Banner 1

Friday, 20 May 2016

PSK Bogor yang Galau karena Bulan Ramadhan


BOGOR – Jelang bulan Ramadhan yang tinggal beberapa pekan lagi, Madona (nama samaran) justru tampak galau dan kebingungan. Selama bulan suci umat Islam itu, mau tak mau, rela tak rela, wanita berusia 29 tahun itu harus berhenti ‘berdagang’ untuk sementara waktu. 

Sebab, aparat seperti Polisi, Satpol PP hingga ormas agama Islam pasti akan melakukan operasi razia ke sejumlah tempat hiburan malam (THM) di Bogor, sebut saja seperti Gang Semen kawasan Puncak, kawasan Taman Topi, dan lainnya.

“Iya, saya galau banget, kalau bulan puasa kan kita dilarang sama pemerintah dan polisi. Nah, gimana dong pendapatan saya sebulan nanti. 

Tapi bukan berarti saya gak senang bulan Ramadhan datang loh, saya senang juga kok. Gini-gini saya masih ingat agama kok,” kata Madona, salah seorang pekerja seks komersil (PSK) di Bogor, Kamis (19/5/2016).

Madona menekuni bisnis esek-esek ini sejak dia berusia 23 tahun yang artinya sudah enam tahun dia meladeni nafsu syahwat pria hidung belang. Perempuan berambut panjang bergelombang ini mengungkapkan, normalnya, sehari dia bisa menghasilkan uang sebanyak Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu.

“Sehari bisa dapat Rp 200 ribuan sampai Rp 500 ribuan lah. Itu kalau dalam satu malam saya ada dua sampai tiga pelanggan, entah short time atau long time,” ungkapnya.

Namun, ketika bulan Ramadhan, pendapat Madona drastis turun, bahkan pernah suatu waktu nol rupiah. Sebab, ketatnya aturan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah di Kabupaten dan Kota Bogor. Apalagi Bogor kini mulai terkenal dengan kota sejuta pesantren yang artinya tak hanya pemerintah dan aparat hukum saja yang bertindak, tapi juga ormas Islam turut berperan.

Sehingga, ruang gerak Madona ketika bulan Ramadhan tiba jadi super terbatasi. “Ya mau gak mau, gak jualan lah. Tapi kadang saya tetap dapat pelanggan, itu yang memang sudah biasa, jadi order khusus, mainnya di hotel,” ungkap Madona.

Kendati melakoni profesi yang sangat diharamkan oleh agama ini, bukan berarti Madona tak pernah berpuasa. Dia mengaku, terkadang hati kecilnya tergerak untuk berpuasa, bahkan tak jarang pula Madona menangis sembari meratapi perbuatannya yang mendulang dosa dunia ini.

“Saya manusia juga, punya iman juga walaupun gak kuat, kecil banget. Kadang suka takut juga sama dosa, jadi kalau bulan puasa, saya puasa juga, salat tarawih juga kok, bahkan ikut salat Idul Fitri juga. Makanya kadang saya juga suka nangis di kamar karena pekerjaan saya ini hina dina penuh dosa,” ungkap Madona.

Himpitan ekonomi dan pergaulan lah yang membuat Madona terjebak dan terperosok ke lembah bisnis ‘lendir’ ini. Ya, sekira tahun 2000-an, Madona hijrah dari Sukabumi ke Bogor untuk mengadu nasib. Cita-citanya saat itu adalah menjadi seorang karyawati, entah di perusahaan, pabrik atau perkantoran lainnya.

Tapi karena cita-cita itu tak kunjung kabul, koceknya kian menipis, ditambah dengan lingkungan kos-kosannya yang kala itu bak Las Vegas, maka Madona pun terkena bujuk rayu temannya di kos-kosan tersebut untuk menjadi seorang wanita pemuas nafsu.

“Kalau ditanya mau saya apa, saya ingin waktu kembali belasan tahun lalu, dan memilih pilihan yang bukan menjadikan saya seperti saat ini. Semua orang ingin jalan yang baik, ingin sesuatu yang baik, gak seperti ini. Saya ingin tobat, ingin bebas dari dunia hitam ini, ingin jadi orang normal, pekerjaan baik, uang halal, dan keluarga yang harmonis,” harap Madona.

“Tapi sekali lagi, karena himpitan hidup, saya terpaksa harus terus menekuni pekerjaan ini, gak tahu sampai kapan,” imbuhnya. (ent)

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment