Banner 1

Parah! Pedestrian Belum Bersih dari PKL

BOGOR – Pemkot Bogor terus berbenah menjelang akan diresmikannya fasilitas pedestrian (pejalan kaki) Kebun Raya Bogor (KRB). Sejumlah SKPD dikumpulkan dalam rapat di Paseban Surawisesa Balaikota, Kamis (05/01/2017). Salah satu masalah yang menjadi sorotan Walikota Bogor Bima Arya adalah jalur pedestrian yang belum steril......

Menang di #WeLoveCities, Bogor Dinobatkan Sebagai Kota Paling Dicintai di Seluruh Dunia

BOGOR- BOGOR - Setelah melewati proses panjang, akhirnya Kota Bogor meraih kemenangan di ajang #WeLoveCities dan dinobatkan sebagai kota paling dicintai di seluruh dunia dalam ajang yang digelar World Wide Fund for Nature....

PSB Bogor Sukses Gulung Persima Majalengka

BOGOR - PSB Bogor berhasil meraih poin penuh dalam lanjutan Liga Nusantara 2016. Tidak tanggung-tanggung anak-anak Laskar Pakuan menggulung tim asal Jawa Barat lainnya, Persima Majalengka enam gol tanpa balas....

Hadapi Liga Nusantara, PSB Matangkan Persiapan

BOGOR–Skuat PSB terus mengasah kemampuannya dalam rangka persiapan menghadapi Liga Nusantara (Linus) di Depok pada 8-11 Agustus nanti. Bertempat di Stadion Padjajaran, kemarin tim kebanggaan warga Kota Bogor ini melakoni uji tanding melawan kesebelasan Ciomas....

Mantap! Atasi Pemotor Nekat, Walikota Instruksikan Patroli di Jalur Sepeda Otista

BOGOR – Aksi Mahesa Jenar (13) dan Wildan Pratama Putra (13) yang nekat memalang sepedanya di jalur sepeda Jalan Otto Iskandar Dinata (Otista) yang dilewati pengguna sepeda motor jelas menampar telak Pemkot Bogor.Walikota Bima Arya bahkan mengaku greget jika melewati Jalan Otista. Jalur yang dibangun khusus untuk sepeda seringkali dikuasai sepeda motor, berbeda dengan.......

Sunday, 29 November 2015

Bogor Gempar, Ikan Raksasa Ditemukan di Bawah Underpass!



BOGOR-Warga Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor heboh. Minggu (29/11/2015), warga menemukan bangkai ikan raksasa di aliran sungai Ciliwung, teatnya di bawah jembatan underpass Tol BORR.


David, salah satu warga  mengatakan, ikan raksasa tersebut ditemukan sekitar pukul 07:00 oleh warga yang sedang memancing.
” Ikan tersangkut di batu-batuan,” kata David, Minggu (29/11/2015).

Temuan itu langsung mengundang perhatian warga. ” Ukuran panjangnya sekitar 2 meter dan diameter 50 centimeter,” lanjut David. 
Warga menduga, ikan raksasa itu lepas terbawa arus sungai Ciliwung yang ada di kawasan Tajur.

” Di Tajur kan banyak ikan-ikan raksasa yang dipelihara,” lanjut David.

Temuan ini juga sempat memacetkan jalan di flyover BORR. Bahkan banyak yang ingin membawa bangkai ikan raksasa tersebut. 

“Warga akhirnya memilih menghanyutkan bangkai ikan raksasa ini,” tandas David.

Pada 1 April 2013, ikan lele raksasa ditemukan di lokasi yang tak jauh dari lokasi penemuan ikan raksasa ini. Ikan lele raksasa itu ditemukan warga Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat.

Panjang ikan lele raksasa ini dua meter dan berat 50 kilogram. Mereka juga menemukan enam ekor lain dengan berat masing-masing 25-30 kg sehingga total ikan lele raksasa ditemukan sebanyak tujuh ekor.

Saat itu, pegawai jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) membagikan kepada warga. Ada warga berani yang memakannya, ada juga yang ketakutan.

Pada Minggu pagi, ikan raksasa kembali ditemukan. Kali ini warga Kelurahan Cibuluh, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor yang menemukannya sekitar pukul 07.00.  Ikan itu ditemukan seorang pemancing sekitar 500 meter dari lokasi penemuan ikan raksasa terbaru. (ent)


Wednesday, 25 November 2015

Hadeuhhh... Taman Ekspresi Malah Jadi Tempat Pacaran!






BOGOR-Baru juga sepekan, Taman Ekspresi di Lapangan Sempur, Bogor Tengah, yang di-launchingWalikota Bogor Bima Arya, kini berubah menjadi tempat pacaran. 

Taman yang ditujukan untuk mengekspresikan bakat, seni, dan orasi para pemuda itu, justru dipakai kaum muda-mudi untuk memadu kasih. Pantauan Radar Bogor, tak sedikit bangku tribun yang terbuat dari batu dijadikan tempat yang asyik untuk tidur siang hingga tempat mojok para sepasang kekasih.

Selain itu, rumput di taman ­anyar tersebut mulai tak terawat, hingga banyak rumput yang gundul alias hanya terlihat tanah merah. 

Padahal, taman yang baru diresmikan oleh Walikota Bima Arya itu diharapkan dapat menampung dan memfasilitasi semua ekspresi warga yang positif, hingga menyampaikan aspirasi melalui demonstrasi kepada Pemerintah Kota Bogor. "Taman ini harus dikelola secara rapi, tetap bersih," kata Bima.

Bima mengakui, memang bakal ada kendala ketika taman ini sudah dibuka untuk publik. Misalnya, vandalisme dan digunakan untuk kegiatan negatif lainya. "Makanya, kita akan berdayakan Park Ranger dan memanfaatkan CCTV," cetusnya.(ent)

Tunggu 27 Tahun, Bogor Raih Adipura



 BOGOR-Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Kota Bogor bisa dikatakan jarang sekali meraih penghargaan Adipura. Setelah hampir 27 tahun 'berpuasa', penghargaan untuk kota-kota terbersih ini kembali menyambangi Kota Hujan.

Penghargaan itu diterima oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Ade Sarip Hidayat, di Hotel Bidakara Jakarta Selatan Senin (23/11). Penghargaan ini sejatinya bukan piala Adipura, namun hanya sertifikat Adipura.

Hadir dalam acara penyerahan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Siti Nurbaya, dan menteri lingkungan hidup di era-era sebelumnya. Usai menyerahkan penghargaan Adipura Kencana bagi tiga kota terpilih, JK -sapaan akrabnya- mengatakan, mendapat penghargaan Adipura merupakan harapan masyarakat dari masing-masing daerah, karena hal tersebut bermakna pada tingkat kehidupan yang mencerminkan kebersihan lingkungan menjadi lebih baik dari sebelumnya. 

"Lingkungan yang baik, selain memberikan kenyamanan bagi masyarakat, juga mampu meningkatkan kesehatan dan kebersihan masyarakat," ucapnya.

