Banner 1

Wednesday 9 March 2016

Awan Ancam Ratusan Orang Lihat Gerhana



JAKARTA – Kesempatan menyaksikan fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) secara sempurna sepertinya sulit tercapai. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan prakiraan cuaca untuk hari ini (9/3). Dari laporan tersebut, sebagian besar wilayah yang dilalui GMT akan berawan hingga hujan ringan.  
 
Kepala BMKG Andi Eka Sakya membeberkan beberapa datanya. Untuk wilayah Muko-Muko, Bengkulu misalnya. Diperkirakan wilayah tersebut akan 85 persen tertutup awan dan berpotensi hujan ringan.  
 
Kondisi di Palembang, Sumatera Selatan tak jauh berbeda. Daerah yang sudah bersiap menyelenggarakan event “nonton bareng di atas jembatan Ampera” itu diperkirakan tertutup awan hingga 85 persen. Cuaca mendung.  
 
Dua wilayah, Palu (Sulawesi Tengah) dan Ternate (Maluku Utara)  yang digadang-gadang menjadi posisi paling pas untuk pengamatan pun diprediksi sama. Masing-masing akan diselimuti awan hingga 90 persen dan 75 persen sejak pagi sampai siang hari.  
 
Masyarakat Balikpapan, Kalimantan Timur sepertinya lebih beruntung. Langit di sana diperkirakan cerah. Wilayah itu tertutup awan hanya 30 persen. ”Untuk Jakart juga hanya 45 persen tertutup awan. Ini untuk prakiraan mulai pukul 06.00 hingga 12.00 waktu setempat,” tutur Andi pada koran ini, kemarin (8/3).  
 
Diakuinya, kondisi ini tentu kurang menguntungkan bagi masyarakat yang ingin menyaksikan secara langsung fenomena langka ini. Semakin besar potensi ketertutupannya maka semakin besar pula terhambatnya.  

Meski demikian, pengamatan disejumlah daerah tetap dilakukan. Segala persiapan pun telah dimatangkan. BMKG sendiri akan melakukan live streaming Pengamatan GMT yang langsung disiarkan dari Muko Muko, Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Palu dan Ternate. Masyarakat bisa turut bergabung dengan mengakses laman resmi BMKG.  
  Seperti dikabarkan sebelumnya, sebagian wilayah Indonesia akan dilintasi oleh lintasan GMT hari ini. Kontak awal kejadian dimulai pukul 06:19:18 WIB di sebelah Selatan Bengkulu. Kemudian, berjalan melewati daerah Palembang, Tanjung Pandan, Pangkalan Bun, Balikpapan, Palu, Ternate dan Papua. Kota yang waktu mulai gerhananya paling akhir adalah di Waris Papua pada pukul 08:53:44 WIT.
Sementara itu, hingga kemarin sore, di Belitung masih banyak wisatawan pemburu GMT yang survei lokasi pemantauan. Seperti yang dilakukan oleh Madhonna Nur Aini. Dia dan rekannya kemarin memantau kondisi lokasi awal pemantauan GMT. "Lokasinya masih cocok dari jadwal semula. Kita besok (hari ini, red) akan melihat GMT di Pantai Burung Mandi," katanya. 
 
Perempuan yang akrab disapa Donna itu mengatakan, rombongannya lumayan banyak mencapai 100 orang. Mereka semua berkumpul lewat woro-woro yang dia sampaikan lewat media sosial Twitter @infoAstronomy. Dia mengatakan animo masyarakat Indonesia untuk menikmati GMT luar biasa besar. 
 
Unsur langka, memang mengangkat pamor GMT hari ini. Betapa tidak, Indonesia baru dilewati GMT pada 20 April 2042 dan terulang kembali pada 19 September 2053. Lalu pada 20 April 2023 dan 25 November 2049 Indonesia dilewati gerhana hybrid (hibrida). Gerhana hibrida adalah perpaduan gerhana cincin dengan GMT.  
 
Gerhana matahari hibrida merupakan fenomena lebih langka ketimbang gerhana cincin saja atau GMT saja. Sebab dalam satu kesempatan, terjadi gerhana matahari cincin dan GMT. Perbedaannya adalah, GMT memunculkan korona, sementara gerhana matahari cincin tidak. "Bentuknya bulat seperti cincin," jelasnya. 
 
Dalam teorinya GMT terjadi ketika posisi bulan lebih dekat dengan bumi. Sehingga ukuran relatif bulan jika dilihat dari bumi, sama atau bahkan lebih besar dari matahari. Sehingga sinar matahari benar-benar tertutup bulan. Sampai akhirnya memunculkan pancaran korona. 
 
Sementara gerhana matahari cincin terjadi manakala posisi bulan lebih dekat dengan matahari. Sehingga ukuran relatif bulan lebih kecil dari matahari, jika dilihat dari bumi. Akibatnya masih ada sinar matahari yang terlihat. Sinar matahari inilah yang membentuk semacam cincin saat terjadi puncak gerhana. (ent)

0 komentar:

Post a Comment