Banner 1

Saturday 21 May 2016

Kisah Tahu Bulat yang Jadi Bahan Guyonan Kini Omzet Melonjak Tajam



Cara-cara unik dalam pemasaran kerap berhasil menggaet pelanggan. Salah satunya suara nyaring setengah berteriak, berkata ''tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, anget-anget, gurih-ngurih nyoooiii". Pasti, Anda dan sebagian warga Bogor lainnya sudah familiar dengan suara itu.

EKSISTENSI penjual tahu bulat tak luput dari kreativitas para netizen. Berbagai foto humor (meme) beredar. Mayoritas berupa pelesetan gambar, dengan menyertakan kata-kata seperti pada suara rekaman penjual tahu bulat. Lalu, rugikah si penjual? Sebaliknya, pemilik semi franchise tahu bulat, untung berkali lipat.

Salah satu penjual tahu bulat di Kota Hujan, Nandang (43), membenarkan kondisi itu. Di atas bak mobil dengan atap separuh terbuka, Nandang mengaku, promosi tak langsung itu turut mendongkrak penjualannya. Alasannya satu, pembeli terdorong rasa penasaran.

"Apalagi anak muda, tahu di internet. Ini saya jualan di kampus. Banyak yang penasaran," tuturnya, sambil melayani pelanggan di sekitaran kampus Universitas Pakuan, bilangan Ciheuleut Bogor.

Nandang mengaku berjualan tahu bulat sudah cukup lama. Tidak langsung besar dan terkenal seperti sekarang. Ia tergabung dalam kelompok penjual Duo Putri, dengan 16 karyawan dan delapan unit mobil yang menjajakan tahu bulat.

"Sampai delapan mobil bukan hal yang mudah, dimulai seorang diri. Saya ajak saudara ikut berjualan," akunya, Selasa (17/5) malam.

Namun, diakuinya juga, karena pedagang tahu bulat kini bertambah banyak, omzet yang diterima kelompok Duo Putri sedikit menurun. Tahun lalu, penjualan dalam sehari bisa mencapai 3.500-5.000 butir tahu bulat. Namun kini, hanya bisa terjual 2.500-4.000 butir tahu bulat per hari.

"Bisa lebih dari 3.000 butir kalau Sabtu-Minggu. Sekarang banyak yang ikutan jualan," ucap Nandang. Tahun lalu, omzet yang diterimanya mencapai Rp1.750.000-Rp2.500.000 seminggu. Tapi belakangan, paling banter Rp1.250.000-Rp2.000.000.

Sistem yang digunakan Nandang yakni bagi hasil 50:50. Harga satu butir tahu bulat Rp500, sehingga keuntungan Rp250 untuk pemilik dan Rp250 lagi untuk pedagang. Tak hanya pembayaran tahu, pedagang yang berkeliling juga harus membayar penyewaan mobil seharga Rp120.000 per hari.

"Sisanya beli minyak goreng, gas, bensin, plastik, dan bumbu-bumbu. Sudah dipotong-potong, keuntungan bersih tiap harinya minimal Rp300.000," pungkasnya.

Agar tahunya laris-manis, Nandang mencari rute-rute ke pemukiman padat mengengah ke bawah. Berkeliling sejak pukul 11.00 WIB hingga tahu habis. Tidak ada batasan dalam berjualan. Dari pengalamannya, tahu habis di kisaran pukul 23.00 WIB.

Tahu bulat harus habis dalam sehari. Karena jika disimpan untuk esokan hari, tahu akan basi dan berubah rasa. Itu karena tahu bulat Duo Putri tidak diproduksi di Bogor, dikirim dari Ciamis dan Cianjur.

Ditanya soal pelantun slogan ''tahu bulat, digoreng dadakan, lima ratusan, anget-anget, gurih-ngurih nyoooiii", Nandang mengaku bahwa itu adalah suara sang pemilik tahu. Sebelumnya, suara tidak direkam dan diputar dalam bentuk compact disc (CD) seperti sekarang. Melainkan diucapkan langsung mengunakan pengeras suara.

"Tapi karena capek, dibuatkan rekamannya. Kalau lucu, pasti orang tertarik, penasaran. Ujung-ujungnya beli," ucapnya semangat. Sekadar informasi, menurut Nandang, hanya kelompok Duo Putri yang memakai kata-kata "gurih-gurih nyoooiii'.(ent)

0 komentar:

Post a Comment