Thursday, 11 January 2018
Home »
» Ketika Tumbuh Kembang Anak Terlewati, stop over stimulasi
Ketika Tumbuh Kembang Anak Terlewati, stop over stimulasi
Tumbuh kembang anak merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan orang tua, karena setiap fase tidak akan bisa terulang. Terlebih jika ada fase yang terlewati, maka itu akan memengaruhi anak di kemudian hari.
Untuk mengenali tumbuh kembang anak, orang tua harus sering berinteraksi agar semua fase bisa terlewati anak seperti pada umumnya. Dokter Spesialis Tumbuh Kembang Rumah Sakit Azra Bogor dr.
Adilla Hikma Zakiati menjelaskan, fase perkembangan anak dimulai dari dalam kandungan. Segala sesuatu yang terjadi pada anak dari masa kandungan hingga lahir itu sangat penting. Apalagi jika ibu sakit atau stres saat mengandung, sangat memengaruh tumbuh kembang si buah hati.
Fase tumbuh kembang anak ketika lahir yang baik adalah sudah bisa melihat bayangan. Kemudian, ketika pendengarannya mulai bagus, ia akan mengenali suara yang akrab di pendengarannya dan mencari suara tersebut, lalu posisi anak akan mulai miring.
Kemudian jika bahu dan punggung sudah mulai stabil, anak mulai tengkurap dan mengangkat. Lanjutnya, jika anak mulai bereksplorasi dengan mainan, ia akan semakin mengangkat, kemudian setelah bahu stabil, bokong akan ikut mengangkat dan anak pun mulai merangkak, yang terkadang berbarengan dengan duduk. Setelah itu anak mulai berdiri dan berjalan.
”Anak itu berkembang pertama kali fondasinya adalah sensori. Contohnya ketika anak mulai merangkak atau berpindah posisi. Saat merangkak, ada gesekan tangan dan lutut. Jadi itu melatih sensori raba dan ada tekanan antarsendi. Kemudian anak sudah mampu menjaga perubahan terhadap keseimbangan, jadi melatih sensori dari awal,” tutur dr. Adilla Hikma Zakiati, SpKFR.
Ternyata, ada beberapa anak yang melewati salah satu fase tumbuh kembang tersebut. Biasanya dikarenakan overstimulasi atau disfasilitasi. Contohnya jika anak diberikan baby walker, dititah, posisi yang terlalu lama (misalkan duduk terlalu lama dan jarang floor time) itu juga akan berpengaruh pada kemampuan anak.
“Anak harus belajar jalan sendiri, bukan diajarkan berjalan. Jika anak terlalu lama duduk atau digendong, anak jadi tidak bisa mempelajari sensori di sekitarnya sehingga motoriknya jadi terpengaruh,” tuturnya.
Peran orang tua dalam tumbuh kembang anak sangat penting. Sayangnya, masih banyak orang tua justru memberikan mainan kepada anaknya sementara ia sibuk bermain gadget. ”Jadi anak tidak tahu bagaimana cara bermain dan bersosialisasi.
Anak itu harus paham dengan berinteraksi, mempelajari emosi dengan sekitarnya. Yang paling dikhawatirkan, kebanyakan orang tua tidak tahu cara bermain dengan anak. Padahal bermain itu adalah proses belajar yang paling penting dari anak,” ujarnya.
Dokter Adilla menuturkan, kebanyakan orang tua saat ini menitipkan anak kepada nenek, pengasuh ataupun day care. ”Jika menitipkan anak, kita juga sebagai orang tua harus tetap berperan, seperti memilih day care dan pengasuh terbaik. Umumnya anak yang dititipkan di day care lebih emosional karena kedekatan dengan orang tua jauh. Ketika kita menjemput anak kita harus mulai menjadi teman bermain mereka,” jelasnya.
Orang tua, lanjutnya, harus benar-benar mengevaluasi apa yang terjadi pada anak, pengasuh juga harus diajarkan cara menstimulasi anak. “Karena perkembangan anak tidak akan bisa terulang,” tuturnya.
Anak harus melewati fase tumbuh kembang yang paling penting adalah diafragma. Yakni otot utama pada saat anak bernapas yang melekat di atas perut.Makanya kebanyakan anak memiliki perut besar. Diafragma paling terlatih saat merangkak, semakin lama merangkak maka akan semakin bagus.
”Merangkak itu adalah proses pertama ia mengenal dunia dengan baik, karena ada sensori dalam dan tekanan sendi yang bagus. Jadi anak mulai mengekplorasi dengan belajar tekstur, belajar kasar dan halus, belajar tekanan dan lain-lain. Merangkak itu melatih koordinasi otak,” tuturnya.
Ketika berdiri, anak semakin memiliki postur tubuh yang bagus jika diafragmanya bagus, jalannya juga akan semakin bagus. Biasanya, dikeluhkan jika anak tidak melewati fase merangkak adalah saat anak sudah bersekolah.
Ia tidak bisa tenang saat duduk, tidak bisa berkonsentrasi, lari tidak kuat dan mudah lelah. ”Padahal, tidak semua seperti itu. Kebanyakan saja seperti itu saat sudah masuk sekolah, terlihat anak tidak bisa duduk tegak,” ujarnya.(rp3/c)
sumber :Radar Bogor
Related Posts:
Wajah Pasar Bogor Zaman Dulu BOGOR – Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Petrus Albertus van der Parra saat berkuasa dari 1761 hingga 1775. Ia memberi kesempatan pada siapa saja yang ingin menyewa tanah VOC untuk kepentingan ekonomi. Meski s… Read More
Kebun Raya Bogor Menjadi Tempat Rekreasi Pertama dan Terfavorit Sejak 1817 BOGOR – Sejak dulu manusia butuh liburan. Nah, tempat rekreasi pertama di Bogor yakni Kebun Raya Bogor (KRB), mulai beroperasi pada 18 Mei 1817. Resmi dibuka Gubernur Jenderal G.A.G.P Van Der Capellen. Saat itu diseb… Read More
Semarak HJB Jadi Ajang Mengenalkan Budaya Bogor BOGOR – Pemerintah Kabupaten Bogor terus meramaikan Hari Jadi Bogor (HJB) ke-534. Setelah Festival Budaya Daerah (Helaran), kini penyelenggaraan Bogor Tourism Mart And Expo 2016 sebagai pameran tingkat nasional yang dia… Read More
Pemkot Bogor Bakal Rapihkan Lapangan Sempur BOGOR – Warga Kota Hujan mesti kembali bersabar. Juli mendatang, kawasan terpadu Sempur bakal ditutup untuk umum. Namun, itu hanya untuk sementara. Setelah direvitaliasi selama 180 hari, Sempur dipastikan semakin mumpun… Read More
Lihat Vihara Tertua di Bogor Yuk.. BOGOR – Vihara Dhanagun dikenal sebagai vihara tertua di Kota Bogor. Bangunannya masih kokoh berdiri hingga sekarang. Dipercaya, usianya sudah mencapai 300 tahun lebih. Menurut informasi yang dikutip dari detik.… Read More
0 komentar:
Post a Comment