Banner 1

Wednesday 7 October 2015

Ini Derita Bogorian akibat Angkot Ngambek


BOGOR - Para pengguna angkutan kota (angkot) Bogor harus mengernyitkan dahi lebih dalam, kemarin (6/10). Mereka harus berusaha ekstra keras untuk beraktivitas. Aksi "ngambek" massal sopir angkot Kota Bogor membuat banyak orang menderita. Para pekerja harus merogoh kocek lebih, ibu rumah tangga berjalan kaki lebih jauh. Bahkan, para pelajar tak kunjung tiba di sekolah.

---

Pagi itu, sekitar pukul 09.00 WIB, jalanan di Kota Bogor sedikit lengang. Nyaris tidak ada kemacetan terjadi. Kendaraan bermotor roda dua dan empat melaju dengan santainya. Sementara, jalur pedestrian dan trotoar tampak ramai. Ada banyak masyarakat berjalan kaki dan setengah berlari.

Mereka bukan sedang joging atau olahraga jalan santai. Tapi, ini efek dari aksi mogok sopir angkot. Di Balaikota, ratusan sopir angkot melakukan unjuk rasa. Mobil-mobil mereka pun diparkir di sepanjang Jalan Ir H Juanda dan Kapten Muslihat. Alhasil, warga-nya Walikota Bogor Bima Arya pun jadi telantar.

Siti Sundari (57) tampak tergopoh-gopoh kala melintasi jalur pedestrian di depan Balaikota. Wanita paruh baya itu menyempati memandang kerumunan massa di pelataran area kantor lembaga eksekutif Kota Hujan ini. Dengan napas yang terengah-engah, sesekali Sri menggerutu. "Aduh, capai saya jalan kaki, jauh, sudah tua lagi. Soalnya angkotnya pada mogok," seru wanita berhijab itu.

Menurut Sri yang sudah memasuki kepala lima, apa yang dilakukan sopir angkot sangat merugikan para pengguna jasa mobil berpelat warna kuning itu. Sebab, untuk bisa sampai ke tempat tujuan yang jaraknya berkilo-kilo meter, mau tak mau warga mesti berjalan kaki. "Seharusnya mereka tidak seperti ini. Karena banyak warga yang membutuh­kan angkot sebagai sarana transportasinya," kata ibu rumah tangga tersebut.

Meski resah, Sri tetap mendukung aksi yang dilakukan para sopir angkot. "Asalkan tuntutannya positif. Tapi kalau negatif, jelas tidak mendukung," tukasnya.

Hawaini juga merasakan hal yang sama seperti Sri. Untuk menjalankan tugas kantornya, mojang 26 tahun itu harus mengandalkan kedua kakinya. "Iya, saya dari kantor mau ke tempat urusan di dekat Taman Topi harus jalan kaki," keluh Hawaini yang tampak kelelahan.

Menurut wanita asli Sulawesi Selatan itu, sebelum beraksi, para sopir mestinya memikirkan terlebih dahulu dampak negatifnya. Banyak penumpang telantar lantaran tidak ada satu pun angkot yang beroperasi. "Kita selama ini mengandalkan angkot. Kalau mereka mogok begini, mau ke mana-mana juga susah. Semoga mogoknya tidak terlalu lama deh," harapnya.

Dia pun melanjutkan 'misi' dari kantornya dengan menumpang ojek agar mempersingkat waktu. Itu karena Hawaini harus membopong tas ransel yang terlihat berat di pundaknya.

Korban aksi angkot mogok juga berlanjut. Tampak beberapa pelajar gagal pulang tepat waktu ke rumahnya. Kondisi ini dimanfaatkan mereka dengan nongkrong dulu di halte Jalan Jenderal Sudirman, depan Gedung Wanita. Sebab, untuk pulang, mereka hanya mengandalkan angkot. "Ya capek dong Om kalau harus pulang jalan kaki. Rumah saya di Ciluar. Jadi nunggu dulu dah di sini (halte, red)," kata Sandi, salah seorang pelajar SMP.

Adi, siswa SMP Negeri 11 Bogor, juga menuturkan hal yang sama. Hampir satu jam dia menunggu kehadiran angkot di halte bersama teman-temannya. "Iya nih, gak ada angkot. Gak tahu kenapa," ujarnya polos.

Yang jelas, nasib Adi dan Sandi tak seburuk nasib Herlina, salah seorang siswi SMA yang harus diturunkan dari angkot di depan Air Mancur. Walau bingung dan gusar, Herlina dan kawan-kawan tetap turun. "Tadi disuruh turun. Ya, kami turun deh. Katanya ada demo angkot di depan (Balaikota, red)," ucapnya.

Dalam pantauan wartawan koran ini, ada pula masyarakat yang diturunkan paksa oleh angkot di beberapa titik. Usut punya usut, mereka terpaksa dengan alasan solidaritas. "Solidaritas saja sama teman-teman yang lain," kata seorang sopir, sebut saja Ujang.

Di lain hal, aksi mogok sopir angkot ini membawa berkah bagi Asep. Biasanya, dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB, dia hanya mendapat satu penumpang, tapi kemarin, Asep dapat dua penumpang. "Alhamdulillah, jadi banyak penumpang," kata Asep, si tukang ojek, saat menengok sejenak aksi di Balaikota.

Tak lama, salah seorang pejalan kaki naik ke atas motornya meminta untuk dibonceng Asep ke rumahnya. Walhasil, hanya dalam waktu dua jam, Asep laku tiga penumpang. "Kang, saya jalan dulu ya," seru dia berlalu dengan sepeda motor merek Yamaha.

Mengatasi masalah itu, Perusahaan Daerah Jasa dan Transportasi (PDJT) Bogor mengerahkan 29 unit bus Trans Pakuan untuk mengangkut para penumpang yang telantar. "Kami mengerahkan sebanyak 29 unit bus Trans Pakuan untuk mengangkut para penumpang yang telantar. Ini upaya yang bisa kami lakukan," ujar Plt Dirut PDJT Bogor, Suharto.

Ke-29 unit bus tersebut dikerahkan di sejumlah titik yang terjadi penumpukan penumpang yang telantar. Pada teknisnya, kata Suharto, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ), Satlantas Polres dan Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk mendapatkan informasi titik-titik tersebut. "Kami sudah siapkan sampai besok (hari ini, red). Pokoknya sampai tidak terjadi mogok angkot lagi," ungkapnya.

Ya, tampak beberapa unit kendaraan roda dua dengan daya tampung yang besar mengangkut beberapa warga. Seperti mobil Satpol PP, polisi dan bus Trans Pakuan. Namun, ini belum terlalu efektif karena masih saja terjadi penumpukan penumpang telantar. Sekitar pukul 14.00 WIB, beberapa angkot mulai ngetem dan mengangkut penumpang. Penumpukan penumpang yang telantar berangsur berkurang. Pengguna pedestrian dan trotoar kian berkurang. Dan jalanan Kota Sejuta Angkot ini kembali macet.(ent)

0 komentar:

Post a Comment