CISARUA–RADAR BOGOR, Rentetan kejadian bencana alam yang terjadi di wilayah puncak kurun waktu beberapa bulan ini, tidak hanya berimbas kepada lalu lintas dan merosotnya penjualan pedagang disekitar wilayah sana. Tapi juga berimbas kepada sektor pariwisatanya.
Tentu, kejadian longsor dan tanah retak menjadi kekhawatiran masyarakat, mengingat sejumlah tempat wisata di daerah puncak berada di dataran tinggi. Nyatanya, terlihat terhadap pengurangan jumlah pengunjung yang hendak berlibur disana.
Salah Satunya, Taman Wisata Matahari (TWM) yang berlokasi di Desa Leuwimalang, Kecamatan Cisarua. Destinasi wisata ini, sempat mengalami penurunan jumlah pengunjung cukup drastis pasca kejadian bencana longsor yang terjadi di kawasan Riung Gunung pada bulan Februari 2018.
Event Manager TWM, Ilham membenarkan, tantangan bagi penyelenggara wisata di kawasan Puncak, terjadi pasca kejadian bencana.
Lanjutnya, meski kejadian bencana seperti longsor tidak terjadi di daerah wisata, image dari peristiwa longsor Puncak memberikan imbas yang cukup signifikan.
“Informasi bencana di Puncak yang beredar melalui medsos, pemberitaan dan lain sebagainya menjadikan image wisatawan bahwa puncak terdampak bencana secara merata. Padahal, longsor tersebut bukan di daerah kita,” ungkapnya kepada Radar Bogor, Rabu (19/12).
Imbasnya, pengurangan jumlah pengunjung. “Waktu itu, dikarenakan puncak ada bencana longsor, TWM sendiri pengunjungnya berkurang sampai 50 persen,” tambah Ilham.
Lebih lanjut, kata Ilham, bukan hanya TWM saja yang mengalami dampak pengurangan pengunjung. Tapi, hampir di seluruh penyelenggara wisata di kawasan puncak juga terkena imbas serupa.
“Ketika berada didalam kondisi seperti itu, pihak penyelenggara wisata juga tidak bisa apa-apa karena ini faktor alam,” jelasnya.
Namun, pihaknya mengantisipasi dengan cara menginformasikan wisatawan bahwa tempat pariwisata di kawasan puncak, khususnya TWM masih dapat dikunjungi.
“Nah, ketika image tersebut menyebar dan memberikan ketakutan wisatawan untuk berkunjung, kita menggunakan sosial media, tim marketing langsung mengantisipasi untuk memberikan informasi kepada wisatawan bahwa kejadian tersebut tidak berlokasi di tempat wisata,” tuturnya.
Sementara, untuk antisipasi TWM terhadap bencana, lanjut dia, mengingat kawasan TWM menjadi area yang dilintasi aliran Sungai Ciliwung, pihaknya juga telah memberikan pengamanan pagar untuk sungai. Jadi ketika debit air sungai Ciliwung meningkat, pariwisatawan diperkenankan untuk tidak berada dekat dengan sungai.
“Kita sudah ada antisiapasi guna memberikan kenyamanan pada pengunjung. Hari normal kunjungan khususnya di TWM bisa sampai 4000 orang, dan saat weekend bisa sampai 8000 orang,” pungkasnya.
Hal senada dikatakan salah satu pengunjung. Dea Nita, warga Kota Bogor yang sedang berekreasi ke TWM mengatakan, dirinya sangat berhati-hati untuk berkunjung ke beberapa tempat wisata di daerah Puncak.
Liburan seperti sekarang ini, membuat dirinya dan teman-temannya memilih berlibur ke daerah perkotaan yang jauh dari kata longsor ataupun pohon tumbang. “Rencana mau ke curug di daerah puncak pun batal, jadi memilih TWM, yang agak jauh dari daerah longsor,” bebernya.
Kekhawatiran pun datang dari orangtuanya. Keluarga juga khawatir, lanjutnya, padahal TWM jauh dari lokasi longsor. Tapi mereka (orangtua, red) mewanti-wanti. Beberapa kali juga menyarankan untuk cari tempat wisata lainnya, selain di puncak.
“Ya, saya bilang, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, amit-amit, kalau memang takdirnya begitu, ya pasrah saja,” tutupnya. (rp1/c)
0 komentar:
Post a Comment