjadi alih fungsi lahan,” paparnya.
Alih fungsi lahan tersebut, berubah menjadi permukiman-permukiman warga dan bangunan vila yang semakin menjamur. Asep mengaku, bangunan tersebut ada yang berizin ada pula yang tidak.
“Ada sebagian yang masih dalam proses perizinan. Ya, vila-vila itu milik orang Jakarta. Tapi itu bukan masuk ke hutan paguan desa (HPD), jadi eks perkebunan yang bukan HGU lagi,” bebernya.
Selisih 259 hektare lahan tersebut, diakuinya sudah merupakan tanah negara. Artinya, Badan Pertahanan Negara (BPN) sudah memfasilitasi permohonan hak untuk legalitas. Sekaligus, memperpanjang sertifikat yang ada hingga 15 tahun mendatang sejak 2007 lalu.
“Lahan yang ada juga sekarang ini variatif. Kaitan dengan regulasi, kadang ada kontradiktif. Di satu sisi lahan ini harus dikonservasi, sementara BPN memfasilitasi.
Kalau memang sejak awal lahan ini diperuntukkan sebagai lahan konservasi sesuai keputusan presiden, harusnya jangan difasilitasi terkait dengan kepemilikan lahan tersebut,” ketusnya.
Sumber : radarbogor.id
0 komentar:
Post a Comment