Banner 1

Friday 9 November 2018

Empat Wasit Tamat, Buntut Kontroversi pada Laga PSS vs Madura FC

JawaPos.com PSSI mengatakan bahwa memang banyak sekali kejanggalan pada pertandingan PSS Sleman kontra Madura FC dalam laga lanjutan grup B babak 8 besar Liga 2. Alhasil, PSSI memutuskan bahwa karir empat wasit yang bertugas dalam pertandingan tersebut tamat. Setidaknya hingga kompetisi Liga 2 2018 berakhir.
Anggota Komite Wasit PSSI Purwanto mengatakan bahwa salah satu kesalahan terbesar wasit ialah mengesahkan gol bunuh diri pemain Madura FC Chairul Rifan pada menit ke-81. 

Chairul menyundul bola masuk ke gawang timnya setelah ’’menerima’’ umpan sangat matang dari pemain PSS M. Ilhamul Irhaz. Nah, posisi Ilhamul itu yang sangat bermasalah. Dia terjebak offside, berada sangat jauh di belakang para pemain Madura FC saat menerima umpan terobosan dari rekan setimnya, Slamet Budiono.
Wasit yang mengesahkan gol kontroversial itu wasit cadangan Agung Setiawan. Wasit asal Jawa Tengah tersebut menggantikan M. Reza Pahlevi yang tiba-tiba cedera pada menit ke-71. ’’Mereka sudah tak layak,’’ kata Purwanto kepada Jawa Pos, kemarin. ’’Wasit yang cedera juga tak bisa memimpin lagi. Wong cedera kok. Ya off saja,’’ imbuhnya. 

Setelah dipastikan karirnya tamat musim ini, dua wasit dan dua asistennya, Khairuddin dan Ratawi, mungkin akan disanksi jauh lebih berat. Purwanto berjanji, dalam empat hari ke depan, bentuk keputusan detailnya keluar.
Sementara itu, yang tidak kalah konyol dalam pertandingan tersebut adalah pergantian posisi dua wasit, yakni Agung dan Reza. Setelah mengerang dan meringis kesakitan sedemikian rupa, wasit asal Kalimantan Timur itu malah kembali ke lapangan. Tujuannya, menempati posisi Agung sebagai ofisial keempat alias fourth official. 

Menurut Purwanto, hal itu tidak dibenarkan. ’’Seharusnya wasit yang sudah diganti nggakboleh berada di bangku fourth official juga. Itu kalau benar dia cedera,’’ kata mantan wasit FIFA asal Kediri tersebut.
Secara terpisah, anggota Departemen Wasit PSSI Yandri mengatakan bahwa bangku ofisial memang harus ada yang mengisi. Dan, satu-satunya yang memungkinan adalah Reza. Alasannya, tidak ada wasit lain di sekitar stadion ketika itu. ’’Kalau menunggu wasit cadangan yang lain, dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi,’’ kata Yandri.
Di sisi lain, Purwanto menyoroti pemberian tambahan waktu yang cuma dua menit dalam pertandingan itu. Ketika itu, PSS dalam kondisi unggul 1-0. Padahal, banyak sekali drama yang menunda permainan. 

Misalnya, protes pemain Madura FC saat penyerang PSS Sleman Ichsan Pratama mencetak gol pada menit ke-71. Belakangan, wasit Reza menganulir gol tersebut. Setelah itu, ada kejadian yang tidak biasa berupa pergantian wasit. ’’Seharusnya dipertimbangkan betul pemberian tambahan waktunya. Sebab, ada jeda saat berlangsung pertandingan dan itu aktif. Saya kira, dua menit tidak wajar. Ini layak dievaluasi!’’ kata Purwanto.
Dia menyadari jeleknya kualitas wasit dalam laga PSS melawan Madura FC itu. Itu, tambah Purwanto, penyakit-penyakit lawas yang membikin busuk liga Indonesia. ’’Saya baru satu tahun (menjadi anggota komite wasit). Saya ingin menata lagi, pelan-pelan,’’ katanya. ’’Wasit itu adalah kerja profesional. Mereka tidak perlu takut. Dan yang penting, mereka harus menghargai profesi,’’ tegasnya. 

Dimintai konformasi secara terpisah, Manajer PSS Sismantoro mengatakan bahwa pihaknya tidak mau berpolemik terkait gol timnya yang sangat kontroversial itu. ’’Kalau memang Madura FC melayangkan protes, ya kami harap semua harus objektif. Kami sendiri pernah dikerjai di Madura,’’ katanya.
Namun, ketika didesak, seperti apa bentuk kecurangan di Madura itu, Sismantoro tidak mau memberikan pemaparan lanjutan. Mengenai kasus suporter Sleman yang turun ke lapangan setelah pertandingan, Sismantoro mengakui itu terjadi karena provokasi pemain Madura FC.
’’Mereka mengacungkan tangan (jari tengah, Red) dan meludah ke arah suporter. Selain itu, pemain Madura FC meludah ke arah panpel. Makanya, ada panpel yang memukul pemain (Madura FC),’’ katanya.

0 komentar:

Post a Comment