Dewasa ini, kata dia, muncul suatu anggapan keliru tentang kesehatan. Hakikatnya, kesehatan selalu dimulai dari preventif dan pemeliharaan lingkungan yang baik. Kota yang bersih dan lingkungan yang sehat serta baik, pasti akan dikunjungi orang banyak. "Yang kemudian akan berdampak kepada sektor ekonomi pula," ungkapnya.

Penghargaan Adipura diberikan atas peningkatan kinerja kabupaten atau kota dalam pengelolaan lingkungan hidup perkotaan selama periode 2014-2015. Kota Bogor bersama 69 kota dan kabupaten se-Indonesia mampu meraih sertifikat Adipura tahun 2015.

"Ini merupakan pembuktian. Ketika kita bersatu dan bersama-sama melakukan sesuatu tidak ada yang tidak mungkin. Untuk sekarang, walaupun baru mendapat sertifikat, saya rasa peningkatan dari sertifikat ke penghargaan Adipura, insya Allah bukanlah sesuatu yang sulit," kata Ade Sarip Hidayat usai menerima sertifikat Adipura.

Dengan sinergi dan kolaborasi semua pihak, kata Ade, piala Adipura bukan suatu yang mustahil bagi Kota Bogor. Sementara, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Bogor, Irwan Riyanto menilai sertifikat Adipura adalah langkah awal untuk mendapatkan piala Adipura di tahun mendatang. "Ini merupakan anugerah bagi Kota Bogor. Setelah menunggu 27 tahun, sertifikat ini semoga menjadi awal yang lebih baik ke depan. Semoga tahun depan kita benar-benar mendapatkan piala yang sudah lama diimpikan," pungkasnya.

Terpisah, Walikota Bogor Bima Arya mengapresiasi keberhasilan Kota Bogor meraih penghargaan Adipura setelah 27 tahun. Meskipun bukan piala, pencapaian ini sudah merupakan penghargaan yang harus disyukuri. "Karena sertifikat Adipura diberikan kepada daerah yang melakukan lompatan signifikan dalam pengelolaan lingkungan dan sampah," terangnya.

Suami Yane Ardian itu menuturkan, nilai yang dicapai Kota Bogor tahun ini berselisih sedikit untuk meraih piala Adipura. "Untuk itu, kita harus lebih optimis ke depannya. Dan hasil ini harus dijadikan motivasi," ungkapnya.

Untuk itu, Bima berharap ada langkah lanjutan untuk mendorong lebih nyata partisipasi masyarakat. Salah satunya, dalam enam bulan ke depan akan dilaksanakan lomba kebersihan tingkat rukun tetangga (RT). Namun, supaya melahirkan kesadaran yang kuat, setiap RT yang akan berpartisipasi harus mendaftar terlebih dahulu.

"Selamat dan terima kasih kepada OPD-OPD terkait yang telah berjuang dan bersinergi bersama sehingga Bogor memperoleh sertifikat Adipura. Dan harapannya, OPD-OPD lain dapat terus memberikan dukungan," tandasnya.(ent)

Wednesday, 18 November 2015

Memalukan! Bogor Kota Paling Intoleran Se-Indonesia





JAKARTA - Setara Institute mengeluarkan hasil penelitian terbaru tentang kota-kota di Indonesia yang level toleransinya paling rendah terhadap kebebasan beragama, juga sepuluh kota yang toleransi beragamanya paling baik.



Ada 94 kota yang disurvey dan memakai skala angka 1 sampai 7, semakin besar angka maka semakin gak toleran pulalah penduduk di kota tersebut. Menurut keterangan peneliti Setara, Aminudin Syarif, seperti dilansir Tempo.co, kota-kota yang gak toleran ini dipengaruhi reaksi pemerintah terhadap sebuah peristiwa menyangkut agama yang terjadi di daerahnya.



Bogor menduduki posisi pertama sebagai kota yang kurang bertoleransi terhadap kebebasan beragama. Penolakan otoritas berwenang terhadap keberadaan gereja (baca: GKI Yasmin) merupakan salah satu contoh kaburnya toleransi di sana.



Sepuluh kota yang indeks toleransinya paling rendah:



1. Bogor, Jawa Barat (5,21)

2. Bekasi, Jawa Barat (4,68)
3. Banda Aceh, Aceh (4,58)
4. Tangerang, Banten (4,26)
5. Depok, Jawa Barat (4,26)
6. Bandung, Jawa Barat (4,16)
7. Serang, Banten (4,05)
8. Mataram, Nusa Tenggara Barat (4,05)
9. Sukabumi, Jawa Barat (4,05)
10. Tasikmalaya, Jawa Barat (4)

Menurut direktur riset Setara, Ismail Hasani, tujuan mempublikasikan daftar ini adalah untuk menyebarkan cerita inspiratif agar bisa jadi contoh bagi kota-kota lainnya. Katanya lagi, semakin pemerintah setempat gak menyampuri urusan keagamaan di kotanya, makin toleran pulalah kota tersebut.

Wednesday, 11 November 2015

Gila Pejabat Bogor Lecehkan Siswi SMA!




BOGOR– Suasana Gedung DPRD Kota Bogor, Rabu (11/10/2015) siang gaduh. Sejumlah guru dari salah satu SMK di Kota Bogor mencak-mencak dan memaki salah satu oknum pejabat di lingkungan DPRD Kota Bogor.

Penyebabnya, sejumlah guru tidak terima jika anak didiknya yang tengah magang di gedung wakil rakyat itu diperlakukan tidak senonoh.


Perlakukan tidak senonoh itu dialami tiga siswi salah satu SMK swasta. Mereka adalah RM (17), AM (17), dan AD (16). Ketiganya magang di DPRD Kota Bogor sejak Senin (09/11/2015).

“ Siswi saya mengaku mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan sejak hari pertama magang,” kata Windani, guru SMK.

Diduga, tindakan pelcehan ini dilakukan salah satu pejabat eselon III berinisial IS.
iga siswi SMK swasta di Bogor yang mengaku dilecehkan oknum pejabat di lingkungan gedung DPRD Kota Bogor, saat ini masih syok.
Menurut keterangan mereka, oknum pejabat berinisal IS kerap meraba tubuh mereka. “ Dari awal magang ia (oknum pejabat) pernah meluk punggung saja dan ngobrol yang enggak jelas,” kata RM (170, salah satu siswi SMK korban pelecehan saat memberikan keterangan Rabu (11/11/2015).
Bukan hanya itu, RM juga menyebut jika temannya yang juga magang di gedung DPRD Kota Bogor pernah dipegang pahanya oleh oknum pejabat bejat tersebut.
Hal serupa juga dikatakan AM (17). Menurutnya, oknum pejabat itu kerap melemparkan pertanyaan yang dianggapnya melecehkan. “ Pernah tanya ke saya sudah punya pacar atau belum. Kalau belum punya pacar nanti nilai saya 9. tapi kalau sudah punya pacar nilai saya 7,” ucapnya.
Kelakuan oknum pejabat ini terkuat setelah sejumlah guru ketiga siswi korban pelecehan itu melabrak ke gedung DPRD Kota Bogor, Rabu (11/11/2015).
Para guru emosi karena anak didiknya mendapat pelecehan dari salah satu oknum pejabat golongan III tersebut. (ent)

Tuesday, 10 November 2015

Kapten Muslihat, Pahlawan Terlupakan dari Bogor





Tubagus Muslihat lahir di Pandeglang, hari Senin tanggal 26 oktober 1926, bertepatan dengan terjadinya aksi pemogokan buruh komunis yang saat itu tengah gencar-gencarnya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Hindia Belanda.

