Banner 1

Saturday, 27 January 2018

Pengungsi Malasari Tambah Satu Kampung



Gempa berkekuatan 5,1 Skala Richter (SR) kembali mengguncang Lebak, Banten, kemarin (26/1). Getaran tektonik itu juga terasa cukup kencang di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dampaknya, warga di Kampung Garung, Malasari, menyaksikan tanah yang mereka pijak, retak-retak.

”Akhirnya warga Kampung Garung ikut mengungsi, seperti warga Kampung Nirmala,’’ ujar Sekretaris Desa Malasari, Sukan­dar kepada Radar Bogor.

Menurut Sukandar, sedikit­nya 100 kepala keluarga (KK) turut membuat titik peng­ungsian baru. Pengakuan warga, kata Sukandar, retakan akibat gempa Selasa (23/1) lalu semakin lebar setelah gem­pa kemarin siang. Warga kha­watir akan terjadi longsor ketika mereka lengah atau sedang tertidur di dalam rumah.

”Memang saat kampung lain mengungsi, Kampung Garung tidak terlalu parah. Tapi gempa tadi (kemarin, red) bikin retakan tambah lebar,” tuturnya.

Kondisi itu diperparah oleh hujan deras yang terjadi sepanjang hari kemarin. Warga, kata Sukandar, berkali-kali meyakinkan bahwa mereka melihat retakan yang semakin melebar. ”Makanya, mereka mengungsi,’’ jelasnya.

Sukandar menambahkan, pihak desa belum mendapat data pasti jumlah jiwa yang mengungsi. Mereka membangun tenda ala kadarnya di sejumlah titik dan tidak terkumpul di satu titik.

”Saya dapat informasi mereka meng­ungsi berjauhan, saya juga belum ke sana, sedang terus menghubungi petugas yang di sana. Sinyal sangat susah, jadi sulit cari informasi,’’ imbuhnya.

Di bagian lain, warga peng­ung­sian korban terdampak gem­pa di Desa Malasari masih memprihatinkan. Kemarin, baru Polres Bogor yang kembali mengirimkan bantuan logistik berupa bahan makanan dan air bersih. ”Kami kirim 754 dus makanan cepat saji, 111 terpal, dan 27 dus air mineral,’’ ujar Kasu­bag Humas Polres Bogor, Ajun Komisaris Ita Puspita Lena.

Ita memastikan, bantuan itu masih bisa bertambah dengan bantuan yang ada di polsek-polsek. Dia pun berjanji, Polres Bogor akan menyalurkan bantuan secepatnya. ”Karena bantuan logistik dan terpal sangat dibutuhkan di lokasi pengung­sian,” kata Ita, kemarin.

Bantuan yang dikirimkan sejak hari pertama pascagempa, kata Ita, sekitar 1.000 pcs untuk makanan cepat saji, 150 terpal, ratusan makanan ringan, dan puluhan air mineral. Selain bantuan logistik, sejumlah personel polisi juga disiagakan di lokasi bencana. “Kegiatan polisi di sana, selain menjaga para pengungsi, membuka akses jalan, juga membantu warga yang membutuhkan pengobatan,” tambah Ita.

Sebelumnya, Badan Metere­ologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah meneliti kerawa­nan tanah di lokasi-lokasi terdampak gempa di Kecamatan Nanggung. Mereka menduga tanah yang rawan pergerakan tanah menyebabkan dampak lebih parah saat terjadi gempa bumi. “Belum ada (hasil penelitian di wilayah Kabupaten Bogor), kami masih mengambil data di daerah lain,” kata koordinator tim, Yudo Dwi mengonfirmasi perkembangan penelitian tersebut kemarin.

Ia menjelaskan, pengumpulan data dilakukan menggunakan alat sederhana oleh beberapa petugas BMKG.

Menurut data sementara kepolisian, jumlah bangunan yang rusak akibat gempa kali ini paling banyak berada di Kecamatan Nanggung mencapai lebih dari 130 unit. Selain faktor kerawanan tanah, Yudo menduga tingkat kerusakan juga dipengaruhi struktur bangunan tersebut.

Hasil penelitian tersebut, menurutnya, bisa dijadikan rekomendasi bagi pemerintah daerah maupun pihak-pihak terkait. Apabila terbukti rawan pergerakan tanah, Yudo menya­rankan wilayah tersebut tidak digunakan sebagai permukiman penduduk untuk menghindari dampak seperti gempa bumi kali ini. “Kalau tanah itu bergerak cenderung mencari kestabilan,” terang Yudo.

Setelah gempa utama Selasa sekitar pukul 13.00 lalu, BMKG mencatat puluhan kali gempa susulan berkekuatan lebih kecil dengan kekuatan antara 2–5 SR. Guncangan terakhir terjadi Jumat sekitar pukul 11.00 dengan kekuatan 5 SR.(ran/d)

0 komentar:

Post a Comment