Banner 1

Saturday, 9 May 2015

Eksistensi Wayang Golek Yang Hampir PunahKurangnya Bantuan PemerintahKurangnya Bantuan Pemerintah





BOGOR- Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kesenian, kerajinan lokal memang kerap kali dikeluhkan para tokoh masing-masing keahlian menjadi kendala dalam memasarkan hasil karya mereka. Salah satunya dirasakan oleh Dase Spartacus, pengrajin Wayang Golek Khas Sunda asli Bogor.

Sejak berjualan Wayang Golek tahun 1976 dari mulai di pinggiran Kebun Raya, hotel-hotel dan beberapa tempat wisata, Dase merupakan pengrajin yang termasuk beruntung bisa masuk dalam beberapa buku mancanegara yang ditulis oleh orang-orang dari negara berkembang sebagai salah satu tempat di Jawa Barat yang wajib dikunjungi turis.

Bertemu dengan salah satu travel agen Selamat Jalan Tour, Dase pun akhirnya mendapatkan banyak orderan setiap tahunnya. Sehingga, tidak disangka, banyaknya jurnalis yang tergabung dalam tour tersebut membuatnya selalu masuk di beberapa buku panduan wisata Indonesia, dibuat oleh sejumlah penulis luar dalam bahasa Belanda, Jerman, Perancis dan Amerika.

Hanya saja, semenjak banyaknya gangguan yang menimpa Indonesia yang berdampak pada menurunnya jumlah turis masuk, Dase juga mendapatkan kesulitan dalam menjual wayang goleknya yang ia jual dengan harga Euro dan Dollar itu. “Sejak saat itu juga, pembeli menurun ya,” jelasnya kepada Radar Bogor.

Menjadi pengrajin yang menghasilkan karya unik yang sudah hampir punah tersebut pastinya dukungan dan dorongan pemerintah menjadi harapannya untuk kembali meningkatkan penghasilan dan juga melestarikan budaya sunda dengan Wayang Golek. Tapi menurutnya, hingga saat ini dukungan pemerintah masih sangat minim untuk para pengrajin, salah satunya Dase.

“Beberapa penghargaan memang pernah saya dapatkan dari pemerintah kota maupun pemerintah pusat, tapi sebagai pengrajin kami tidak hanya mengharapkan penghargaan terus sudah, tapi pasti bantuan promosi dan sebagainya juga,” lanjut Dase.

Bagaimana bisa diteruskan oleh generasi muda, lanjutnya, sebelas anaknya pun ragu untuk meneruskan pekerjaan sang ayah karena perkembangannya kurang pasti. “Satu pun tidak mau, makanya saya suruh mereka sekolah, kuliah, kerja,” tambahnya.

Walau sangat pesimis, pria kelahiran 29 September itu sangat optimis pemerintah bisa lebih mengoptimalikan perhartiannya kepada pengrajin-pengrajin khas daerah. Contohnya, mengharuskan puluhan hotel yang ada di Bogor menghias dekorasi kamarnya dengan wayang golek, sehingga tamu pun yang melihat jika tertarik bisa langsung diberikan kontak pengrajin.

“Itu kan peraturan yang bagus untuk mengangkat pengrajin, tidak pakai uang pemerintah juga. Atau ada kunjungan dari berbagai daerah dikasih souvenir wayang golek, kan unik daripada hadiah lainnya, sekalian melestarikan budaya sundah,” ucap Dase.

Hal tersebut pun pernah dilakukan oleh salah satu tempat golf di Bogor. Menghadiahkan wayang golek yang sudah dibingkai dengan kaca untuk pemenang pertandingan golf. “Itu kan sangat bagus daripada hadiah lainnya, mengangkat pengrajin lokal sekaligus melestarikan budayanya,” pungkasnya (ent).


0 komentar:

Post a Comment