Pendidikan formal Tb Muslihat diawali dari HIS Rangkas Bitung, akan tetapi, hanya sampai
kelas 3, karena ia harus ikut pindah bersama orang tuanya ke Jakarta. Di Jakarta ia melanjutkan kembali pada tingkat sekolah yang sama hingga selesai.

Tamat dari HIS tahun 1940. kemudian dilanjutkan ke MULO sampai kelas 2. Sekeluarnya dari MULO, Tb Muslihat bekerja di BOSBOW Proefstasiun (Balai Penelitian Kehutanan) yang terletak di Gunung Batu Bogor, akan tetapi baru sebulan kerja disana, terjadi perang Pasifik, perang yang memaksa tentara dan pemerintahan Belanda menyerah kepada Jepang.

Sejak saat itu, tepatnya tahun 1942, kota Bogor dikusai oleh Dai Nippon. Sejalan dengan itu, Tb Muslihat berpindah kerja ke Rumah Sakit Kedung Halang Bogor, dan menjadi juru rawat, tetapi tidak lama kemudian pindah lagi ke jawatan kehutanan.

Situasi Kota Bogor dibawah kepemimpinan Dai Nippon tidak lebih baik dari  Pemerintahan Jepang dikenal dengan pemerintahan militer, segala kebijakan diserahkan kepada pucuk pimpinan angkatan perang di daerah kekuasannya masing-masing, garis kebijakan dibicarakan langsung dengan Markas Besar Angkatan perang, sedangkan pelaksanaan dari kebijakan tersebut sepenuhnya berada ditangan mentri pertahanan dan para Panglima Daerah pendudukannya masing-masing, hal semacam ini sudah merupakan watak dari penjajah.

Seiring dengan didirikannya tentara pembela tanah air PETA pada bulan oktober  Tb Muslihat meninggalkan pekerjaannya, ia mendaftarkan diri menjadi  tentara sukarelawan Pembela Tanah Air PETA, setelah melalui beberapa test, Tubagus Muslihat berhasil lulus dan diterima sebagai tentara PETA dengan pangkat, ia dimasukan kedalam kategori pemuda-pemuda cakap dan berani, emudian dipilih menjadi  Shudanco (komandan Seksi atau peleton) bersamaan dengan Ibrahin Ajie, M Ishak Juarsa, Rahmat Padma, Tarmat, Suwardi, Abu Usman,Rojak dan Bustami.

Pada tanggal 14 Agustus 1945, kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang dibom oleh tentara sekutu, pada saat itu sikap tentara jepang tampak kebingungan, Seluruh anggota PETA yang ada di Asramanya langsung dibubarkan oleh tentara Jepang, dengan catatan senjata dan peralatan perang lainnya harus ditanggalkan, namun demikian ada juga beberapa orang yang berhasil keluar dari asrama tersebut dengan membawa senjata dan pedang, salah satunya adalah Shudanco Muslihat.





Dengan bermodalkan senjata curian itulah kapten Muslihat bersama rekan-rekannya meneruskan perjuangannya dan ikut bergabung dengan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) yang bekerjasama dengan organisasi API, AMRI, KRIS dab PESINDO, disamping tugas mereka menjaga keamanan didalam kota, gerakan yang merwka lakukan pun berusaha mengumpulkan dan merebut senjata dari tangan Jepang.
Selanjutnya perjuangan mereka lebih meluas dengan merebut kantor-kantor yang di duduki tentara Jepang hingga menjadi milik Republik Indonesia. Karena Kapten Muslihat sangat dikenal sebagai seorang komandan yang tegas, maka perintahnyapun selalu dikuti oleh seluruh anak buahnya.

Pada tahun yang sama 1945. secara de jure dan de facto pemerintahan Republik Indonesia resmi didirikan di kota Bogor, pada saat itu BKR dibubarkan dan dirubah menjadi Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) oleh Jenderal Urip Sumoharjo, sedangkan Tubagus Muslihat diangkat menjadi Kapten dan ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalion II TKR.

Pada bulan Oktober 1945, situasi kota Bogor sangat genting, tentara Inggris dan Gurkha memasuki daerah Bogor, ditunggangi oleh tentara NICA, pertama kali yang mereka datangi adalah tengsi Batalyon XVI bekas tentara jepang yang memang sudah di kosongkan, merasa sudah kuat, tentara Inggris dan Gurkha melebarkan kekuasaannya dengan menduduki Kota Paris, tempat nyonya-nyonya dan anak-anak Belanda (RAOPWI) dikumpuilkan. Dlam waktu singkat dan tanpa melalui proses peperangan Kota Paris dapat direbut dengan mudah oleh tentara Inggris dan dijadikan wilayahnya,
Keadaan di dalam kota Bogor saai itu semakin kacau, tentara Inggris ternyata lebih sombong daripada Belanda, mereka mencoba merebut Istana yang waktu itu dijaga ketat oleh pemuda-pemuda Bogor. Dalam situasi yang cukup panas itu, perundingan antara pembesar kota Bogor dan Inggris segera dilakukan, tetapi perundingan itu gagal, tentara Inggris berhasil memasuki istana Bogor. dengan berat hati pejuang-pejuang Bogor meninggalkan Istana.

Akibat sikap tentara Inggris  yang menyakitkan hati rakyat, maka pada tanggal 6 Desember 1945, seluruh masyarakat Bogor mengadakan pemberontakan, kendati hanya bersenjatakan bambu runcing, golok, pedang dan persenjataan alakadarnya, akan tetapi peperangan berlangsung sengit dan menggetarkan, terutama disekitar Istana Bogor dan Kota Paris.

Ditengah situasi Kota Bogor yang kian memanas dan berbau maut itu, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kemarkas-markas yang diduduki tentara Inggris dan Gurkha, padahal waktu itu istri kapten Muslihat dalam keadaan mengandung, makanya setiap kali akan melakukan peperangan kapten yang berusia relatif muda itu selalu berpesan kepada istrinya supaya ia dapat menjaga sijabang bayi, bahkan untuk menghibur dan menenagkan hati istrinya kapten muslihat sering berkata apabila kelak anaknya lahir akan ia beri nama merdeka.

25 Desember 1945, Kapten Muslihat bersama pasukannya melakukan penyerangan kekantor Polisi yang terletak di jalan Banten (sekarang jalan Kapten Muslihat), dalam penyerangan tersebut ikut turut pula Gustiman (adik kandung kapten Muslihat).

Kontak senjatapun terjadi mewarnai penyerangan itu. Akan tetapi pertahanan tentara Inggris dan Gurkha sangat kuat. Merasa kesal karena serangan yang dilakukannya belum dapat mematahkan kekuatan musuh, maka kapten Muslihat keluar dari tempat persembunyian dan melakukan pennyerangan penyerangan secara terbuka.

