Banner 1

Wednesday 24 August 2016

Warga Bogor Ternyata Rokok Elektrik Lebih Bahaya dari Rokok Konvensional

BOGOR – E-cigarette atau personal vaporizer yang sering disebut vape oleh orang Indonesia seakan menjadi pelarian bagi mereka yang ingin berhenti menghisap rokok tembakau. Padahal dampak negatif yang dirasakan tubuh jika mengkonsumsi vape jauh lebih besar.
Dokter Spesialis Paru RSUD Ciawi, dr Dian Wisnuwardhani mengatakan bahwa formalin dan asetaldehida pada uap rokok elektrik bisa 10 kali lipat lebih bahaya dari rokok tradisional.
Sebabnya, rokok elektrik mengandung nikotin cair sintetis, perasa juga pewarna makanan yang juga berbahaya bagi kesehatan.
“Gliserin berupa cairan kental yang berfungsi sebagai pengantar rasa juga propilen glikol sebagai pelarut yang pasti akan merusak paru-paru,” katanya.
Selain itu, adanya nikotin cair atau murni yang diuapkan dengan menggunakan baterai meski tidak membahayakan untuk orang sekitar karena tidak ada asap yang keluar tapi sangat membahayakan kesehatan perokok aktif.

Apalagi, sebuah studi baru menunjukkan, asap rokok elektrik ternyata mengandung dua bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker alias karsinogen.
Menurut penelitian terbaru tersebut, yang dipublikasikan di Enviromental Science & Technology, rokok elektrik mengeluarkan bahan kimia berbahaya dalam jumlah yang berbeda-beda.
Untuk melakukan penelitian ini, para peneliti di Lawrence Berkeley National Laboratory menggunakan dua tipe rokok elektrik dan melakukan simulasi merokok dengan pengaturan daya yang berbeda-beda. Mereka lalu menganalisa uap yang dihasilkan oleh rokok elektrik tersebut.

Mereka menemukan bahwa rokok elektrik mengeluarkan 31 bahan kimia berbahaya, termasuk dua bahan kimia yang dapat menyebabkan kanker yang sebelum ini tidak pernah ditemukan di rokok elektrik, lapor The Verge.
Jumlah bahan kimia berbahaya yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung pada tingginya suhu saat heating coil pada rokok elektrik menguapkan cairan pada rokok elektrik.
Rokok elektrik dengan satu heating coil akan mengeluarkan bahan kimia berbahaya dalam jumlah yang lebih banyak. Diduga, hal ini disebabkan karena dua heating coil dapat menghasilkan panas lebih besar tanpa harus menaikkan suhu terlalu tinggi.(ent)

0 komentar:

Post a Comment