RADAR BOGOR-Masuuuk, Pak Eko! Ujaran itu sedang
ngehit di dunia maya. Menirukan kalimat dari video yang menampilkan
ketangkasan seorang polisi melemparkan benda tajam ke sebuah papan.
Jenisnya beragam. Mulai sangkur, pisau dapur, obeng, sumpit, hingga gunting. Juga gergaji, cangkul, cetok, bahkan sendok.
Hebatnya, semua benda itu bisa menancap di papan. Pada akhir rekaman, suara anak-anak terdengar lantang. Masuuuk, Pak Eko!
Video tersebut menarik bukan hanya karena keahlian si polisi. Namun,
juga aksinya berjoget dengan mengacungkan jempol bersama anak-anak.
Menghibur. Jenaka. Lucu. Juga mengundang decak kagum.
Polisi itu adalah AKP Eko Hari Cahyono. Di medsos pria kelahiran 1964 tersebut disapa Papi.
Dia kini bertugas di Pusdik Sabhara Polri, Porong Dia menjadi bagian
pengembangan spesialis tentang teknik dan taktik tugas-tugas
kepolisian.Eko termasuk tenaga pendidik.
Jawa Pos menemui polisi asal Ponorogo itu kemarin (29/8). Meski harus
menunggu cukup lama, rasa lelah langsung hilang saat bertemu dengan
polisi dengan tiga balok di pundak itu. Eko tanpa canggung memberikan
sambutan hangat. “Mari ke lapangan,” ajaknya.
Lapangan yang dimaksud berada di area tengah pusdik sabhara. Namanya Krida Samapta Bhayangkara.
Di lapangan itulah, dia mengasah skill melempar benda. “Bisa karena
terus diasah. Minimal dua kali melatih melempar ke sana setiap hari,”
jelasnya.
Papan itu terbuat dari potongan pohon palem. Dulu, papan tersebut
dipakai sebagai sasaran menembak. Namun, kini dia memanfaatkannya untuk
mengasah keterampilan.
Di belakang papan tertulis semboyan Tiada Hari tanpa Latihan. Lokasi
itu pula yang menjadi latar tempatnya merekam video yang sekarang viral.
Eko lantas melambaikan tangan ke arah tiga anak yang bermain sepeda
pancal di dekat lapangan. Mereka antusias menyambut panggilan tersebut.
“Itu tim perekaman video,” kata pria yang dari pernikahannya belum mendapatkan momongan itu.
Bocah-bocah itu adalah Faizal Rian Pratama, Arjuna Satria Dewa, dan Tri Anggara.
Eko tampak akrab dengan ketiganya. Mereka sempat larut dalam obrolan ringan tentang pelajaran sekolah.
Eko kemudian bercerita soal kepiawaiannya melempar benda. Gaya
bicaranya tegas dan lugas. Khas personel Korps Bhayangkara. Namun,
penjelasan itu juga sesekali diselipi candaan dengan timnya.
Eko mempelajari teknik melempar benda itu sejak 1998. Delapan tahun
setelah dia masuk sebagai anggota polisi. “Waktu pendidikan perintis,”
terangnya.
Menurut Eko, kunci dari keberhasilan latihan adalah ketelatenan. Kalimat itu terus dia pegang sampai sekarang.
Tidak heran jika sikap lucunya berubah total ketika mengajar. Eko selalu menunjukkan sikap disiplin kepada anak didiknya.
“Materi yang diajarkan penuh risiko. Harus serius berlatih agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan,” ungkapnya.
Eko tidak pernah menyangka keahliannya melempar benda itu bakal
kondang. Menurut dia, semua berawal dari permintaan mantan anak didiknya
melalui pesan pendek.
Eko tidak menyebut identitasnya. Hanya, permintaan yang dilontarkan dia rasa cukup menarik.
Eko diminta untuk merekam aksinya melempar sangkur. Dalihnya sebagai obat kangen karena lama tidak bertemu.
Dia melayani permintaan itu. Bahkan, yang dilempar bukan hanya sangkur. Eko juga melempar pisau dapur sebagai variasi.
“Videonya disebar di grup angkatan, banyak yang mengapresiasi,” jelasnya.
Lambat laun dia yang pada dasarnya jenaka punya ide lain. Dia mengunggah video tentang kemahirannya di Instagram.
Eh, lagi-lagi respons yang didapat di luar dugaan. Banyak netizen yang memberikan like dan meninggalkan komentar.
Beberapa di antaranya tidak segan request benda yang bisa dilempar. Bahkan, sesekali ada permintaan di luar perkiraan.
“Bendanya aneh-aneh, seperti tusuk gigi dan linggis,” katanya, lantas tertawa.
Gara-gara video itu, follower-nya di akun Instagram papi_eko_pusdik_sabhara_porong melonjak tajam.
Dari yang awalnya sekitar 5 ribu kini menjadi 62 ribu. “Dulu 90 persen follower anak didik sendiri,” katanya.
Kesuksesan tersebut bukan tanpa pengorbanan. Jari-jari tangannya acap
kali robek karena terkena benda tajam yang dipakainya latihan.
Mengenai kalimat yang kini terkenal, dia menyebut inspirasinya datang secara spontan.
Eko mengungkapkan, pelatihnya kala itu selalu berteriak “masuk” ketika benda yang dilempar menancap di papan.
Nah, dia meminta anak-anak meneriakkan kalimat itu dalam videonya
dengan embel-embel akhiran namanya sendiri. “Jadi masuk, Pak Eko,”
paparnya.
Dia juga menyematkan kalimat jenaka khas lain sebagai caption di setiap video unggahannya. Yakni, nganuuu ndaaan.
Idenya berasal dari kenangan lamanya ketika masih menjalani pendidikan. Dia mengatakan sempat bingung saat mendapat pertanyaan.
Dalam beberapa kesempatan, kalimat jenaka itulah yang keluar dari mulutnya.
Eko sempat menunjukkan keahliannya. Mirip adegan di video, dia meminta tim kecilnya siap-siap merekam dan berteriak.
Eko lantas mengambil sebuah obeng. Matanya fokus ke papan. Dari jarak
sekitar 4 meter, obeng di tangan kanannya dilempar. Jleb! Masuuuk, Pak
Eko!.
(edi/c7/ysp)
Sumber :
RADAR BOGOR