Awalnya serangan yang dilancarkan ditempat terbuka memang banyak mengakibatkan beberapa pihak musuh ambruk diterjangan peluru yang dimuntahkan dari senjatanya. Akan tetapi tiba-tiba sebutir peluru dari pihak musuh mengenai bagian perutnya. Darah mengucur dari perut kapten muslihat. Seperti banteng terluka, kapten Muslihat terus menyerbu menembaki musuhnya hingga ia tidak memperdulikan lagi berapa peluru yang sudah bersarang ditubuhnya akibat serangan balik yang dilancarkan yang dilancarkan musuh.
Melihat kondisi yang menyakitkan dan menyayat hati siapapun yang melihatnya. Gustiman memburu kearah kapten Muslihat dan berusaha untuk menolongnya, tetapi kapten muslihat memerintahkan supaya adiknya menyingkir dari lokasi tersebut, ia khawatir akan semakin menambah korban, sampai ketika sebuah peluru lagi menerjang bagian punggungnya, barulah seketika itu tubuh Kapten Muslihat jatuh tersungkur mencium bumi, darah segar bersimbah memenuhi badannya, dfan kaos oblong putih polos yang dikenakannya berubah menjadi merah.

Sekalipun sangat sulit untuk menarik tubuh kapten Muslihat dari arena pertempuran karena terus menerus dihujani peluru, tapi berkat kesigapan PMI dan pasukan yang dipimpinnya, akhirnya tubuh kapten muslihat berhasil juga ditarik keluar dari arena pertempuran dan diboyong kerumahnya yang terletak di Panaragan.
Sebelum menghebuskan napas terakhirnya, Kapten Muslihat berwasiat kepada istri dan keluarganya, supaya uang simpanannya yang berjumlah Rp 600 (uang kertas Jepang) disedekahkan kepada fakir miskin, sedangkan kepada kolega dan beberapa anak buahnya beliau berpesan agar meneruskan perjuangannya.

”Kita pasti menang dan Indonesia pasti merdeka!!!. Allahu akbar. Allahu akbar. Allahu akbar” seiring dengan berakhirnya takbir tersebut, tubuh kapten Muslihat mengejang dan diam tak bergerak untuk selamanya, inalilahi wainailahi rojiun. Peninggalkan kapten Muslihat disaksikan oleh Dr Marzoeki Mahdi.

Thursday, 15 October 2015

Selamat! Bogor Masuk Sepuluh Besar Kota Termacet di Dunia





BOGOR-Kota Bogor, Bandung, dan Denpasar masuk dalam daftar sepuluh kota yang memberikan pengalaman terburuk bagi para pengendara menurut hasil evaluasi Waze. Pengelola aplikasi navigasi itu merilis indeks kepuasan mengemudi berdasarkan pengalaman mengemudi 50 juta orang lebih di 32 negara dan 167 area, serta menyusun penilaian numerik mulai dari memuaskan (10) hingga menyebalkan (1).

Dalam siaran persnya, Rabu (14/10), Waze menyebut kota terburuk bagi pengemudi di antaranya San Salvador (El Salvador) dengan indeks 2,1, Cali dan Medellin di Colombia dengan indeks masing-masing 2,6 dan 2,7, serta Denpasar (Indonesia) dengan indeks 2,8.

Kota lain yang menurut pengguna Waze memiliki lalu lintas menyebalkan adalah Guatemala City (Guatemala) dengan indeks 3, Bandung (Indonesia) dengan indeks 3, Bucaramanga (Colombia) dengan indeks 3,1, Caracas (Venezuela) dengan indeks 3,1, Bogor (Indonesia) dengan indeks 3,1, dan Bogota (Colombia) dengan indeks 3,4.

Sementara kota yang dianggap paling memuaskan bagi para pengendara pengguna Waze adalah Phoenix di Arizona, Amerika Serikat, dengan indeks kepuasan 8. Secara keseluruhan, lalu lintas kota-kota di Indonesia dianggap sebagai paling menyebalkan bagi para pengendara pengguna Waze dengan indeks 3,7. Indonesia menempati peringkat ketujuh terburuk di dunia. Sementara negara lalu lintas kendaraannya dianggap paling baik adalah Belanda, dengan indeks 7,9.

Meski demikian, soal keamanan lalu lintas di Indonesia dinilai cukup mumpuni. Indonesia masuk dalam daftar sepuluh besar negara yang indeks keamanan berkendaranya paling baik (8,9), sejajar dengan Prancis. Sedangkan negara yang dinilai paling aman adalah Argentina (9,8), dan negara yang lalu lintasnya dianggap paling berbahaya bagi pengendara adalah El Salvador (3,3).

Dalam hal layanan bagi pengendara, salah satunya ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar umum, Indonesia tercatat sebagai yang terburuk di seluruh dunia dengan indeks kepuasan 1. Namun, kualitas jalanan Indonesia dianggap baik dengan indeks 7,3.

Selain itu, menurut indeks Wazeyness atau suasana hati pengendara, Indonesia termasuk yang terburuk dengan indeks 1.

Untuk diketahui, Waze adalah sebuah peranti lunak navigasi gratis untuk perangkat telepon genggam dan tablet PC yang memiliki GPS. Waze bisa diunduh dari negara mana pun di dunia termasuk Indonesia. Namun, peta dasar untuk Indonesia belum tersedia sehingga kontribusi pengguna sangat diutamakan.

Berbeda dengan peranti lunak navigasi umumnya, Waze memberikan informasi dan peta berdasarkan masukan komunitas pemakainya. Informasi mengenai kecelakaan, kemacetan jalan, polisi, bahaya berdasarkan kondisi nyata yang dilaporkan para penggunanya.

Pengguna Waze (wazers) juga bisa melakukan pemutakhiran peta, pemberian nomor rumah/bangunan, penandaan lokasi secara pribadi dan langsung.

Waze juga mempunyai fasilitas ngobrol (chat), memberikan poin untuk setiap kegiatan yang dilakukan seperti menjelajah, memutakhirkan peta dan peristiwa khusus lainnya. Atau dengan kata lain, Waze adalah gabungan dari aplikasi navigasi dengan jejaring sosial dan permainan online.

Waze kini memiliki 78 juta pengguna terdaftar di seluruh dunia. Pada November 2013, jumlah pengguna Waze di Indonesia telah mencapai 750.000 pengguna.

Menanggapi penilaian Waze soal lalu lintas Kota Hujan, Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman mengaku tidak setuju. Menurutnya, jika kualitas lalu lintas buruk, masyarakat dari dalam dan luar Kota Bogor tak akan merasa nyaman memburu kuliner setiap akhir pekan. Faktanya, suasana lalu lintas di Kota Hujan setiap akhir pekan selalu padat dengan kendaraan.

"Mereka merasa nyaman itu. Kalaupun indeks 3,1 itu jelek sebagai ukuran, nyatanya RI 1 (Presiden Joko Widodo, red) mau bertempat tinggal di Kota Bogor," sebutnya.

