Banyak yang tidak mengetahui bahwa di Kota Bogor menyimpan bangunan yang
sarat akan sejarah seperti bangunan masjid. Adalah Masjid Al Mustofa di
Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara. Masjid itu berdiri sejak tahun
1728 atau sudah ada sejak 287 tahun silam.
Mungkin tidak banyak warga Kota Bogor yang mengenal Masjid Al
Mustofa. Masjid itu memang tidak terletak di pinggir jalan. Untuk mencapainya,
kita harus masuk dalam gang kecil, tepatnya di Jalan Ciremai Ujung, Kampung
Bantar Jati Kaum, RT 04 RW 10 Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara.
Dari tempat itu akan terlihat sebuah pelang: Masjid Al Mustofa, Berdiri
Sejak 1728. Masjid itu didominasi cat putih arsiteknya pun tak ada yang
spesial. Pendiri masjid adalah seorang musafir dari Banten, K. Tubagus H.
Mustofa Bakri. Di bangun bersama Chaidir, Kail serta Raden Dita Manggala.
Mulanya, masjid dibangun dengan luas 11x35 meter. Namun kini sudah
mengalami perluasan hingga 15x50 meter. Hal tersebut disampaikan Mukti
Natsir Yus, pengurus masjid Al Mustofa. Menurutnya, perluasan masjid
dilakukan pada tahun 2000 dengan bantuan warga arab saudi. “luasnya 15x50
setelah penambahan, dapat bantuan dari orang saudi,” tutur keturunan kelima
Tubagus H Mustofa.
Pondasi asli bangunan ini pun masih di pertahankan. Kayu jati sebagai
penyangga pertama masjid pun masih digunakan. “ini 5 tiang penyangga kayu jati
masih dipakai, pondasi awal dari batu kali juga engga ada perubahan,” tuturnya
kepada wartawan. Selain dilakukannya perluasan, atap dari bangunan pun
tersentuh renovasi pada tahun 2000-an.
Masjid tertua di Bogor ini masih aktif dimanfaatkan oleh warga
sekitar. Seperti acara keagamaan juga pengajian anak selepas magrib. “Pengajian
biasanya bada maghrib, berhubung bulan puasa, dimajukan ke abis ashar” ujarnya.
Peringatan Maulid Nabi setiap tahun di masjid ini pun dilangsungkan selama tiga
hari. Pada puncaknya, masyarakat yang hadir membludak keluar masjid. “Mauludan
disini tiga hari, ya puncaknya
Mukti menuturkan, pihaknya pernah mengadakan Musabaqah Tilawatil Quran
(MTQ) tingkat provinsi pada tahun 1998 silam. “Pernah dulu diadain MTQ disini,”
ujarnya. Terpampang rapi piagam acara MTQ tingkat provinsi di bagian belakang
masjid, sebagai bukti diadakannya MTQ di bangunan ini.
Sedikit terasa debu yang menempel di dinding belakang masjid ini, diiringi
suara teknisi yang memperbaiki speaker. Masjid ini mampu menampung sekitar
seribu orang. Memasuki bulan ramadan, dia mengakui masjid mengalami kelebihan
kapasitas. “Biasanya ketika tarawih jamaah laki-laki bisa sampai salat di luar,”
akunya.
Beralih dari sejarah bangunan masjid, tersimpan Alquran dan naskah khotbah
jumat yang di tulis langsung oleh sang pendiri. Alquran dan naskah khutbah
tersebut sekarang disimpan rapi dalam sebuah kotak kaca di dalam masjid. Ada
pula susunan keturunan Tubagus H Mustofa. Namun disayangkan, cacatan asli
keturunan itu telah hilang. “Aslinya sudah hilang, dulu ada yang meminjam tapi
tidak dikembaliin,” ungkapnya .
Selain warga sekitar, pendatang yang mengunjungi masjid ini. Seperti
warga negara Yaman dan Saudi Arabia. “Dulu ada orang Yaman sama orang Arab
sering kesini,” ungkapnya.(ent)
0 komentar:
Post a Comment