Banner 1

Wednesday 29 August 2018

Begini Kronologis Kematian Indriyani Siswi SD di Cigombong Versi Dinas Kesehatan


BOGOR-RADAR BOGOR, Demi menjawab misteri kematian Indriyani, Siswa Kelas 6 SDN Cipetir 1, Desa Tugu Jaya, Kecamatan Cigombong, setelah disuntik tetanus difteri, Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menerjunkan tim investigasi. Seperti apa hasilnya?

Ya, simpang siur informasi kematian Indriyani sudah terjawab. Sejumlah pihak terkait merespon positif berita duka yang sebelumnya dirilis media ini. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor yang menerjunkan tim khususnya telah mendapatkan hasil.

Seperti yang disampaikan Intan Widayati, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular, selaku ketua tim investigasi.

“Kami mengumpulkan semua petugas yang terkait, mulai dari yang menyuntik, yang memeriksa di Puskesmas yang membawa dan keluarga yang bersangkutan,” ujar Intan kepada radarbogor.id, Selasa (28/8/2018).

Dalam catatan pihak Puskesmas, Indriyani wafat pada 20 Agustus 2018. Saat ditelusuri ke pihak sekolah, kegiatan penyuntikan digelar pada Jumat hingga Senin.

“Nah Jumatnya ini Jumat minggu lalu, bukan Jumat empat hari kebelakang itu. Mungkin miss persepsi penyampaian informasi dari pihak keluarga yang menyatakan disuntik hari Jumat,” jelas Intan yang ditemui di ruang kerja Sekretaris Dinas Kesehatan, Erwin Suriana.

Pihak Dinkes juga memaklumi sisi awam keluarga Indriyani dari cara menyampaikan informasi.

“Soal tanggal mereka tidak menyampaikan, hanya bilang Jumat dan ditangkap para pewarta yakni Jumat empat hari setelah disuntik itu. Yang benar, penyuntikan dilakukan tanggal 10 Agustus 2018 yang memang juga hari Jumat. Ini hanya miss persepsi saja dari yang menyampaikan informasi awal,” lanjut Intan.

Dari pihak keluarga, Omah ibunda Indriyani menyampaikan bahwa Indriyani memang sakit. Indriyani sempat diberikan obat warung dan dianggapnya sembuh.

“Kami juga bertemu dengan guru yang bersangkutan, Indriyani sempat pulang terlebih dahulu untuk meminta izin disuntik kepada orangtuanya. Ibunya sendiri membenarkan kalau Indri pulang minta izin disuntik, ibunya mempersilahkan demi kesehatan anaknya,” jelasnya.

Kepada tim, Omah juga menyampaikan jika setelah disuntik, Indriyani tidak mengeluh sakit. Ia bahkan tetap berangkat sekolah, bahkan mengaji.
Begitupun keesokan harinya, ia masih berangkat ke sekolah dalam kondisi sehat. Hingga empat hari sebelum wafatnya, Indriyani baru mengeluh sakit. Keluarganya yang juga pengurus RT setempat menyarankan ia untuk dibawa ke rumah sakit.

“Ibunya selalu menolak, karena menganggapnya Indriyani sakit biasa saja. Saat didesak sekalipun, ibunda Indriyani mengaku telah berobat ke dokter di kawasan Cicurug. Namun tim tidak menemukan bekas bungkusan obat dokter seperti yang biasanya didapatkan para pasien selepas berobat. Kartu berobat andai kata itu klinik juga tidak ada. Kami tidak bisa menemukan sebenarnya dimana dokternya itu,” paparnya.

Tanggal 20 Agustus 2018, keterangan Ketua RT setempat yang juga kerabat dekat keluarga Indriyani mendapati ia mengeluh sakit pada bagian perutnya. Ia juga sempat pingsan di rumahnya. Saat itu, pihak keluarga langsung mencari bantuan ambulan desa dan membawanya ke puskesmas.

“Pak RT sebelumnya sudah menyarankan Indri segera dibawa ke Puskesmas, tetapi ibunya tidak mau,” jelasnya.

Menurut keterangan petugas puskesmas, ambulan desa yang datang membawa Indriyani langsung menangani di UGD. Petugas memeriksa tanda vital, memeriksa tensi dan suhu. Saat itu, nafas Indriyani sudah tidak ada. Dokter yang menangani saat itu memastikan jika Indriyani telah wafat.

Setelah itu, pihak keluarga tidak menyampaikan informasi apapun kepada para petugas dan langsung membawanya pulang.

“Informasi yang diterima puskesmas, anak tersebut sakit, panas tinggi, tiba-tiba tidak sadar. Hal ini diasumsikan sebagai hal biasa dalam ritme sakit kemudian wafat. Tidak sampai ada informasi habis disuntik lalu sakit, namun kemudian ramai di pemberitaan online wafat setelah empat hari disuntik DPT,” jelasnya.

Bicara soal vaksin yang disuntikan kepada 35 orang dari 52 orang siswa kelas 6. Empat di antaranya tidak disuntik karena dalam keadaan tidak masuk sekolah karena sakit. 13 orang siswa lainnya juga tidak disuntik karena sedang sibuk latihan upacara bendera. 35 orang pelajar termasuk Indriyani setelah disuntik tidak ada keluhan apapun.

“Suntikan kepada Indriyani merupakan kegiatan yang kedua, tahap pertama juga ia disuntik dan tidak ada keluhan. Kami hanya bisa menjabarkan kronologisnya. Kesimpulan dari rangkaian investigasi ini adalah kewenangan Komda,” pungkasnya. (bil)

0 komentar:

Post a Comment