Menurut Usmar, pengelola aplikasi navigasi Waze yang merupakan komunitas masyarakat berbasis lalu lintas sebaiknya tak hanya mengkritik, namun juga memberi solusi. Itu penting untuk perbaikan ke depan.

"Kalau hari biasa lancar saja. Tingkat kecelakaan lalu lintas juga cukup kecil. Harusnya ada solusi juga untuk kota-kota yang disebut buruk," cetusnya.(ent)

Wednesday, 7 October 2015

Ini Derita Bogorian akibat Angkot Ngambek


BOGOR - Para pengguna angkutan kota (angkot) Bogor harus mengernyitkan dahi lebih dalam, kemarin (6/10). Mereka harus berusaha ekstra keras untuk beraktivitas. Aksi "ngambek" massal sopir angkot Kota Bogor membuat banyak orang menderita. Para pekerja harus merogoh kocek lebih, ibu rumah tangga berjalan kaki lebih jauh. Bahkan, para pelajar tak kunjung tiba di sekolah.

---

Pagi itu, sekitar pukul 09.00 WIB, jalanan di Kota Bogor sedikit lengang. Nyaris tidak ada kemacetan terjadi. Kendaraan bermotor roda dua dan empat melaju dengan santainya. Sementara, jalur pedestrian dan trotoar tampak ramai. Ada banyak masyarakat berjalan kaki dan setengah berlari.

Mereka bukan sedang joging atau olahraga jalan santai. Tapi, ini efek dari aksi mogok sopir angkot. Di Balaikota, ratusan sopir angkot melakukan unjuk rasa. Mobil-mobil mereka pun diparkir di sepanjang Jalan Ir H Juanda dan Kapten Muslihat. Alhasil, warga-nya Walikota Bogor Bima Arya pun jadi telantar.

Siti Sundari (57) tampak tergopoh-gopoh kala melintasi jalur pedestrian di depan Balaikota. Wanita paruh baya itu menyempati memandang kerumunan massa di pelataran area kantor lembaga eksekutif Kota Hujan ini. Dengan napas yang terengah-engah, sesekali Sri menggerutu. "Aduh, capai saya jalan kaki, jauh, sudah tua lagi. Soalnya angkotnya pada mogok," seru wanita berhijab itu.

Menurut Sri yang sudah memasuki kepala lima, apa yang dilakukan sopir angkot sangat merugikan para pengguna jasa mobil berpelat warna kuning itu. Sebab, untuk bisa sampai ke tempat tujuan yang jaraknya berkilo-kilo meter, mau tak mau warga mesti berjalan kaki. "Seharusnya mereka tidak seperti ini. Karena banyak warga yang membutuh­kan angkot sebagai sarana transportasinya," kata ibu rumah tangga tersebut.

Meski resah, Sri tetap mendukung aksi yang dilakukan para sopir angkot. "Asalkan tuntutannya positif. Tapi kalau negatif, jelas tidak mendukung," tukasnya.

Hawaini juga merasakan hal yang sama seperti Sri. Untuk menjalankan tugas kantornya, mojang 26 tahun itu harus mengandalkan kedua kakinya. "Iya, saya dari kantor mau ke tempat urusan di dekat Taman Topi harus jalan kaki," keluh Hawaini yang tampak kelelahan.

Menurut wanita asli Sulawesi Selatan itu, sebelum beraksi, para sopir mestinya memikirkan terlebih dahulu dampak negatifnya. Banyak penumpang telantar lantaran tidak ada satu pun angkot yang beroperasi. "Kita selama ini mengandalkan angkot. Kalau mereka mogok begini, mau ke mana-mana juga susah. Semoga mogoknya tidak terlalu lama deh," harapnya.

Dia pun melanjutkan 'misi' dari kantornya dengan menumpang ojek agar mempersingkat waktu. Itu karena Hawaini harus membopong tas ransel yang terlihat berat di pundaknya.

Korban aksi angkot mogok juga berlanjut. Tampak beberapa pelajar gagal pulang tepat waktu ke rumahnya. Kondisi ini dimanfaatkan mereka dengan nongkrong dulu di halte Jalan Jenderal Sudirman, depan Gedung Wanita. Sebab, untuk pulang, mereka hanya mengandalkan angkot. "Ya capek dong Om kalau harus pulang jalan kaki. Rumah saya di Ciluar. Jadi nunggu dulu dah di sini (halte, red)," kata Sandi, salah seorang pelajar SMP.

Adi, siswa SMP Negeri 11 Bogor, juga menuturkan hal yang sama. Hampir satu jam dia menunggu kehadiran angkot di halte bersama teman-temannya. "Iya nih, gak ada angkot. Gak tahu kenapa," ujarnya polos.

Yang jelas, nasib Adi dan Sandi tak seburuk nasib Herlina, salah seorang siswi SMA yang harus diturunkan dari angkot di depan Air Mancur. Walau bingung dan gusar, Herlina dan kawan-kawan tetap turun. "Tadi disuruh turun. Ya, kami turun deh. Katanya ada demo angkot di depan (Balaikota, red)," ucapnya.

Dalam pantauan wartawan koran ini, ada pula masyarakat yang diturunkan paksa oleh angkot di beberapa titik. Usut punya usut, mereka terpaksa dengan alasan solidaritas. "Solidaritas saja sama teman-teman yang lain," kata seorang sopir, sebut saja Ujang.

Di lain hal, aksi mogok sopir angkot ini membawa berkah bagi Asep. Biasanya, dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB, dia hanya mendapat satu penumpang, tapi kemarin, Asep dapat dua penumpang. "Alhamdulillah, jadi banyak penumpang," kata Asep, si tukang ojek, saat menengok sejenak aksi di Balaikota.

Tak lama, salah seorang pejalan kaki naik ke atas motornya meminta untuk dibonceng Asep ke rumahnya. Walhasil, hanya dalam waktu dua jam, Asep laku tiga penumpang. "Kang, saya jalan dulu ya," seru dia berlalu dengan sepeda motor merek Yamaha.

Mengatasi masalah itu, Perusahaan Daerah Jasa dan Transportasi (PDJT) Bogor mengerahkan 29 unit bus Trans Pakuan untuk mengangkut para penumpang yang telantar. "Kami mengerahkan sebanyak 29 unit bus Trans Pakuan untuk mengangkut para penumpang yang telantar. Ini upaya yang bisa kami lakukan," ujar Plt Dirut PDJT Bogor, Suharto.

Ke-29 unit bus tersebut dikerahkan di sejumlah titik yang terjadi penumpukan penumpang yang telantar. Pada teknisnya, kata Suharto, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ), Satlantas Polres dan Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk mendapatkan informasi titik-titik tersebut. "Kami sudah siapkan sampai besok (hari ini, red). Pokoknya sampai tidak terjadi mogok angkot lagi," ungkapnya.

Ya, tampak beberapa unit kendaraan roda dua dengan daya tampung yang besar mengangkut beberapa warga. Seperti mobil Satpol PP, polisi dan bus Trans Pakuan. Namun, ini belum terlalu efektif karena masih saja terjadi penumpukan penumpang telantar. Sekitar pukul 14.00 WIB, beberapa angkot mulai ngetem dan mengangkut penumpang. Penumpukan penumpang yang telantar berangsur berkurang. Pengguna pedestrian dan trotoar kian berkurang. Dan jalanan Kota Sejuta Angkot ini kembali macet.(ent)

Saturday, 3 October 2015

Empat Kampus Di Bogor Terancam Dibekukan!


