BOGOR- Kurangnya perhatian pemerintah terhadap
kesenian, kerajinan lokal memang kerap kali dikeluhkan para tokoh masing-masing
keahlian menjadi kendala dalam memasarkan hasil karya mereka. Salah satunya
dirasakan oleh Dase Spartacus, pengrajin Wayang Golek Khas Sunda asli Bogor.
Sejak
berjualan Wayang Golek tahun 1976 dari mulai di pinggiran Kebun Raya,
hotel-hotel dan beberapa tempat wisata, Dase merupakan pengrajin yang termasuk
beruntung bisa masuk dalam beberapa buku mancanegara yang ditulis oleh
orang-orang dari negara berkembang sebagai salah satu tempat di Jawa Barat yang
wajib dikunjungi turis.
Bertemu
dengan salah satu travel agen Selamat Jalan Tour, Dase pun akhirnya mendapatkan
banyak orderan setiap tahunnya. Sehingga, tidak disangka, banyaknya jurnalis
yang tergabung dalam tour tersebut membuatnya selalu masuk di beberapa buku
panduan wisata Indonesia, dibuat oleh sejumlah penulis luar dalam bahasa
Belanda, Jerman, Perancis dan Amerika.
Hanya
saja, semenjak banyaknya gangguan yang menimpa Indonesia yang berdampak pada
menurunnya jumlah turis masuk, Dase juga mendapatkan kesulitan dalam menjual
wayang goleknya yang ia jual dengan harga Euro dan Dollar itu. “Sejak saat itu
juga, pembeli menurun ya,” jelasnya kepada Radar Bogor.
Menjadi
pengrajin yang menghasilkan karya unik yang sudah hampir punah tersebut
pastinya dukungan dan dorongan pemerintah menjadi harapannya untuk kembali
meningkatkan penghasilan dan juga melestarikan budaya sunda dengan Wayang
Golek. Tapi menurutnya, hingga saat ini dukungan pemerintah masih sangat minim
untuk para pengrajin, salah satunya Dase.
“Beberapa
penghargaan memang pernah saya dapatkan dari pemerintah kota maupun pemerintah
pusat, tapi sebagai pengrajin kami tidak hanya mengharapkan penghargaan terus
sudah, tapi pasti bantuan promosi dan sebagainya juga,” lanjut Dase.
Bagaimana
bisa diteruskan oleh generasi muda, lanjutnya, sebelas anaknya pun ragu untuk
meneruskan pekerjaan sang ayah karena perkembangannya kurang pasti. “Satu pun
tidak mau, makanya saya suruh mereka sekolah, kuliah, kerja,” tambahnya.
Walau
sangat pesimis, pria kelahiran 29 September itu sangat optimis pemerintah bisa
lebih mengoptimalikan perhartiannya kepada pengrajin-pengrajin khas daerah.
Contohnya, mengharuskan puluhan hotel yang ada di Bogor menghias dekorasi
kamarnya dengan wayang golek, sehingga tamu pun yang melihat jika tertarik bisa
langsung diberikan kontak pengrajin.
“Itu
kan peraturan yang bagus untuk mengangkat pengrajin, tidak pakai uang
pemerintah juga. Atau ada kunjungan dari berbagai daerah dikasih souvenir
wayang golek, kan unik daripada hadiah lainnya, sekalian melestarikan budaya
sundah,” ucap Dase.
Hal
tersebut pun pernah dilakukan oleh salah satu tempat golf di Bogor.
Menghadiahkan wayang golek yang sudah dibingkai dengan kaca untuk pemenang
pertandingan golf. “Itu kan sangat bagus daripada hadiah lainnya, mengangkat
pengrajin lokal sekaligus melestarikan budayanya,” pungkasnya (ent).
0 komentar:
Post a Comment