BOGOR – Empat perguruan tinggi (PT) swasta di Kota Bogor dinonaktifkan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti). Selama masa nonaktif PT tersebut tak diperbolehkan menerima mahasiswa baru.
Empat kampus di Bogor yang dibekukan adalah STIE Pandu Madania, Jalan Raya Cibungbulang KM 15. Kedua, STIH Dharma Andhiga di Jalan Soleh Iskandar. Ketiga, Akademi Surtasdal-As Bogor di Kampung Sengked, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga. Keempat, Akademi Kesenian di Jalan Jagung, Baranangsiang
Sri Ratnawati, staf administrasi umum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Dharma Andhiga di bilangan Jalan Sholeh Iskandar Tanah Sareal ditemui Radar Bogor jumat (2/10/2015) membenarkan penonaktifan STIH ini. Secara administrasi, STIH ini dinonaktifkan Kemenristek Dikti sejak 30 Juli 2015 lalu.
Permasalahan perguruan tinggi yang nonaktif ini ada empat. Antara lain tidak melakukan pelaporan akademik, nisbah atau perbandingan dosen dengan mahasiswa belum memenuhi syarat, masalah pelanggaran undang-undang dan juga adanya sengketa di internal perguruan tinggi tersebut.
“Nonaktif dari Kemenristek Dikti ini keluar saat kami melakukan pembenahan karena mendapat teguran dari Kopertis IV Jawa Barat. STIH kenanya di laporan akademik, kami disebut empat semester berturut-turut tidak melakukan pelaporan akademik,” jelasnya.
Ratnawati mengakui ini, selama empat semester mereka tidak melakukan pelaporan akademik yaitu dua semester di TA 2012/2013 dan dua semester di TA 2013/2014. Namun pasca mendapat teguran dari Kopertis IV Jawa Barat, pada 30 Desember 2014 lalu, mereka sudah melakukan pelaporan ke Kopertis IV.
Selanjutnya 26 Januari 2015, STIH melakukan pengajuan pengaktifan kembali. Dan 27 Februari 2015, Kopertis IV telah melakukan verifikasi ke STIH Dharma Andhiga. Dan Agustus hingga September ini, STIH menerima Dirjen Kemenristek Dikti yang melakukan verifikasi.
“Dan Desember nanti pengumuman hasil verifikasi pengaktifan kembali dari Kemenristek Dikti. Makanya kami heran kenapa kami masih diikutkan sebagai perguruan tinggi nonaktif dari Kemenristek Dikti, sementara kami sudah melakukan pembenahan ke Kopertis IV,” ujarnya.
Imbas dari penonaktifan ini pun harus diterima STIH. Tak diperbolehkan menerima mahasiswa baru untuk TA 2015 ini. Namun proses belajar mengajar (PBM) untuk mahasiswa lama masih terus berjalan.
“Wisuda 2014 tetap dilaksanakan. Wisuda sekali setahun. Tahun ini sudah diadakan wisuda pada Maret lalu karena surat nonaktif baru kami terima Juli. Setelah aktif baru boleh menerima mahasiswa baru. Namun kami tetap melakukan promosi,” ujarnya.
STIH ini didirikan anggota DPRD Kota Bogor Andi Surya sejak 2003 lalu. Namun pengakuan Ratna, pengelolaan STIH ini sejak 2014 berpindah dari Andi Surya ke Heri Purnomo. STIH ini untuk pendidikan starata 1 (S1) dengan jumlah dosen tetap 10 orang, dosen tidak tetap lebih 21 orang dan jumlah mahasiswa 298 orang.
Selain STIH Dharma Andhiga, Akademi Kesenian Bogor di bilangan Jalan Jagung Kelurahan Baranangsiang, juga mendapat surat nonaktif dari Kemenristek Dikti. Namun penonaktifan ini dianggap terlambat karena sejak tahun 2000, akademi ini sudah tak beroperasi.
“Tahun 1994 berdiri dan hingga 1998 masih eksis dengan jumlah mahasiswa 40-an orang. Makin lama makin berkurang. Dan sejak tahun 2000 sudah tidak ada peminat atau tidak ada lagi mahasiswanya. Sudah tutup 15 tahun,” ungkap mantan Ketua Umum Yayasan Gilang Kencana yang mengelola Akademi Kesenian Bogor H Syaiful Bahri.
Saat akademi kesenian ini jaya, kegiatan kesenian Sunda banyak digelar di kampus ini, seperti tari jaipongan dan ketuk tilu, dan rampak sekar. Sementara jurusan yang dimiliki akademi ini yaitu jurusan seni tari dan karawitan.
“Kami sampai tiga kali melakukan wisuda. Dan alumni sudah banyak mengajar di sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor. Hingga sekarang, peralatan masih ada, gong, salendro, saron, dan peralatan untuk menari masih ada,” jelasnya.
Dikatakan Syaiful, pada masa Walikota Diani Budiarto, akademi ini sempat mau dihibahkan, tetapi tidak ada respon. Terakhir akademi ini dipindahkan ke Tangerang Selatan dengan nama Akademi Kesenian.
“Selain ini, tidak ada akademi kesenian lain di Bogor baik swasta maupun negeri. Kalau ada peminat dan sponsor yang cinta kesenian Sunda, akademi kesenian ini bisa kita hidupkan lagi,” jelasnya.
Meski sudah tak beroperasi sejak tahun 2000 lalu, hingga sekarang, masih ada beberapa orang yang mau melamar jadi dosen. Selain itu, Syaiful juga masih menerima surat dari perguruan tinggi di Belanda, Jerman dan Australia, yang menanyakan kesenian Sunda.
“Tidak dijawab suratnya, bagaimana mau menjawab, akademinya sudah tutup,” jelasnya.
Dan pada 9 Juli 2015 lalu, gedung akademi yang sudah berganti menjadi SD IT Al Khairiyah ini juga menerima surat dari Kemenristek Dikti terkait penonaktifan beberapa PT di Indonesia. Surat itu berisi pengecekan ijazah mahasiswa, pengecekan dosen dan plagiarisme dan hal lainnya yangberhubungan dengan akademi kesenian ini. (ent)

Astaga! Ratusan Warga Bogor Biseksual




BOGOR– Fenomena Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) sebenarnya bukan hal baru. Hingga kini, kaum ‘pelangi’ itu diam-diam terus berkembang biak secara terselubung di setiap kantong-kantong perkotaan. Tak terkecuali di Kota Bogor.

Dari data yang dihimpun Radar Bogor, jumlah LGBT di Kota Hujan mencapai 900 orang. Rinciannya, golongan biseksual 311 orang, gay 235 orang, dan transgender 38 orang (lengkap lihat grafis).  Hal ini diakui Ketua Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Bogor, Iwan Suryawan. Bahkan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

“Iya, dari data yang kami dapatkan dan miliki jumlahnya meningkat setiap tahun,” ujar Iwan seperti dilansir Radar Bogor Kamis (1/10/2015).

Iwan menjelaskan, data LGBT yang ada, bersumber dari Dinas Kesehatan dan sejumlah lembaga sosial masyarakat (LSM) terkait pada indikator yang terkena HIV/Aids. Sebab pada teknisnya, sangat sulit untuk mendata LGBT secara langsung. Sehingga satu-satunya cara paling efektif untuk mengetahui populasi kaum homoseksual ini melalui HIV/Aids.

“Tidak gampang untuk mendata mereka ini. Karena LGBT ini ibarat fenomena gunung es. Jadi kami hanya bisa mengetahuinya lewat data dari laporan Voluntary Counseling Test (VCT)kepada para korban yang terjangkit HIV/Aids dan penyakit menular lainnya,” jelas Iwan.

Kesulitan mendata LGBT, kata Iwan, karena mereka sangat menutup diri. Terutama untuk gay, lesbian dan biseksual. Yang hanya bisa mengetahui orang tersebut LGBT atau tidak adalah sesamanya. Sedangkan orang normal, dipastikan tidak bisa dan sulit mengidentifikasinya.

“Jadi kalau sesama LGBT, pasti akan ada chemistry-nya. Ada alirannya gitu,” kata Iwan setengah berseloroh.

LGBT, kata Iwan, juga tidak dapat diketahui dari ciri fisik. Yang gay, tetap berpenampilan selayaknya lelaki normal. Tetap maskulin, macho, badan berotot, kadang ada yang berewokan, dan memakai pakaian laki-laki tidak seperti waria. Tapi, khusus lesbian, agak sedikit mudah diidentifikasi.

“Gambaran umumnya yang biasa kami dapatkan di lapangan, bila ada dua orang wanita jalan bergandengan tangan, pokoknya tampak akrab atau mesra. Yang satu tampak seperti laki-laki yang diistilahkan sentul atau kantil. Yang satunya lagi sangat feminim atau istilahnya femme,” beber Iwan.

“Tapi untuk sementara lesbian belum masuk di data kami. Yang ada hanyalah gay, transgender dan biseksual,” tambahnya.

Sementara, untuk kasus biseksual, pihak KPA mendapati laporan tersebut yang terjadi pada warga binaan pemasyarakatan (WBP) di Bogor. Dia mengatakan, tingginya hasrat berhubungan seks sewaktu menghuni hotel prodeo adalah pemicu nomor wahid. Lantaran tidak ada tempat pelampiasan yang tepat, yakni perempuan, maka mau tidak mau antar napi lelaki berhubungan badan.

“Ini ada di Bogor. Tapi setelah dia keluar, dia tetap berhubungan dengan istrinya, dengan perempuan. Tapi kondisi ini sudah menjadi kebutuhan seksualnya,” ungkap Iwan.

Menurut Iwan, LGBT yang merupakan masalah sosial dan genetik ini diakibatkan banyak hal. Seperti faktor ekonomi, gaya hidup, lingkungan, pendidikan yang kurang baik, dan permasalahan hidup. Selain itu, seks juga menjadi salah satu kebutuhan hidup terbaru di abad ini.

“Jadi, menurut pengalaman kami di lapangan ada banyak faktor yang menyebabkan mereka menjadi LGBT,” sebut Iwan.

LGBT dan HIV/Adis, kata Iwan lagi, adalah dua hal yang saling berhubungan. Jika dulu, HIV/Aids hanya menyebar lewat jarum suntik, kini sudah beralih ke ‘jarum tumpul’. Artinya, lewat hubungan sejenis, khususnya pada pasangan gay dan transgender yang menerapkan seks anal. Hubungan seks oral juga berpotensi terjangkit, maka meskipun belum didapati, lesbian juga rawan.

“Hubungan seks anal ini dapat mengakibatkan terjadinya goresan, luka, dan cairan sprema. Ini sangat tidak baik dan tidak sehat. Sehingga dulu kebanyakannya HIV/Aids itu tertular lewat jarum suntik yang tajam, kini sudah turun dan beralih ke jarum yang ‘tumpul’,” urai Iwan.

Iwan pun mengaku cukup intens bertemu dengan kelompok ini. Menurut Iwan, LGBT di Bogor juga memiliki keinginan untuk bebas dari belenggu yang membuat hidup mereka tidak normal tersebut.
“Saya pernah tanya ke mereka, apakah mau sembuh atau tidak.

Kalau tidak mau, lebih baik berantem aja sama saya. Artinya kan saya gagal. Tapi mereka bilang mereka mau pulih dan hidup normal kembali. Masalahnya adalah kapan,” ungkap Iwan. (ent)

Wednesday, 30 September 2015

Gila.... Pekerja Asing di Bogor Makin Nambah!


BOGOR – Tenaga kerja asing (TKA) mulai menyerbu Kota Bogor. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bogor, sebanyak 142 TKA bekerja di Kota Hujan dan meduduki jabatan penting dalam perusahaan.
Dari 142 TKA, warga India mendominasi dengan 24 pekerja. Menyusul Korea Selatan 20 pekerja, dan Jepang 17 pekerja.
Kasi Pengendalian Administrasi Kependudukan pada Disdukcapil Kota Bogor, Somiah mengatakan, warga negara asing (WNA) yang berada di Kota Bogor harus memiliki kartu izin tinggal terbatas (Kitas) terlebih dahulu dari kantor imigrasi.
“Hal itu untuk melaporkan maksud dan tujuan, hingga berapa lama akan tinggal di Kota Bogor,” ujarnya kemarin (29/9).
Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor 24 tahun 2013 tentang Administrasi Kendudukan, kata dia, siapapun yang tinggal di Indonesia harus memiliki dokumen kependudukan.
“Sedangkan untuk WNA harus mempunyai Kitas,” cetusnya.
Setelah memiliki Kitas maka WNA  harus segera membuat surat keterangan tempat tinggal  (SKTT) dengan melengkapi persyaratan berupa surat dari sponsor perusahaan, fotokopi Kitas dari Imigrasi, paspor, izin mempekerjakan orang asing (IMTA), hingga surat tanda melapor diri (STMD) dari kepolisian.
“Kalau tinggal di atas setahun wajib memiliki SKTT,” tegasnya.
Kendati demikian, pihaknya tidak mendata kepada perusahaan maupun lembaga yang mempekerjakan WNA. Data yang dimilikinya hanya berdasarkan laporan dari perusahaan yang mempekerjakan WNA, sehingga perusahaan tersebut bertanggung jawab atas WNA yang bekerja di perusahaannya.
“Kami tidak mendata, tetapi dapat laporan dari masing-masing perusahaan. Kalau WNA yang menetap ada enam orang,” terangnya.
Terpisah, Kepala Kantor Imigrasi Bogor Herman Lukman menambahkan, jumlah WNA di Bogor sudah di angka 1.000 orang. Jumlah tersebut 40 persen merupakan pelajar yang hanya izin tinggal tidak lebih dari tiga tahun.
“Kalau izinnya sudah habis harus diperpanjang, kalau tidak harus dikembalikan ke negara asalnya,” tegasnya. (ent)

Syarifah Tusadiah , Wanita Cantik yang Milih jadi Satpam di BPJS Ketenagakerjaan Bogor


BOGOR-Sosok Syarifah Tusadiah memberikan warna tersendiri untuk kantor BPJS Ketenagakerjaan Bogor. Siapa pun yang bertandang, pasti ‘dihadiahi’ senyum khasnya. Saking ramah dan cantiknya, sampai-sampai banyak yang tidak ngeh terhadap profesinya. Yakni, seorang sekuriti.
“Selamat datang Bapak dan Ibu. Ada yang bisa saya bantu?” Begitulah kalimat pamungkas yang kerap diucapkan Ipeh, sapaan akrabnya, kepada para nasabah BPJS yang datang. Kalimat tersebut keluar dari bibirnya yang tipis, setelah menarik daun pintu kaca di sisi kirinya agar nasabah bisa masuk.     Semua dilakukan dengan sangat ‘anggun’. Seakan bukan sekuriti, tapi bak pramugari.
“Sebenarnya saya tidak pernah berniat menjadi sekuriti. Sebab, cita-cita saya dulu adalah menjadi seorang guru,” kata mojang kelahiran Bogor, 9 Juni 1994 silam ini.
Ipeh menceritakan asal-muasal sepak terjang kariernya. Awalnya, dara berkulit kuning langsat itu ingin melamar menjadi karyawati salah satu perusahaan di Kabupaten Bogor. Sayangnya, perusahaan tersebut belum menerima tenaga kerja baru. “Nah, yang ada hanya untuk posisi sekuriti. Saya pikir, kenapa tidak untuk dicoba,” ulas dara yang gemar membaca tersebut.
April 2012, Ipeh pun menempuh pendidikan khusus menjadi sekuriti di Yayasan Security Phisik Dinamika (SPD). Selama dua pekan, Ipeh harus berjibaku dengan seabrek latihan khusus di Desa Sanja, Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor.
Fisik ditempa, mental diasah, demi satu asa menjadi seorang sekuriti wanita alias sekwan. Menu latihannya adalah olahraga, bela diri, pendidikan kebangsaan, hingga mengatur lalu lintas. “Saat itu, di angkatan saya cuma ada tiga orang wanita yang ikut. Saya salah satunya,” ujar Ipeh yang juga warga Ciluar.
Menjadi satu di antara tiga orang wanita yang digembleng menjadi petugas keamanan yang didominasi kaum Adam tak menyurutkan niat dan tekadnya. Semangat, adalah tajuk utama di benak Ipeh kala itu. Tentunya juga disuntik doa dan dukungan orang tua serta keluarga.
“Alhamdulillah, kedua orang tua mendukung. Keluarga juga mendukung,” ucapnya.
Setelah lulus dididik menjadi sekuriti, April 2012, Ipeh pun mulai ‘ngepos’ di perusahaan tempat dia pernah melamar kerja tersebut. Ipeh pun dibekali perlengkapan bela diri seperti pentungan, borgol dan sangkur serta alat komunikasi, HT. Di sana, kata Ipeh, cukup banyak pengalaman didapatkannya. Mulai dari mendapat jatah sif malam, diinterograsi pimpinan perusahaan akibat buruh yang ‘nakal’, melihat orang kesurupan, hingga mendengar suara gaib.
“Seru dan asyik-asyih saja sih. Karena ini sudah jadi konsekuensi pekerjaan,” bebernya.
Oktober 2013, Ipeh ‘pamit’ di perusahaan tersebut. Sebulan setelahnya, November, Ipeh kembali melamar menjadi penjaga keamanan di perusahaan kedua. Bekal pengalaman di perusahaan sebelumnya menjadikan Ipeh lebih menguasai bagaimana seharusnya seorang sekuriti bekerja. Cukup lama Ipeh menghabiskan waktu di perusahaan keduanya ini, yakni lebih dari satu tahun.
“Hingga pada  Februari kemarin saya resign, dan awal Maret bekerja di sini (BPJS Ketenagakerjaan, red),” ungkapnya.
Di tempat kerjanya sekarang ini, Ipeh mengaku lebih betah menjadi sekuriti. Sebab, ada banyak pengalaman yang jauh berbeda dari tempat kerja sebelumnya.
“Kalau dulu, yang saya hadapi hanya buruh atau karyawan pabrik, sekarang saya berhadapan dan melayani masyarakat yang latar belakang sosialnya berbeda antara satu sama lain,” kata Ipeh.
Nah, pada Juli lalu adalah bulan yang sangat berharga bagi dia. Ketika itu, ratusan warga menyerbu kantornya yang beralamat di Jalan Pemuda itu. Massa datang berbondong untuk mengklaim dana jaminan hari tua (JHT) karena adanya perubahan peraturan.
“Kantor jadi dipenuhi lautan manusia. Ini adalah pengalaman pertama saya dan momen yang tak terlupakan,” tutur Ipeh sembari terkekeh.
Sebagai seorang sekuriti wanita, tak sedikit Ipeh mendapat pujian plus godaan dari nasabah yang datang. Paras geulis dan perangai supel, membuat siapa pun tergelitik untuk merayunya. Benar saja, sorot mata nasabah yang datang, baik dari wanita hingga pria selalu tertuju ke sosok pemilik tinggi semampai ini.
“Selalu ada sih yang bilang cantik, tapi saya selalu menganggapnya biasa saja,” akunya.
Melakoni profesi yang tak lazim bagi wanita, di saat usianya masih 21 tahun, tidak pernah membuat masa mudanya tergerus. Ipeh masih suka nongkrong di mal dan main ke tempat wisata alam sekadar refreshing setiap akhir pekan. Karena, Minggu, pelayanan di kantor BPJS Ketenagakerjaan libur.
“Tapi, saya lebih suka menghabiskan waktu luang di rumah bersama keluarga,” ucap Ipeh.
Ipeh juga tak pernah minder dan malu memakai seragam PDF putih-hitam, walaupun sempat ‘disentil’ tetangga dan teman-temannya. Malah, dia selalu bangga bisa dengan pakaian yang selalu dikenakannya dari jam 6 pagi hingga jam 7 malam tersebut. Sebab,  semua dilakukannya untuk satu alasan utama, keluarga. Seragam satpam ini pun tidak pernah mengubah karakternya sebagai seorang remaja belia.
“Saya tetap feminin kok. Tetap masih suka pakai high heels atau wedges kalau ada kondangan,” kata Ipeh setengah bercanda.
Soal alur nasib kehidupan, Ipeh memasrahkannya kepada Allah SWT akan seperti apa ke depannya. Tetapi, dengan tegas dia mengatakan cinta menjadi sekuriti. Dan kalau bisa, selamanya tetap menjadi sekuriti.
“Walaupun nanti sudah nikah dan punya anak. Saya tetap ingin jadi sekuriti,” tukas dia.
“Dan kalaupun masih berkenan, saya tetap ingin di sini (kantor BPJS Ketengakerjaan Bogor, red),” imbuhnya.(ent)